5. Aggressive stupidity

412 53 65
                                    

Mesin pendingin ruangan mungkin sedang dalam keadaan mati. Terbukti dari pori-pori kulit Jiya yang mengeluarkan bulir-bulir keringat. Kedua mata lentik Jiya yang semula tertutup, kini terbuka kala ia merasakan sapuan hangat pada dahinya. Ah, Min Yoongi ternyata sedang mengusap peluh di dahi si gadis menggunakan ibu jarinya.

"Kau berkeringat." Ibu jarinya terus memberi sapuan sampai kulit tersebut terasa tak basah lagi.

Ya bagaimana mau tidak berkeringat, Yoongi membungkus tubuh Jiya dengan selimut tebal lalu mendekapnya. Selain kepala Jiya, sama sekali tidak ada celah agar hawa dingin dapat masuk ke dalam anggota tubuhnya. Kalau begini terus Jiya bisa mati sesak karena kepanasan.

"Jiya harus buka selimut kak. Panas sekali, sungguhan." Jiya merengek memasang raut wajah seperti minta dikasihani.

"Aku naikkan suhu mesin pendinginnya ya."

Jiya hanya menggeleng pelan. Mesin pendingin nyatanya tidak dalam keadaan mati. Artinya, mau serendah apapun suhu mesin pendingin, dia tetap akan kepanasan jika terus dibungkus seperti ini. Jiya ini tipe manusia yang tidak tahan panas, jadi Yoongi harus mengerti. Sekarang tidak lagi ia peduli dengan larangan si pria, Jiya membuka selimutnya begitu saja.

Yoongi tidak hanya diam, ia kembali menyelimuti Jiya meski gadis itu terus membuka dan melempar selimut sialan itu jauh dari jangkauan mereka. Hal itu berulang sampai tiga kali, dan Yoongi menyerah. Ia membiarkan selimut tergeletak di hadapan pintu kamar mandi. Lumayan keras kepala juga Shin Jiya ini, pikirnya.

Terserah pada Jiya saja lah, biarkan saja kalau Yoongi tidak bisa menguatkan iman malam ini.

"Jiya ada apa? Bukannya kemarin kau takut sekali padaku?"

Benar. Kemarin Jiya sempat takut dengan kelakuan nakal pria bermarga Min itu. Akan tetapi, semenjak kejadian listrik padam, Jiya baru menyadari bahwa Yoongi ini adalah orang yang hangat. Satu malam mampu membuatnya merasa nyaman ketika berada dalam pelukan Yoongi. Saat bermain di luar seharian, kepala Jiya terus dipenuhi dengan bayang-bayang pria itu. Meski dalam keadaan bersenang-senang di tengah keramaian, Jiya tetap merasa sepi karena Yoongi selalu ada dalam benaknya.

Mengapa Yoongi tidak menemaninya bermain saja? Pertanyaan itu muncul, tidak lama ia juga memaklumi bahwa setiap orang punya kesibukan yang berbeda-beda. Dan Yoongi sendiri bukan lah bodyguard yang harus menemani kemana pun Jiya pergi.

Dalam bus menuju kediaman, kedua matanya telah mendapati pasangan yang duduk tak jauh darinya sedang berciuman. Di hatinya bagaikan ada yang menggebu-gebu setelah melihat adegan itu. Pikiran melanglang buana, tapi masih sadar diri Jiya belum pernah melakukan ciuman sedalam itu, terlebih lagi ia tak memiliki kekasih.

Pikiran kotor muncul kembali di dalam otak cantiknya, haruskah ia mencobanya dengan Yoongi? Toh, hanya berciuman tidak akan menimbulkan apa-apa. Tidak bahaya juga, sepertinya akan sangat menyenangkan. Lagipula Yoongi sudah memeluk dan menciumnya kemarin. Jiya merasa tidak ada salahnya jika melakukan itu bersama sang pria.

Duh, Jiya.. Apa-apaan pemikiran itu.

Bukan dia tak mengetahui konsekuensinya. Hanya saja gadis bebal itu berusaha menutup mata. Yakin sekali hatinya sudah tertutupi kabut karena memiliki ketertarikan dengan seorang pria pemilik nama Min Yoongi.

Maka yang terjadi saat ini, mereka melanjutkan ciuman panas itu di kamar ini dari satu jam yang lalu. Kamar kediaman Jiya, tida terlalu luas namun juga tak terlalu sempit. Mereka berdua bagai pasang kekasih yang dimabuk cinta, padahal nyatanya mereka tak memiliki status apapun. Jiya menggigiti kuku jari telunjuknya, bingung mau menjawab apa dari pertanyaan si pria tadi. Sekaligus agak menyesal telah melakukan hal yang tidak pantas bagi anak perawan seperti dirinya.

Eyes on You  || Min Yoongi | SUDAH TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang