"Kak Al?... Ah, bukan... "
Kylie mendesah kecewa, yang dia harapkan akan menarik tangannya adalah Alvaro, tapi ternyata Gala. Orang yang dia harapkan sekaligus dia benci.
"Apa kau ingin mati?! Jika iya, lakukan di tempat lain jangan di hadapan gue! "
Kylie menepis kasar hingga pergelangan tangannya terlepas dari genggaman Gala. Dia mengambil bonekanya yang tersangkut di kawat dibawah tempatnya berpijak.
"Maaf, Kai pikir kak Al yang bakal narik tangan Kai. Kai ga bermaksud mati kok, tapi kalian yang salah mengartikan. "
Kylie menjauh dari pinggiran rooftop, mengambil sepatu dan memakainya. Bersikap seolah tidak terjadi apapun, nyatanya pipi Kylie sudah memerah menahan panas. Dia malu, dia pikir yang menolongnya itu Alvaro, taunya orang lain.
Baru saja Kylie membuka pintu rooftop, dia dikejutkan oleh keberadaan Cale. Pria itu menscan dari atas sampai bawah. Kylie merasakan alarm bahaya dan berniat pergi, namun Cale dengan mudah menahan tasnya hingga Kylie jatuh terduduk.
Cale berjongkok, menyamakan tingginya dengan Kylie yang terlihat sangat kesal. "Anda mencoba melompat lagi, tuan muda? "
"Ti-tidak ya! Siapa juga orang bodoh yang mau lompat? Orang Kai habis tidur kok." Kylie bersedekap dada sambil memalingkan mukanya, menghindari tatapan Cale.
Kylie menunjuk Cale yang sedari tadi berwajah datar. "Lagian nih ya, ngapain paman ke sini hah?! Ini sekolah bukan milik paman loh ya! Dasar mencurigakan. "
Cale menghela nafas lelah. Berhadapan dengan Kylie yang baru bangun tidur memerlukan kesabaran extra.
"Lalu, apa maksud tuan muda melangkah ke depan sana? "
Wajahnya Kylie murung. Dia tidak ingin jujur tapi sepertinya Cale akan terus menuntut jawaban padanya. "Kak Al.. "
Ah, Cale menyesal sudah bertanya. Jika sudah seperti ini Kylie tidak ingin melakukan apapun mesti dibujuk sekalipun. "Maaf, saya tidak tahu. Tapi tidak baik membahayakan diri hanya untuk bertemu dengan kakak anda. "
"Udahlah, Kai duluan. "
Cale bangkit, menatap kepergian Kylie. Dia harus meminta maaf nanti. Cale berbalik, menghadap Gala dan keempat temannya yang sedari tadi memperhatikan. Dia membungkuk dalam, menyiratkan penyesalan dan rasa terima kasih.
"Maafkan tuan muda Kai. Dan terima kasih karena kalian menghentikannya. Jika tidak ada kalian, saya tidak tahu bagaimana akhirnya. Saya permisi. "
Cale berlalu pergi, menyisakan mereka yang masih terkejut akan tindakan Kylie.
"Dia ada masalah apa sih? Nekat bener mau lompat. " Erlan berkomentar.
.
.
.Kylie menopang kepalanya menggunakan satu tangan. Tangan lainnya mengetuk meja, menatap malas orang orang yang berlalu lalang di depan mejanya.
Kylie berada di kantin, dan dia duduk di meja paling ujung ditemani semangkuk bakso dan segelas jus wortel. Sejujurnya dia tidak menyukai sayur, tapi jika dia tidak meminum jus di gelasnya, sudah pasti dia akan dimarahi saat pulang nanti.
Dia tidak tahu dimana saja bodyguard pengintai, tapi setiap pergerakannya pasti akan tersampaikan pada Philip. Contohnya tadi.
'Hah'
Untuk kesekian kalinya Kylie menghela nafas lelah. Tidak ada yang menarik menurutnya, semuanya terlihat sama. Jika saja ada Alvaro, dia mungkin bisa sedikit menghalau kebosanan ini.
Kylie menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan, mencoba menyelam ke dalam mimpinya. Sebelum seseorang terjatuh tepat di sampingnya.
Prang
Kylie yang terkejut karena tiba tida terbangun menatap datar seseorang yang kini jatuh terduduk dengan mangkok pecah di depannya. Apakah dia tidak diperbolehkan tidur? Ayolah, semalam dia baru bisa tidur jam tiga pagi, dan itu karena tumpukan kertas yang harus segera dia selesaikan.
