4

164 25 2
                                    

"aaasshh..."

Yoojin mengusap lengannya yang terbentur dinding. Namun yang ia sesali adalah minumannya yang tumpah. Itu minuman kesukaannya. Ia dulu jarang beli karena harganya mahal. Tapi sekarang ia bisa membelinya dengan mudah karena uang yang Johnny berikan lebih dari cukup untuk membeli minuman itu beberapa kali sehari.

"Sorry Jin..."

Mata Yoojin melotot mendengar suara yang seperti enggan dia dengar itu hingga ia menoleh dan benar saja. Itu suara Haechan yang nampak memegang bola basketnya.

"Maaf. Tadi gue ngejar bolanya biar gak kena Lo. Eh malah rem blong, nabrak. Sorry sekali lagi,ya? Minuman Lo biar gue ganti sekarang..." Ucap Haechan yang tak tahu harus direspon bagaimana oleh Yoojin karena ia masih kaget.

"Chan...!!" Panggil Mark si tersangka pelempar bola tadi membuat mereka menoleh padanya.

"Gara-gara Lo,nih!"

Haechan melempar bolanya pada Mark lalu menarik tangan Yoojin begitu saja menuju kantin membuat gadis itu panik seketika.

"C-Chan..."

"Gue ganti minuman Lo. Tenang aja..." Ucap Haechan hingga mereka tiba di mesin minuman dan Haechan segera membelikan minuman Yoojin yang jatuh tadi.

Selama menunggu, Yoojin tak bisa banyak bicara. Sedikit ia meringis karena kakinya sakit beberapa hari ini. Tak terasa juga sudah seminggu lebih ia tinggal dengan pasangan itu. Satu hal yang ia sadari, Lia jarang sekali ada di rumah itu. Kata Johnny sih wajar karena Lia maniak kerja jadi sering pulang malam. Bahkan kadang tak pulang dan memilih menginap di rumah mamanya. Tapi sudah izin dengan Johnny katanya.

"Lo akhir-akhir ini jarang banget makan di kantin. Rajin masak?" Tanya Haechan sedikit tertawa memecah kesunyian diantara mereka membuat Yoojin gelagapan. Haechan memperhatikan itu? Kebetulan atau bagaimana?

"A-ah... Iya...gue lagi suka masak. Jadi bawa bekel dari rumah..." Jawab Yoojin bohong yang diangguki oleh Haechan. Pemuda itupun mengambil minuman yang sudah keluar lalu memberikannya pada Yoojin dengan senyuman khasnya.

"Oke. Sekali lagi sorry ya masalah tadi. Badan Lo gak ada yang sakit,kan?" Tanya Haechan mengusap lengan Yoojin yang tadi terbentur dinding sambil melihat tubuh gadis itu dari atas kebawah dan dijawab gelengan oleh Yoojin.

"Gak. Kenapa?"

"Gapapa... Soalnya cara berdiri Lo agak aneh. Gue pikir kaki Lo kegencet juga tadi..." Jawab Haechan melihat pada kaki Yoojin yang memang cara berdirinya agak aneh. Ya namanya juga sakit.

"A-ah... Ini...kaki gue emang agak sakit dari tadi pagi. Kepeleset di rumah..." Jawabnya yang diangguki saja oleh Haechan.

"Mau gue anter ke kelas?"

Sontak saja Yoojin menggeleng cepat lalu sadar akan tindakannya yang mungkin mencurigakan, ia langsung memasang cengirannya.

"Gausah Chan. Udah gak sesakit tadi kok. Fine. Thanks ya minumnya. Gue duluan..." Ucap Yoojin pergi meninggalkan Haechan begitu saja di kantin membuat pemuda itu menatapnya heran karena cara jalan Yoojin juga terlihat aneh.

"Cckk...."











































"Bu Lia..."

Wanita itu mengangkat wajahnya dan tersenyum pada Joy.

"Kak Johnny ada?" Tanya Lia yang diangguki oleh Joy.

"Ada Bu di dalam. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ah...gak ada. Ini saya dapet titipan soalnya dari mertua saya buat dia. Nah...yang ini buat kamu. Tadi saya mampir ke toko gaun dan saya liat ini keinget sama kamu..." Ucap Lia memberikan paper bag dari toko gaun brand ternama membuat Joy sumringah. Lia memang selalu saja membawakannya oleh-oleh setiap datang meskipun itu jarang jika tak penting sekali. Jika bukan barang, maka makanan dari resto terkenal tentunya.

"Waahh...Bu Lia selalu saja membuat saya merasa tak enak..." Ucap Joy merasa terharu dengan perhatian istri atasannya itu yang membuat Lia tertawa pelan.

"Cckk... Bukan masalah. Lagipula, gaun secantik itu kasihan jika hanya dipajang. Saya juga tak mungkin memberikan itu pada sekretaris saya,kan? Bisa-bisa banyak tingkah nanti kak Jackson..." Ucap Lia yang membuat Joy terkekeh pelan. Memang dia tahu bagaimana Jackson itu. Pelawak berkedok sekretaris. Apalagi jika sudah dikumpulkan dengan Lucas, manager keuangan dari perusahaan Johnny. Makin tak ada obatnya mereka.

"Iya sudah, saya masuk dulu ya..."

"Ah...iya. silahkan Bu..." Ucap Joy dan Lia pun berjalan menuju pintu ruangan Johnny.

Sejenak, Joy berpikir merasa seperti ada yang salah hingga ia teringat sesuatu dan hendak mengejar Lia tapi ia lebih dulu melihat Lia membuka pintu ruang kerja Johnny membuatnya memejamkan mata menghela nafas sambil berdoa berharap bosnya tak melakukan hal aneh seperti yang ia lihat tempo hari dengan selingkuhan kecilnya itu.

"Astaga... Joy... Semoga Bu Lia kuat..."








.
.
.










sorry (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang