"Nino sayang, papa perhatikan dari tadi Nino melamun. Mikirin apa hm? "
Kevino tersadar dari lamunannya. Dia menggeleng pelan seraya tersenyum paksa. Dia memperhatikan semua anggota keluarganya yang kini tengah berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam. Dia jadi teringat pada Kai, anak itu menangis seorang diri. Tidak ada yang menjadi sandaran disaat dirinya benar benar hancur.
Kai sendirian di ruang rawatnya, menyemangati dirinya sendiri disaat dirinya hampir menyerah. Berbeda dengan Kevino. Dia, terluka sedikit saja semua keluarganya langsung heboh. Bahkan opa dan omanya akan langsung terbang dari Aussie begitu dengar dirinya terluka.
"Pah, mah, Nino boleh tanya gak, dulu Kylie pas sebelum Nino kesini, apa Kylie dimanja juga? "
Suasana ruang keluarga mendadak hening. Sam dan Sora terdiam, mereka bahkan sudah lupa dengan masa kecil Kylie. Ah, Sora ingat, dulu Kylie juga di sayang, tapi tidak seperti Kevino. Kylie hanya disayang oleh Sora, Sam, dan Aska. Di sayang pun tidak sepenuhnya. Kylie hanya diperhatikan sebelah mata, bahkan jika Kylie tidak bicara pada mereka, kemungkinan besar Kylie terlupakan.
"Pah, apa orang tua Kylie masih hidup? "
"Kenapa Nino bertanya seperti itu hmm? Anak seperti dia tidak pantas dipertanyakan keberadaannya. "
Iya kan? Sam berucap benar kan? Tapi kenapa dia merasa sesak? Kevino menghela nafas lelah. Dia memilih kembali ke kamarnya.
"Pah, dua hari lagi kan ulang tahun Nino. Nino boleh kan minta sama papa? "
Alis Sam terangkat sebelah namun tak ayal dia menjawab. "Katakan saja sayang. "
"Nino ingin.... "
............
Disinilah Sam sekarang, di hadapan pintu ruang inap yang lampunya masih menyala. Ya, Kevino meminta Sam untuk menjenguk Kai, mengingat malam ini juga hari ulang tahun anak itu. Sam tidak mengingatnya, bahkan saat ini pun dia tidak membawa hadiah apapun.
Sam hendak membuka pintu, namun pintu itu sudah dibuka oleh Kai. Sam mematung, melihat tatapan berbinar Kai yang pertama kali menyambutnya.
"Ayah, ibu, kalian udah datang? Hehe maaf ya, Kai ga banyak persiapan. Mama sama papa masuk dulu ya, ah iya, tunggu ya Kai lupa siapin kue sama lilinnya. "
Sam masih berdiri di ambang pintu. Dia terkejut sekaligus heran, dia datang seorang diri, tapi Kai seolah menyambut orang lain selain dirinya.
"Ayah, kenapa berdiri di situ? Ayah jijik ya sama Kai? Kai tau kok, Kai bakal jaga jarak kok. Tapi ayah masuk dulu ya, ayah gak pegal apa berdiri di situ? "
Sam masih linglung, namun tak ayal dia masuk, duduk di lantai yang beralaskan karpet tebal. Pandangannya tertuju pada Kai yang tengah menancapkan lilin ulang tahun di atas mainan clay. Kai kesulitan menyiapkan semuanya, terlebih tubuhnya yang terasa remuk.
Pipi Kai mengempout sebal. Dia tidak bisa menancapkan lilin, padahal sebentar lagi jam 12 malam. "Ish menyusahkan saja! Harusnya Kai ga boleh sakit, kan jadinya gini, pantas saja Kai tidak diinginkan. Humph! "
Sam mencoba membantu Kai, namun tangan mungil penuh luka itu menahan tangannya. "No no, nanti tangan ayah kotor, ayah kan jijik kalo kotor, jadi biar Kai aja. Nah, selesai! Yey.. " Kai bertepuk tangan, bangga pada dirinya sendiri yang sudah sangat berusaha.
Kai melihat pada jam dinding, matanya sedikit menyipit. "Satu menit lagi. " menunggu dengan sabar dengan matanya yang menyiratkan kegembiraan semu.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Kai mulai menyanyikan lagu ulang tahun untuk Kylie. Dia tidak merayakan ulang tahunnya, karena dirinya sendiri menyangkal akan kelahirannya. Kai terlihat bahagia, meski bukan kelahirannya yang dia rayakan. Kai bercerita segala keluh kesahnya meski dia tahu tidak ada yang mendengarkan atau menenangkan kegelisahan hatinya. Dia sudah merasa lebih baik hanya dengan berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizo Boy |Complete
Teen FictionKylie Zoe dulunya anak yang manja dan hidup dalam penuh kasih sayang. Namun nasibnya berubah 180° saat kakak sulungnya mengadopsi seorang anak yang usianya dua tahun lebih tua dari Kylie. Kekerasan yang dia dapatkan sejak berumur 7 tahun perlahan m...