"Li...?"
Lia mengangkat pandangannya beralih dari berkas kantor ke arah pintu dimana Jackson nampak mengintip dibaliknya. Alisnya berkerut melihat wajah gusar sang sekretaris yang tak biasa itu.
"Kenapa kak?"
"Suamimu di depan mau ketemu. Izinin apa gak?" Tanya Jackson was-was yang membuat jantung Lia berdegup kencang. Ini pertama kalinya Johnny mendatanginya ke kantor. Namun hatinya yang masih terluka membuatnya bingung hingga menghela nafas pelan.
"Kasi aja..." Finalnya yang diangguki oleh Jackson. Setelah beberapa saat sekretarisnya itu menghilang, pintu kembali terbuka dan muncullah pria yang membuat Lia tak lagi bisa fokus pada pekerjaannya hingga ia harus bersandiwara seakan tengah mengacuhkannya.
"Lia... Bisa kita bicara sebentar?"
Suaranya saja membuat Lia merinding. Padahal biasanya juga mereka bicara biasa saja meski memang jarang bisa dianggap serius.
Lia menutup berkasnya lalu mengangkat pandangannya untuk pertama kalinya. Hatinya makin tak karuan rasanya melihat keadaan Johnny yang bisa dibilang berantakan tak terurus. Bahkan rambut yang biasanya rapi kini nampak hanya terlihat seperti disisir dengan tangan saja.
"Kenapa?" Tanya Lia berusaha setenang mungkin seperti biasanya namun sialnya suaranya malah gemetar juga. Dalam hati ia berharap Johnny tak menyadari itu.
Lama tak ada suara. Hanya adegan saling tatap yang terjadi. Anggaplah mereka tengah saling meluapkan rasa rindu setelah seminggu tak bertemu. Lia yang memilih menyibukkan diri bekerja bahkan menolak banyak ajakan bertemu dari orang sekitarnya kecuali Haechan karena ia masih mengontrol mertuanya lewat pemuda itu. Toh Haechan sudah ia anggap seperti adiknya sendiri mengingat dirinya sebelumnya adalah anak tunggal.
"Lia... "
"...Ayo pulang..." Ucap Johnny dengan suara tak setegas biasanya. Terdengar sendu menyayat hati apalagi didukung dengan penampilannya itu.
"Kak—"
"Yoojin sudah pergi..."
Alis Lia berkerut mendengarnya. Apa Johnny sudah mengakhiri hubungan mereka dan mengembalikan Yoojin? Dia benar-benar melakukan itu untuk mereka?
"Kak—"
"Aku sudah mengakhirinya, Lia. Aku yang salah. Aku yang bodoh mengambil keputusan ini dan terlampau egois tanpa memikirkan akibatnya. Aku baru menyadari kalau kau duniaku setelah kau pergi. Aku bodoh Lia. Tolong maafkan aku. Kembalilah. Ayo kita pulang..." Ucap Johnny lirih yang membuat Lia menundukkan kepalanya saat air matanya akan menetes. Ia terisak. Rasa sesak, sakit dari kecemburuan dan segala yang ia alami tak bisa lagi terbendung.
"Aku tak mau pulang kesana. Rumah itu... Menyakitkan..." Tangis Lia membuat Johnny mendekat ke arahnya dan menariknya dalam pelukan hingga tangisan Lia makin kencang yang dibarengi oleh tangisan Johnny juga sambil memeluknya makin erat. Bahkan Jackson yang bisa mendengarnya pun menengok khawatir. Namun setelah melihat pasangan dingin itu nampak ada kemajuan dari sudut pandanganya, ia memilih mundur dan kembali ke mejanya.
"Sakit kak... Sakit sekali rasanya..." Cicit Lia ditengah isakannya sambil memukuli dadanya yang terasa sesak.
"Harusnya kau bilang. Bukan diam. Kau berhak bicara..."
"Aku tak mau menjadi perusak kebahagiaan kak John lagi. Sudah cukup aku membuat kak John terjebak dalam pernikahan kita..."
Mendengar itu, Johnny menggeleng pelan dan makin merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
sorry (√)
FanfictionJust short story' Jadi jangan berharap banyak bab disini. Soalnya ini hasil imajinasi mendadak nan singkat 😂🙏🏻