Memang sudah nasib. Sudah jatuh tertimpa batu, malangnya nasib Yoongi malam ini. Habis diputuskan oleh kekasih hati, demam malah melanda tubuhnya. Begitulah akibat terlalu egois, mengutamakan keinginan daripada kesehatan. Ini pasti karena tertular dari demamnya Jiya. Sekarang, meskipun mulut ingin berkata tidak, tetapi ia tetap menerima jika harus bersakit-sakit begini. Semoga Jiya di kediamannya, sudah tak merasakan sakit lagi. Soalnya Yoongi sudah mengambil alih sakit itu, sudah berpindah ke tubuh berototnya.
Tangan dan kaki Yoongi dingin, ia menggigil seluruh tubuh kendati suhu tubuhnya sudah terbilang tinggi. Selimut saja tidak mampu untuk menghangatkan tubuh besarnya, harus ada bantuan lain. Dipeluk Jiya misalnya. Sungguh, Yoongi sedang butuh Jiya untuk dijadikan obat. Tapi, apa mungkin meminta bantuan gadis manis itu, sementara hubungan mereka sedang tidak baik. PUTUS, lebih tepatnya.
Telapak tangan Yoongi perlahan memeriksa dahinya sendiri. Ya, mau bagaimana lagi ya. Tidak ada yang berniat memeriksa suhu tubuhnya, jadi Yoongi nekat untuk memeriksanya sendiri. Patut diacungi jempol keberanian pria itu.
"Argh, sial!" Dia mengumpat keras mendapati suhu tubuhnya semakin meninggi.
Giginya bergemelatuk melawan rasa dingin yang menjalar sampai ke tulang punggung. Tidak sanggup, Yoongi bahkan tidak sanggup untuk mencari obat penurun demam, pun dia tidak ingat kapan terakhir kali obat-obatan tersedia dalam kediamannya. Jika masih ada, kemungkinan juga sudah tidak bisa digunakan lagi. Sudah melewati tenggat waktu yang ditentukan.
Ah, ponsel. Untungnya ponsel masih bisa dijangkau. Ia membawa benda persegi berlayar terang itu, terangnya mengimbangi cahaya matahari di siang hari. Sudah tahu dapat menyakiti mata, tetap saja Yoongi membuat kecerahan layar ponselnya sampai full.
Kini dengan kedua mata yang dipaksa untuk terbuka setengah, Yoongi menekan lama angka satu. Yoongi tidak ingin menangis atau cengeng seperti ini, dia juga tidak mengerti mengapa air mata mulai keluar dari pelupuk mata kecilnya. Bisa saja ini adalah efek karena tubuhnya sedang tidak stabil.
Panggilan pertama tidak ada jawaban. Yoongi semakin gencar mengeluarkan isak isak tangisnya. Aduh, jangan ada yang memberi penilaian tak berguna pada Yoongi. Kalian hanya tidak tahu bagaimana perasaan Yoongi saat ini, rasanya Yoongi belum bisa menerima jika dia diputuskan. Usia hubungan mereka baru menginjak beberapa hari, tapi sudah berakhir tragis. Berakhir dengan cara yang sangat tidak estetik sekali.
Dua kali, tiga kali, empat sampai tujuh kali menghubungi gadis kesayangannya masih tidak ada jawaban. Yoongi dengan terpaksa mematikan layar ponsel, kali ini harus benar-benar merelakan bahwa Jiya ingin waktu untuk menyendiri. Sejujurnya, ia yakin sekali Namjoon sudah mengatakan hal yang tidak-tidak tentang dirinya. Walaupun kenyataan itu benar adanya, tidak bisakah Namjoon jangan bermulut seperti netizen? Jangan mengadudombakan hubungan yang ia miliki dengan Jiya.
Yoongi hanya bisa memijat kepalanya pasrah. Rasanya mual ingin mengeluarkan isi perutnya.
Tuk tuk
"Ada apa?"
Yoongi menoleh ke sumber suara setelah mendengar ketukan pada pintu pembatas balkon, dan ia langsung disuguhkan dengan pertanyaan ada apa?
'Ada apa ada apa, pakai bertanya pula. Sini makanya lihat aku yang sedang lemah, letih, lesu, lunglai, love you.' Jawab Min dalam hati. Tidak berani mengutarakan secara langsung, bisa-bisa Jiya lari sebelum melihat keadaannya yang lemah ini.
Pria itu memilih diam sembari menunggu langkah kaki Jiya mendekat ke arahnya. Ketika gadis itu sudah benar-benar duduk di sampingnya, Yoongi menatap punggung gadis itu dengan tatapan yang begitu sayu. "Aku.. Sakit. Bisakah temani aku semalam saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes on You || Min Yoongi | SUDAH TERBIT
FanfictionEyes on You versi cetak masih bisa dipesan melalui shopee lilacs creative, atau klik link yang ada di bio IG BaperNugraha 😍 Sosok seperti apa keduanya? Salah satu dari mereka ingin tahu, tapi diam adalah opsi yang baik untuk saat ini. "Mungkin mel...