Yoojin yang tengah bergembira dengan teman-temannya karena dinyatakan lulus itu menoleh saat bahunya ditepuk seseorang. Senyum di wajahnya mendadak luntur saat melihat Haechan berada di depannya dengan wajah datarnya. Takut dan rasa bersalah tentu masih ada padanya hingga beberapa bulan terakhir menghindari pemuda itu serta antek-anteknya.
"Ditunggu di depan..." Ucap Haechan singkat lalu pergi begitu saja membuat Yoojin bingung maksudnya.
Ditunggu? Oleh siapa?
Penasaran, Yoojin memutuskan berjalan menuju depan sekolah. Namun tanpa ia sadari, ada beberapa anak yang mengikutinya dan mendadak menarik rambut panjangnya hingga membuat Yoojin hampir terjatuh meringis.
"Waahh... Bisa juga Lo bahagia padahal nilai Lo udah anjlok..." Ucap Jimin meledeknya. Yoojin tak melawan. Nyatanya itu memang benar. Biasanya ia selalu mendapatkan nilai terbaik namun kali ini masuk 10 nilai teratas saja tidak. Entah kenapa. Mungkin karena masalah-masalahnya sebelumnya. Juga tentang perasaannya yang masih terluka.
"Pergi, Ji... Gue gak ada urusan sama Lo..." Ucap Yoojin hendak pergi namun lagi-lagi terhenti karena Jimin dan gengnya menghalanginya.
"Apa lagi si—"
Pplaaakk...!!
Yoojin memegang pipinya yang terasa panas setelah mendapatkan tamparan dari Jimin. Entah untuk apa gadis itu melakukannya, dan untuk apa juga dia dibully oleh geng itu dia pun tak pernah tahu. Yang dia bisa lihat selama ini Jimin membully nya karena dia tak mampu. Itu saja. Tapi sepertinya ada alasan lain.
Dilihatnya gadis itu menatapnya kesal. Sangat kesal malah membuatnya makin ingin tahu. Apa salahnya?
"Lo bisa gak sih ilang aja dari dunia ini?" Cicit Jimin penuh penekanan menatap tajam Yoojin.
"Emang ada salah apa sih gue sama Lo, Ji?" Lirih Yoojin dengan mata berkaca-kaca. Sungguh ia ingin melawan tapi ia sadar dirinya hanya anak beasiswa yang tak berkasta disekolah itu.
"Salah Lo? Salah Lo karena lo caper! Gak ke Jeno sama gengnya yang selalu ngawasin Lo, sama guru-guru juga. Apalagi pak Kai. Ilang aja Lo sana! Ganggu banget tau gak!" Ucap Jimin yang membuat Yoojin terdiam tahu dimana permasalahannya. Tapi masalah dia dan teman-teman Jeno itu pasti karena dirinya yang sempat bermasalah dengan Johnny. Tapi pak Kim? Dia bahkan tak tahu ada apa dengan dirinya dan pak Kim itu. Berbicara saja jarang.
"Jim—"
"Apa Lo?! Mau ngelak?! Cih...! Semua juga—"
"Juga tau kalau kamu pembully?"
Suara itu membuat empat gadis itu menoleh ke sumber suara dimana itu membuat Yoojin melotot kaget.
"K-kak...Lia...?"
Lia dengan tatapan dinginnya mendekat ke arah Jimin dan kawan-kawannya sambil memegang ponsel yang sedari tadi ia gunakan merekam tindakan Jimin itu.
"Shin Jimin... Saya rasa orang tuamu pasti akan bangga melihat prestasi putrinya sebagai pembully nomor satu disekolah. Setidaknya, pengganti karena tak mampu menjadi murid dengan prestasi..." Ucap Lia sambil memasukkan ponselnya kedalam saku membuat Jimin yang sejak tadi kaget itu memperhatikan terus ke arah tangan Lia itu.
"N-nona..."
Jimin tergagap, sedangkan Lia menunjukkan smirknya. Masih cantik dan manis. Tapi pernah dengar kata 'sweet but psycho'? Sebegitu menyeramkan ya Lia jika sedang beradu ekspresinya.
"Kau tak lupa namaku,kan? Baru seminggu yang lalu orang tuamu mengenalkan mu padaku sebagai putri kebanggan mereka..." Ucap Lia dengan senyum tipisnya membuat Jimin menelan ludah kasar sementara Yoojin melirik mereka berdua bergantian. Apalagi Lia kini nampak cukup mengintimidasi. Berbeda dari yang ada diingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
sorry (√)
FanfictionJust short story' Jadi jangan berharap banyak bab disini. Soalnya ini hasil imajinasi mendadak nan singkat 😂🙏🏻