27

5.6K 364 30
                                    

Kai terbangun dari tidurnya karena elusan di pipi pucatnya. Rasanya aneh, perasaan asing yang baru kali ini dia rasakan. Kai mendadak panik saat atensinya menangkap sosok Sora. Wanita itu tersenyum hangat ke arahnya, senyum yang dulu dia harapkan tapi sekarang dia hindari.

"N-nyonya, a-ada apa? "

Sora tersenyum getir mendengar nada bicara Kai yang bergetar. Terlihat jelas jika anak itu ketakutan, tapi dia tetap berusaha menyembunyikannya. Kai mencoba terlihat kuat agar dirinya tidak dipandang rendah, meski dulu semua usahanya dihancurkan dengan mudah oleh Sam.

Sora mendekat, menarik lembut tangan Kai dan membawanya ke dalam dekapan hangat. Dia yakin Kai ketakutan dan juga kedinginan, apalagi anak itu hanya memakai piyama kimono kebesaran milik Sergio dan itupun talinya terlepas. Sora sengaja tidak memakaikan piyama biasa, takut luka Kai kembali terbuka karena bergesekan langsung dengan luka.

"Mama, sayang. Panggil mama, jangan nyonya. Kai paham? "

Kai masih tidak mengerti, namun tak ayal dia mengangguk menanggapi ucapan Sora. "M-mama,? "

"Iya Kai, ayo turun, Kai pasti lapar kan? Mama masak banyak hari ini. "

Sora menuntun Kai turun dari atas kasur membawa anak itu menuju ruang makan. Kai masih terlihat takut dan enggan, apalagi kejadian tak mengenakan yang sampai pagi ini membuatnya ketakutan.

"Kai!! "

Kai bersembunyi di belakang Sora saat suara melengking Kevino menyapa pendengarannya. Kevino sendiri yang mendapat respon kurang baik hanya bisa tersenyum kecut. Dia paham, Kai butuh banyak waktu menerima kehadiran mereka. Apalagi setelah penyiksaan yang keluarganya lakukan pada anak polos itu.

.
.
.

"Aska, kau yakin dengan ucapanmu itu? "

Aska yang tengah meracik obat melihat sekilas pada Sam dan juga Sergio yang entah bagaimana masuk begitu saja ke laboratorium pribadi miliknya.

"Hanya itu yang bisa ku lakukan kak. Obat itu akan membuat Kai melupakan semua kenangan buruknya. Tapi tidak dengan traumanya. Untuk masalah trauma aku yakin seniorku lebih paham, dia dokter spesialis anak. "

"Apa kau sudah memastikan efek sampingnya? Kau tidak mau kan anak itu mati karena obat darimu. "

Aska mendengus kesal mendengar ucapan Sergio. Ayolah! Disini dia jauh lebih baik jika dibandingkan dengan anggota Gatravic yang lain! Dia bahkan tak pernah ikut campur menyakiti Kai, mana mungkin dia tega membunuhnya?

"Aku seorang dokter, kak. Sebelum aku bekerja, aku sudah bersumpah untuk menyembuhkan, bukan malah membunuh. Bukankah kau lebih kejam dariku kak? "

Sam memijat pangkal hidungnya. Entah kenapa anak pertama dan keduanya seolah tidak pernah bisa akur. Itu sudah terjadi sejak keduanya masih kecil, dan sialnya sampai sekarang pun masih sama.

"Sudahlah, Aska lakukan apa yang menurutmu benar. Dan kau Sergio, ikut papa. Papa yakin kau ingin sedikit memberi hadiah untuk orang yang sudah membesarkan Kai, bukan?. Ah iya, jangan sentuh Alvaro, dia satu satunya kakak yang Kai punya. "

Sam berlalu pergi setelah mengatakan itu diikuti Sergio dibelakangnya. Meninggalkan Aska yang masih sibuk berkutat dengan beberapa bahan kimia Dan tanaman herbal.

Beralih pada Kai, anak itu masih terlihat tidak begitu nyaman. Dia bermain puzzle balok ditemani Kevino Dan juga Sora. Keduanya sesekali memberi Kai pujian jika anak itu berhasil membuat sesuatu, membuatnya merasa senang karena merasa dihargai.

Gala datang seraya membawa botol susu dan beberapa cemilan yang disiapkan maid. "Minum dulu, Kai pasti haus kan? "

Kai menatap botol susu itu ragu, namun dia tetap menerimanya tanpa meminum setetes pun. Hal itu tentunya membuat mereka heran, serta takut jika Kai masih tidak bisa mempercayai mereka.

Skizo Boy |CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang