4. Want more

427 54 94
                                    

Sudah ada hampir tiga puluh menit Yoongi bangun dengan wajah kusut, mencerna hal bodoh apa yang sudah ia lakukan tadi malam. Mendadak sadar ketika Yoongi bangun tanpa ada orang di sampingnya, ia jadi membuat kesimpulan bahwa tetangga manisnya itu pasti sudah menganggap dirinya adalah manusia paling aneh sejagat raya. Lagi dan lagi Yoongi menyesali perbuatannya, gampang sekali ia mencium dan memeluk gadis yang bahkan baru ia temui selama kurang lebih satu minggu. Kalau memang Jiya ingin peluk dirinya, ya bukan berarti Yoongi malah memeluk Jiya balik seperti orang mesum di kelab malam. Yoongi yakin setelah ini pasti Jiya tidak mau lagi berbicara padanya.

Kendati orang tua Jiya mengharapkan Yoongi menjadi menantu, bukan berarti Yoongi ingin menikah dengan Jiya kan?

Iya, Yoongi paham, Jiya itu indah, Jiya itu manis, Jiya itu cantik. Sangat disayangkan kalau Yoongi sempat tidak mengenal gadis secantik Shin Jiya.
Tapi..

Bagaimana ya cara mengungkapkan isi hati Yoongi, dia sendiri bahkan tidak mengerti apa maunya.

Hati Yoongi sudah lama tertutup, jadi akan sangat susah untuk dibuka kembali. Jadi, ya begitu lah. Masih abu-abu dan maju mundur apabila ingin mendekati seorang gadis.

Lagipula, Shin Jiya juga belum tentu mau padanya. Melihat Yoongi saja selalu emosi dan ketakutan, mungkin kalau tidak karena listrik padam tadi malam, Jiya tidak akan mau bermalam di kediaman Yoongi.

Yoongi dibuat gemas sendiri, ia mengacak-acak rambut lalu kembali berbaring di atas sofa.

Ingin melanjutkan tidur kalau saja ia tidak ingat bahwa hari ini ada yang melamar bekerja di toko serba ada miliknya. Harus cepat bergegas sebelum pukul sepuluh pagi ini.



Selama satu jam berlalu, Yoongi sudah berada di dalam toko. Sembari menunggu calon karyawan, ia membersihkan ruangan lebar itu sekedarnya, merapikan produk-produk yang tidak tersusun rapi, semua itu Yoongi lakukan bukan karena hari ini dia sedang rajin-rajinnya. Hanya saja dia ingin terlihat lebih produktif. Biar dikira orang benar.

Padahal kalau boleh diizinkan bicara jujur, jangankan merapikan barang-barang yang ada disini, melihatnya saja Yoongi sudah pusing bukan main. Biar lah ini menjadi tanggung jawab calon karyawannya nanti, sekarang Yoongi belum memiliki suasana hati yang baik. Nanti jika tidak lupa, ia akan coba membantu.

"Halo, selamat datang."



****



Shin Jiya. Niat hati ingin ke supermarket jalan besar untuk membeli stok bahan makanan. Namun, karena melihat minimarket di perempatan jalan telah buka, maka ia lebih memilih minimarket itu saja. Kalau ada yang dekat mengapa harus yang jauh, bukan begitu?

"MIN~IE MARKET. Wah, nama tokonya lucu sekali." Monolog Jiya.

Gadis berambut panjang itu sedikit terkejut sebelum ia benar-benar masuk ke dalam toko, ada dua orang lelaki disana. Satu orang tidak dikenal, dan satu orang lagi adalah Min Yoongi. Oh, ternyata ini toko milik tetangganya yang mereka bicarakan kemarin. Jiya bisa menyimpulkan itu karena melihat Yoongi berdiri di balik meja kasir. Masuk saja lah, mana tahu ada diskon untuk tetangga baik hati seperti Jiya.

Sementara Yoongi, bukan tidak tahu ada gadis yang ia kenali telah masuk toko ini. Hanya saja, dia mencoba untuk bersabar, menahan diri untuk memanggil. Sebab ada calon karyawan disini, anggap saja mereka akan melakukan interview tak resmi.

Setelah mempersilahkan si calon karyawan duduk, pikiran Yoongi tak terlalu fokus. Dia memang sedang mengeluarkan beberapa pertanyaan, tapi pandangannya tidak tentu arah. Alih-alih memandang pemuda di hadapannya, kedua manik mata Yoongi meliar mencari keberadaan Jiya. Takut Jiya pergi sebelum mereka bertemu.

Eyes on You  || Min Yoongi | SUDAH TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang