10. Endless problems

340 46 154
                                    

Tidak bosan aku peringatkan, kalau cerita ini mengandung unsur kedewasaan yang banyak. Ini sudah aku perhalus bahasanya. Kalau belum halus juga menurut pembaca, mohon dihaluskan sendiri 🙏

Terimakasih.








Ada sekitar satu jam Yoongi mulai mencari-cari keberadaan sang kekasih hati lagi. Hari ini Jiya sungguh sulit ditemui, senangnya main kabur-kaburan. Bagaimana hati Yoongi tak mau tenang kalau seharian dibuat kalang kabut seperti ini? Menghubungi Jiya juga tidak tersambung, kemana sih perginya bocah itu?

Suka sekali membuat Yoongi cemas. Yoongi mencoba mengintip dari balkon, ruangan Jiya masih gelap seperti sebelumnya. Kalau sudah pulang, automatis ruang sebelah itu pasti akan memantulkan cahaya. Terakhir mendapatkan kabar dari Jiya itu semalam, hanya mengatakan bahwa hari ini gadis itu tidak masuk kerja.

Karena rasa penasaran telah melingkupi hati, sore tadi Yoongi menyempatkan diri mendatangi coffee shop milik Namjoon. Dari yang ia lihat, sepertinya memang benar Jiya tak masuk. Namjoon tampak kewalahan sendiri saat melayani pelanggan. Bertanya keberadaan Jiya pada pria itupun percuma saja, bukannya malah mendapat jawaban atau setidaknya solusi, yang ada pria tampan seperti Yoongi ini emosi setengah mati dibuat pria tidak bermoral itu.

"Yang sebenarnya pacar Jiya itu, aku atau kau? Mengapa sibuk sekali sedari tadi? Kalau tidak bisa membantu, pergi saja sana dari shopku."

Ucapan Namjoon masih bisa Yoongi ingat dengan begitu baik. Harusnya dia pukulkan saja wajah Kim, biar kejadian dahulu terulang lagi. Biar saja, biar sekalian semuanya terbongkar. Tapi Yoongi tidak bisa begitu, hatinya terlalu baik hingga memilih mengabaikan.

Akan tetapi, ada satu hal yang membuat Yoongi terenyuh, ketika ia mengambil langkah keluar coffee shop, Namjoon meminta tolong agar Yoongi mau mengantar beberapa jenis kudapan kepada nenek Kwan. Tidak ada cara lain, pria Kim itu mengatakan bahwa hanya Yoongi yang mengetahui dimana nenek Kwan tinggal. Mau tak mau Yoongi harus mau, karena ini bersangkutan dengan nenek kesayangan mereka. Sekali-kali Namjoon harus diajak mengunjungi nenek Kwan, agar tak selalu menyusahkan Yoongi begini.

Enak saja menyuruh-nyuruh Yoongi, mereka kan sedang bermusuhan. Usaha sendiri, bung!

Pada akhirnya Yoongi tetap lah Yoongi. Ia mengantarkan amanah yang diberikan mantan sahabatnya pada nenek Kwan. Hingga tiba waktunya Yoongi menapaki kediaman, si pujaan hati belum juga pulang ke rumah. Telinga Jiya minta dijewer ya? Atau mau Yoongi hukum dengan memukul bokongnya sampai lima puluh kali? Heum, terlalu ringan. Mungkin Yoongi bisa ikat saja gadis itu di kamar, lalu tidak diizinkan keluar kamar barang sedetikpun.

Diikat, lalu di.. Ehem-ehem.. Husst, tidak boleh begitu. Apa-apaan otak mesum Yoongi ini? Tidak boleh dipikirkan, langsung praktek saja tidak apa.


Sekitar pukul sebelas malam Yoongi tersentak dalam tidurnya karena mendengar suara decitan pintu kamar terbuka. Dia sudah merasakan jantung yang berdentum kencang, ruang kamar ini gelap karena penerangnya sengaja ia matikan. Seseorang telah melompat ke ranjangnya dan berhasil memeluk erat tubuhnya. Kalau dicium dari harumnya sih, ini...

Shin Jiya!

Yoongi bangkit dari posisinya yang berbaring, sehingga pelukan dari Jiya terlepas begitu saja. Lampu tidur yang terletak di meja nakas Yoongi hidupkan, ia langsung berkacak pinggang. Ingin mengomeli gadis manis ini dengan amat sangat jelas.

"Dari mana?"

Gadis itu malah meliarkan mata ke kanan dan ke kiri dengan santai, sembari menggoyangkan kaki-kaki kecilnya. Jitak saja sudah lah, jangan dipikirkan lama-lama lagi. Habis sudah kesabaran Yoongi dibuatnya.

Eyes on You  || Min Yoongi | SUDAH TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang