Sebenarnya aku agak malas ngasih tau kalo ada warning ಥ‿ಥ
"Aku beri waktu, lalu kita lanjutkan di kursi belakang. Tenang saja, aku yang akan berada di atasmu."
Posisi keduanya sudah berada di kursi penumpang belakang mobil. Ada sekitar lima menit Yoongi memegangi kemeja yang Jiya kenakan. Kemeja itu sudah terlepas dari tubuh gadisnya, tetapi telapak tangannya terus memegang helai pakaian tersebut. Yoongi mengeluarkan paparan kilatan dari kedua mata tajamnya.
Dia mengerti, dalam situasi begini tidak cocok untuknya bila ia memiliki setitik rasa marah.
Bagaimana mau tak marah? Ingatannya kuat, pagi tadi Jiya berangkat dengan dress selutut. Lalu kemeja siapa ini? Mau marah pun tak memiliki hak, atas dasar apa Yoongi mencemburui gadis yang bukan miliknya?
"Kak, masih mau dilanjut?"
Mata tajam Yoongi mengerjap, rasanya ingin mendorong kewanitaan Jiya keras-keras dengan batang keperkasaan miliknya. Namun sekali lagi dia memutuskan untuk tetap tenang, tidak boleh gegabah pada anak gadis tuan Shin.
Dikecupnya lembut pelipis Jiya sembari membuka kaus hitamnya sendiri. Kecupan kupu-kupu itu turun ke pipi pualam, lalu turun ke dagu, ditutup dengan satu gigitan kecil.
"Aku boleh bertanya padamu, Shin Jiya?"
"Tentu, kak Yoongi mau bertanya apa?" Jemari lentiknya memberi usapan ringan pada rahang si pria.
"Kau memakai kemeja siapa? Dressmu kemana?"
"ASTAGA! Dressku tertinggal di Shop kak."
Teriakan Jiya lumayan mampu membuat Yoongi terkejut, jantungnya terguncang sedikit tanpa Jiya ketahui."Kak, kemeja yang aku pakai ini milik pria tadi, pemilik coffee shop. Celana training yang aku kenakan juga miliknya. Dia sengaja meminjamkan aku baju karena melihatku tidak nyaman saat bekerja menggunakan dress." Lanjut Jiya menjelaskan.
Yoongi mengulum bibir. Sekarang dia malah semakin tidak mengerti dengan perasaannya. Entah dia harus bersyukur atau malah semakin disambangi rasa cemburu.
"Jangan pakai miliknya lagi. Pakai saja punyaku."
"Lalu kakak pakai apa? Telanjang?"
"Iya. Biar kau puas."
Tawa Jiya melayang keras. Ini konsepnya bagaimana? Ingin melakukan sesuatu yang panas atau membuat lawakan receh khas Ayah-ayah pada umumnya?
Tidak lama Jiya tertawa, kini ia menggeliat kecil. Yoongi tidak memberi aba-aba apapun, langsung menjawil pucuk dadanya. Membuat tarikan kecil dan menekan kuat lingkaran merah muda tersebut.
Di mata Yoongi, Jiya jadi tambah terlihat menawan. Sifat kekanakan gadis ini tertutupi dengan baik oleh sikap nakalnya. Kalau Yoongi gagahi saja apa gadis ini masih akan menangis seperti kemarin?
Tegangan pada pusat tubuh Yoongi, jelas ia menyadari. Masih ingin menahan, pria pucat itu belum ingin masuk ke inti. Bermain-main dulu dengan bagian atas tubuh Jiya.
Sekarang celana yang melekat pada kaki gadis Shin sudah terlepas, menyisakan celana dalam berbahan satin. Yoongi kesusahan membuka celananya sendiri, dibantu oleh Jiya meski ia tahu gadis ini sedang mati-matian menahan malu.
"Jiya, kau mau belajar nakal ya?"
"Jiya hanyalah gadis biasa berusia dua puluh lima tahun, kak. Bukankah aneh kalau Jiya masih belum mengerti apa-apa? Jiya juga ingin merasakan hal-hal berbau dewasa seperti ini."
Kasihan, Yoongi sangat memahami perasaan Jiya. Terlalu lama dikekang, membuatnya lebih liar ketika dibebaskan dari kandang. "Aku tuntun ya, Ji."
Bibir semerah cherry itu kembali dilumat oleh sang pria. Tangan berurat Yoongi tidak dibiarkan menganggur begitu saja. Terus menjalar ke bawah mencari-cari sesuatu. Setelah dapat, Jiya dibuat mengejang, meliukkan badan ke kanan dan ke kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You || Min Yoongi | SUDAH TERBIT
FanfictionEyes on You versi cetak masih bisa dipesan melalui shopee lilacs creative, atau klik link yang ada di bio IG BaperNugraha 😍 Sosok seperti apa keduanya? Salah satu dari mereka ingin tahu, tapi diam adalah opsi yang baik untuk saat ini. "Mungkin mel...