15. Proof begins II

250 43 153
                                    

Jiya sempat mengetahui bahwa Yoongi datang lagi untuk meminta maaf sepenuh hati, namun sang Ayah bersikeras tidak mengizinkan Yoongi masuk rumah walaupun hanya sedetik. Di luar sedang deras-derasnya hujan, mengapa tega sekali membiarkan Yoongi di luar? 

Jiya hanya bisa tersedu menatapi punggung Yoongi dari jendela kamar, baju dan rambutnya basah kuyup. Saking tidak tahan dengan sikap sang Ayah, Jiya keluar menuruni anak tangga dengan cepat. Mengambil satu payung yang terletak di sudut ruangan. Sebelum Yoongi menghilang dari halaman rumahnya, ia mengejar dengan bertelanjang kaki. Jiya jelas masih ingat sekali, ia memanggil nama Yoongi dengan suara serak. Dan Yoongi langsung berbalik untuk menangkap tubuh Jiya yang menerjang tubuhnya dengan sebuah pelukan. 

"Kak Yoon, kakak tidak apa-apa?" 

"Ya. Iya, cantik. Aku baik-baik saja."

Anggukan kepala Yoongi terasa meski tubuh Jiya sedang direngkuh erat. Wajah Jiya dibingkai hangat dengan telapak tangan lebar milik Yoongi, tidak mau menunggu waktu lama wajah kecil gadis itu sudah dikecupi seluruhnya.

Menyempatkan diri untuk mengecup lamat bibir Jiya, mendalami perasaan, takut kalau setelah ini Yoongi tidak bisa menyatukan bibirnya dengan bibir mungil ini lagi. Dia sudah cemas berhari-hari, perlu energi untuk memaksimalkan kembali semangatnya yang sempat pupus. Tidak peduli jika ia ketahuan lagi, lagi, dan lagi. Kalau bisa kali ini dia akan menculik Jiya, pergi jauh dari sini lalu menikahinya. Kalau boleh memaki orang tua, maka itupun sudah Yoongi lakukan, sayangnya dia tak bisa dan tak terbiasa. Maaf saja, masalahnya Yoongi belum mengutarakan maksud kedatangan tapi Tuan Shin sudah lebih dulu mengusirnya. Bagaimana dia tidak ingin memaki?

Sementara dalam kecupan yang semakin kian mendalam, berubah menjadi ciuman panas dan intim, di bawah guyuran hujan Jiya merasa gerah. Bawahnya berkedut kala Yoongi meremat bokongnya lalu naik untuk menarik puting payudara sebelah kiri.

Sore hari itu semakin gelap, hujan semakin deras. Payung yang mereka pakai tidak cukup besar untuk melindungi dua tubuh mereka dari percikan air hujan. Namun, meski keadaan cuaca gelap, Jiya masih bisa menangkap presensi tubuh tinggi berdiri tepat di hadapan gerbang rumahnya. Apa itu Namjoon? Berdiri dengan payung hitam melindungi tubuhnya dari derasnya hujan. Tapi, mengapa? Apa memang ingin memberi gaji secara langsung? Bisa transfer saja kalau pria Kim itu lupa.

Yoongi menyadari arah tatapan Jiya, wanitanya tidak fokus untuk diajak berciuman. Dengan cepat ia mengikuti arah pandang, disana terlihat Namjoon baru memasuki mobil milik Yoongi sendiri.

"Dia datang bersamaku kesini."

Jiya mengangguk tanda mengerti, ia melihat lagi siluet Namjoon yang tidak begitu jelas. Sebab hujan mengaburkan pandangannya, ditambah saat ini Namjoon sudah berada dalam mobil. Kalau tidak salah lihat, Namjoon sepertinya sedang muram. Pria Kim itu menundukkan kepalanya tanpa ekspresi.

Belum lagi menyiapkan diri untuk membalas kalimat Yoongi, mereka sudah dikejutkan oleh kedatangan Tuan Shin. Lengan Jiya diseret agar mau masuk rumah, kali ini Yoongi tidak mau hanya diam. Ia memaksa melepaskan cengkraman itu dari lengan gadis kesayangannya. "Paman, tolong jangan kasar." 

Dan Jiya dibawa untuk berlindung ke belakang tubuh Yoongi. Sejujurnya untuk Jiya sendiri, dia merasa bingung harus ikut yang mana. Dia merasa bersalah pada Ayah, merasa telah menjadi anak durhaka. Tapi di sisi lain, Yoongi hanya ingin melindungi diri Jiya dari kasarnya sang Ayah. 

"Aku menyesal telah percaya denganmu, mengapa kau menyanggupi permintaanku untuk melindungi putriku dulu? Kalau tidak bisa, seharusnya kau bilang! Jangan kau rusak dia!"

"Aku menyukainya. Aku mencintainya. Apa paman tidak pernah muda!?" 

Apa? Apa maksud dari perkataan dua pria ini? Jiya tidak berhasil memahami. Mempercayai apa maksudnya? Terlihat Ayah sudah kembali naik pitam. Sebelum adu tinju terjadi, bergantian Jiya kini yang menarik lengan Ayahnya. Memaksa untuk naik ke teras rumah. Akan tetapi, pemberontakan sang Ayah malah membuat pria itu jatuh sendiri sehingga mengakibatkan patah kaki. Tuan Shin tergelincir sebab air hujan membuat licin pada keramik anak tangga menuju teras rumah. Padahal hanya terdapat lima anak tangga saja, Jiya panik tidak menyangka mengapa sang Ayah bisa terjatuh dan kakinya tidak bisa digerakkan seketika.

Eyes on You  || Min Yoongi | SUDAH TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang