Kylie memandang datar seseorang yang kini duduk di mejanya dengan gaya sok cool. Ya emang cool sih, hanya saja Kylie tidak ingin mengakuinya. Lagi pula, sejak kapan ada murid kesasar di kelasnya?
Kylie mulai jengah, hendak pindah ke bangku lain jika saja kaki panjang itu tidak memblokir satu satunya jalar keluar.
"Tck, kak Aze ngapain sih? Nyasar? Setahu Kai ga ada tuh murid sekolah ini yang modelnya kayak kakak. "
Kenneth Azeri Geraldo, nama remaja yang barusan tebar pesona di kelas Kylie. Remaja yang semalam mengajaknya untuk ikut race.
"Aku hanya ingin menemuimu, apa niatku salah? "
Kylie mengangkat bahu acuh. Moodnya buruk setelah pulang tadi malam. Apalagi mengingat ketidakberadaan Alvaro di sampingnya.
"Kak, ini masih jam sekolah, sebaiknya kakak kembali ke sekolah kakak saja. Kita bisa bertemu saat malam tiba. Tentunya kalo opa tidak menambah jadwal latihan. " Kylie bergumam di akhir kalimat.
Kenneth mengabaikan ucapan Kylie, dia lebih memilih memandang wajah manis dari sosok remaja yang berhasil membuatnya teringat seseorang.
"Kenapa kau terlihat mirip dengan Alvaro? "
Kylie langsung menatap Kenneth, tatapan matanya seolah bertanya soal Kenneth yang mengenali Alvaro. Meski besar kemungkinan orang yang dimaksud berbeda.
"Kakak kenal kak Al? Apa kakak tahu dimana kak Al sekarang? "
Kini giliran Kenneth yang kebingungan. Melihat tatapan penuh tanya yang dilayangkan Kylie entah kenapa membuatnya semakin penasaran dengannya.
"Tentu, kami sahabat dekat. Setidaknya dulu, sebelum dia menghilang sekitar tiga tahun yang lalu. Kau juga mengenalnya? Tapi sejak kapan? Setahuku dia paling benci berurusan dengan anak polos, apalagi anak kecil. "
Tatapan penuh harap Kylie menghilang begitu saja. Jika Alvaro yang dimaksud Kenneth sudah menghilang, sudah dipastikan Alvaro yang dia maksud tidaklah sama dengan yang Kenneth maksud.
Kylie dengan lesu membenamkan wajahnya di lipatan tangan. "Ternyata bukan, kak Al tidak mungkin menghilang, kami aja baru kenalan setahun yang lalu. "
Kenneth yang juga mendengarnya entah kenapa merasa bersalah karena sudah membahas hal sensitif bagi Kylie. Tangannya terulur mengelus surai Kylie yang terasa lembut, benar benar mirip dengan rambut sahabatnya.
'Benar juga, Alvaro sangat membenci anak kecil'
.
.
.Kylie mengetuk pintu ruangan yang tertutup rapat. Terdengar sautan dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk. Kylie menghela nafas beberapa kali sebelum akhirnya membuka pintu ruangan.
"Kai? "
Kylie tersenyum hangat menanggapi keterkejutan kakaknya. "Kakak."
Die berlari kecil menerjang tubuh Aska yang masih mencerna apa yang terjadi. "Kakak, maaf. Kak malah pergi ga ngasih tau kakak. "
Aska menggeleng seraya tersenyum. Dia melepaskan pelukan, menatap dalam kedua mata Kylie. "Tidak apa, kakak senang kamu baik baik saja. "
Aska dengan iseng mencubit hidung Kylie, membuat anak itu tertawa geli. Kylie merentangkan tangannya meminta untuk digendong. Aska tidak masalah, dia juga merasa senang karena adiknya kembali.
Aska membawa Kylie keluar dari ruangannya, menyusuri lorong agar sampai di taman rumah sakit.
"Kak, apa Kai boleh kembali ke rumah? "
Wajah Aska menggelap, dia tidak senang mendengar perkataan Kylie. Untuk apa Kylie meminta kembali jika dia sudah bahagia diluaran sana? Aska memang senang Kylie kembali, tapi dia juga takut adiknya kembali terluka. Terlebih oleh keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizo Boy |Complete
Teen FictionKylie Zoe dulunya anak yang manja dan hidup dalam penuh kasih sayang. Namun nasibnya berubah 180° saat kakak sulungnya mengadopsi seorang anak yang usianya dua tahun lebih tua dari Kylie. Kekerasan yang dia dapatkan sejak berumur 7 tahun perlahan m...