Kylie semakin malas karena bisik bisik mulai terdengar mengatai dirinya. Kylie berjongkok di depan adik kelasnya yang kini bertingkah sok tersakiti. Padahal disini Kylie lah yang terluka karena pecahan mangkok yang mengenai betisnya.
Kylie mengelus lembut rahang remaja laki laki yang masih menangis. Memaksanya menatap mata dark magenta miliknya. Merasa muak, Kylie mencengkram rahang itu seolah meremas squeeze.
"A-argh, sakit kak hiks... "
"Sakit? Sama kok, Kai juga sakit. Kakak tidak lihat? Kaki Kai luka karena kakak terjatuh loh? "
Remaja bernama Theo itu mengikuti arah yang ditunjuk Kylie. Matanya membelalak kaget melihat betis Kylie yang mengeluarkan begitu banyak darah. Seolah darah itu enggan untuk mengering.
"KAI! "
Plak...
Kepala Kylie tertoleh, tamparan itu tidak main main sampai sudut bibir Kylie kembali sobek. Kylie menatap tajam pelaku, siapa lagi yang mau menghakiminya tanpa bukti selain Gala? Ya, Gala lah pelaku penamparan itu.
"Kau tidak kapok kapok ya? Setelah setahun menghilang tanpa kabar, kau kembali dan malah membully murid lain? "
Kylie menghela nafas kasar, dia bangkit, mendongak menatap Gala yang jauh lebih tinggi darinya.
"Dan anda juga tidak berubah ya? Menghakimi orang lain tanpa bukti. Terima kasih atas tamparannya, saya permisi. "
Kylie menyenggol tubuh jangkung Gala padahal jalan di sebelahnya masih luas. Dan setiap kali melangkah, jejak darah dari sepatunya tercetak jelas di lantai.
Gala berjongkok, mengusap lelehan air mata dari Theo. "Kau tidak apa? Maaf, dia memang murid bermasalah. "
Theo menggeleng ribut, ini kesalahannya, bukan kesalahan Kylie. "Tidak kak hiks, kakak itu tidak salah. Theo kesandung dan ga sengaja mecahin mangkok hiks, kaki kakaknya luka, banyak darah hiks. Itu pasti sangat sakit hiks, Theo harus minta maaf. "
Gala nampak terkejut, dia melihat ke keramik dibawah meja yang tadi ditempati Kylie. Matanya membola melihat genangan darah yang cukup banyak. Dia langsung berlari meninggalkan kantin, menuju UKS, tempat yang sudah pasti didatangi Kylie.
Gala membuka kasar pintu UKS, membuat Kylie yang sedang berusaha mengobati kakinya tersentak kaget. Cairan bening menumpuk di pelupuk matanya sedari tadi dia tahan. Namun karena kaget cairan itu lolos begitu saja disusul isakan yang lama kelamaan menjadi tangisan.
"Hiks... Hiks.... Hiks..... Huwaaa Kai kaget hiks kak Al hiks mau peluk hiks huwaaa sakit hiks... "
.
.
.Kylie tertidur karena lelah menangis, boneka kelincinya juga dia peluk erat. Lukanya sudah di obati oleh Gala dan pipinya juga sudah dikompres.
Gala diam memperhatikan Kylie yang terlihat menggemaskan saat tertidur. Telinga dan hidungnya memerah karena menangis, matanya juga sedikit bengkak. Pipinya yang tumpah terlihat makin menggiurkan karena terhimpit bantal. Bibirya juga sedikit terbuka, jika saja ada pacifier, mungkin saja sudah dilahap habis oleh Kylie.
Gala sendiri duduk di kursi dengan posisi terbalik, sebelah tangannya menumpu pada sandaran kursi. Sebagai pengganti bantal untuk kepalanya. Jari tangannya yang bebas dia tusukkan ke pipi Kylie, membuat anak itu sedikit terusik dan dengan kasar menjauhkan tangan gala dari pipinya.
Tanpa sadar Gala tersenyum. Dia mengeluarkan HP dan memotretnya tanpa ijin. "Kau menggemaskan. Jika saja kau adikku, aku pasti akan mengurungmu untuk diriku sendiri. "
Selasa, 19 Des 2023
To be continued
Yuhu, El double up nih. Seneng gak?
Ya udah besok El ga up seminggu mungkin? Atau sebulan? Ga tau. El titip absen heheSee uuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Skizo Boy |Complete
Teen FictionKylie Zoe dulunya anak yang manja dan hidup dalam penuh kasih sayang. Namun nasibnya berubah 180° saat kakak sulungnya mengadopsi seorang anak yang usianya dua tahun lebih tua dari Kylie. Kekerasan yang dia dapatkan sejak berumur 7 tahun perlahan m...