3. Provide Comfort

387 58 116
                                    

Penyesalan memang selalu datang belakangan. Seperti yang tengah Yoongi alami sekarang, rasanya menyesal sekali telah membuat gadis mungil ini menangis tiada henti. Sudah ada selama dua jam lebih, rengekan gadis itu terus menggema di telinga. Ya salah Yoongi, dia mengakui. Karena suka menjahili anak gadis orang, inilah akibatnya. Jiya terus menerus merengek minta pulang, di luar sedang hujan, Yoongi tidak bisa membiarkan gadis itu terkena hujan sedikit pun. Meski jarak rumah mereka terlampau dekat, tetap saja Yoongi tidak bisa memberi izin. Kalau tidak boleh ya tidak boleh, biarkan saja gadis itu menangis.

Nanti juga diam sendiri kalau lelah.

"Aku mau pulang! Hiks~"

"Nanti, sekarang tidak boleh. Kau mau disambar petir?"

Kacau sekali, suara Jiya sudah mulai terdengar serak. Nakal sih, tidak mau berhenti menangis, jadi habis kan suaranya. Memangnya kenapa kalau berdua disini dengan Yoongi? Memangnya Yoongi mempunyai tampang seperti apa sehingga membuat Jiya ketakutan begitu.

Astaga, benar-benar. Tidak sadar sekali sudah membuat anak kecil ketakutan begitu.

"Jiya.."

"Apa! Tidak usah panggil-panggil aku."

"Kau tahu info dimana orang mau membeli kepala manusia?"

"TOLONG! AKU DICULIK OLEH TUKANG CABUL!"

Teriakan Jiya menggelegar, namun tawa Yoongi mengalahkan semuanya. Ia tertawa jahat sekaligus karena merasa geli. Sungguh, seru sekali menjahili gadis ini. Tidak tahan, Yoongi berjongkok memegangi perut, lemas terlalu banyak tertawa.

"Ayah, tolong aku ayah.."

Dari sini, dari tempat Yoongi berbaring di atas karpet polos tak bermotif apa-apa miliknya, Yoongi turut prihatin kala melihat Jiya memegangi jerjak-jerjak jendela. Apa lagi mendengar lirihan itu, dia terus meminta tolong pada sang Ayah kendati gadis itu tahu tak akan ada satu manusia pun yang bisa menolongnya saat ini.

Aduh, Yoongi juga tidak mengerti mengapa suka membuat Jiya begitu.

Pada akhirnya, ia berjalan ke belakang mencari payung yang entah dimana letaknya.

Tidak lama kemudian, ia mendapati payung tersebut dan berjalan ke arah pintu. Hal itu membuat Jiya tak sengaja menoleh, lalu begitu saja Yoongi menarik pelan lengannya. Jiya sempat menahan,

"Ayo. Mau pulang kan?"

Mendengar tawaran itu Jiya sontak mendekat, kini sudah berdiri di bawah payung yang sama dengan pria Min. Yoongi menekan bahu Jiya agar lebih dekat dengannya, bertujuan agar Jiya tak terkena percikan-percikan hujan.

Sampai di sebelah rumah, gadis Shin langsung masuk dan membanting pintu. Meninggalkan Yoongi dengan sejuta kejutan yang menggerayangi hatinya. Heum, sepertinya Jiya akan marah lagi padanya.



****


Keesokan hari, Yoongi keluar rumah untuk pergi ke toko sekitar pukul delapan pagi. Pas sekali, ketika dirinya akan keluar rumah, Jiya juga sedang berada di luar rumah. Mungkin Jiya punya urusan atau janji dengan seseorang, pergerakannya tampak lebih tergesa-gesa. Dari penglihatan Yoongi, gadis manis yang berdiri tak jauh darinya itu sedang sibuk menilik isi dalam tas selempang miliknya, seperti mencari sesuatu.

Meskipun sedang tergesa-gesa, tidak menutup fakta bahwa gadis ini sungguh terlihat cantik dengan balutan crop top hijau tosca dan rok bermotif bunga daisy berwarna senada. Rambutnya yang tergerai terurai kesana kemari dibawa angin membuat kadar keindahan sosok Jiya jadi semakin bertambah.

Yoongi hampir tak sadarkan diri melihatnya. Daripada harus melamun tak jelas, akan lebih baik jika Yoongi menyapa gadis Shin saja.

"Hai."

Eyes on You  || Min Yoongi | SUDAH TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang