19. Ndalem

618 25 0
                                    

Sesampainya mereka di ndalem, Aisyah melihat keberadaan Azzam yang sedang duduk di ruang tamu bersama Agam dan juga Abah nya. Ternyata dugaan ia benar bahwa Azzam juga berada di dalam ndalem, di karenakan jika ada Agam di suatu tempat di pondok pesantren ini, maka kemungkinan besar Azzam juga berada di tempat yang sama. Ibarat kata mereka itu seperti upin ipin yang tidak gampang untuk di pisahkan, tapi sayangnya waktu pernikahan Azzam, Agam tidak dapat menghadiri acara pernikahan sahabat karibnya itu, dikarenakan berita pernikahan Azzam tidak tersebar di ponpes, yang tahu berita tersebut hanya Abah nya Aisyah saja.

"Assalamualaikum" ucap mereka bertiga bersamaan ketika sudah sampai di ndalem.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab ketiga orang yang berada di dalam ndalem dengan bersama. Tiga orang yang di maksud adalah Pak kyai, Azzam, dan juga Agam.

"Masuk nduk," lanjut pak kyai.

"Iya bah." jawab Aisyah lalu masuk ke dalam ndalem, dan di ikutin oleh Lea dan juga Vanisha.

Pandangan Azzam kini beralih kearah pintu, dan melihat Lea berada di belakang Aisyah, Azzam sedikit bingung kenapa Lea bisa bertemu sama Aisyah dan juga ikut ke ndalem.

Sekarang ketiganya sudah memasuki ndalem, Azzam belum menyapa Lea dengan kata-kata, tadi mereka hanya sempat saling tatap, lalu Azzam memberikan senyum simpul yang dibalas dengan senyuman manis dari Lea.

"Siapa itu nduk?" tanya pak kyai kepada Aisyah, yang di maksud oleh beliau adalah Lea.

"Gatau bah, perempuan gajelas, tadi ketemu waktu Vanisha nyamperin aku," jawab Aisyah dengan sedikit menyindir Lea.

Lea kembali kesal dengan sikap Aisyah terhadap Lea, ia sudah sangat tidak tahan, rasanya sekarang juga ia ingin menarik hijab Aisyah dari belakang dengan sekuat mungkin.

Azzam yang mendengar jawaban yang di lontarkan oleh Aisyah tersebut, menjadi kesal dan sedikit marah. Ia tidak terima istri nya di sebut 'perempuan gajelas' karena sudah kesal dengan sikap Aisyah, Azzam tanpa rasa ragu sedikitpun langsung ikut bersuara.

"Itu istri saya," potong Azzam.

"Kamu kalau enggak tau atau enggak kenal jangan disebut perempuan gajelas dong, lagian ga mungkin kamu ga tau kan, Vanisha pasti udah bilang sama kamu," lanjut Azzam, kali ini dengan nada bicara yang sedikit emosi.

Aisyah tidak menjawab pernyataan yang dibicarakan oleh Azzam, ia hanya membalas dengan tatapan sinis, seolah olah dia tidak terima dengan situasi sekarang ini.

Karena melihat anaknya yang hanya diam saja, dan tidak melontarkan kata maaf, membuat pak kyai bersuara "maaf ya Zam, Abah tidak tahu, maaf jika perkataan anak abah bikin tersinggung," ucap pak kyai kepada Azzam.

"Iya bah gapapa," jawab Azzam dengan senyuman nya.

Pak kyai beralih kearah Lea yang tadi baru saja di bicarakan yang tidak tidak oleh anak semata wayangnya itu, "Silahkan duduk" ujar Abah.

"Iya," jawab Lea singkat, iya bingung harus duduk dimana.

Azzam yang melihat istrinya sedang lingung itu langsung bersuara untuk menawarkan duduk disamping dirinya. "Sini duduk sebelah aku," ujar Azzam yang langsung mendapatkan tanggapan dari Lea. Lea langsung menuju ke kursi yang di maksud oleh Azzam.

Sedangkan Agam yang tadinya duduk di sebelah Azzam, berpindah ke kursi kosong yang khusus untuk sendirian yang terletak di samping kursi Azzam dan istrinya.

Sedangkan Aisyah dan Vanisha duduk di kursi yang ada di dekat pak kyai.

Setelah Lea duduk di samping Azzam, Azzam sedikit bergeser agar menjadi lebih dekat dengan Lea, lalu membisikkan sesuatu dengan perlahan. "Maaf ya yang tadi, nanti aku traktir ice cream biar nggak badmood. Okey?" ucap Azzam kepada Istrinya.

Lea hanya membalas dengan singkat, hanya satu kata yang di keluarkan dari bibir cantiknya yaitu "iya"

Setelah kejadian itu, Pak kyai, Azzam, dan juga Agam kembali melanjutkan pembicaraannya yang tadi sempat terpotong, mereka sedang merencanakan persiapan untuk ke Singapura.

Aisyah dan Vanisha juga ikut berbicara dalam pembahasan tersebut, sedangkan Lea, ia hanya sibuk dengan dirinya sendiri, lebih tepatnya ia sangat bosan dengan situasi ini, tidak ada yang bisa ia ajak untuk mengobrol, sedangkan Azzam juga hanya sesekali saja menegur dirinya, Azzam terlalu fokus dengan pembahasan ini, alhasil hal yang di lakukan oleh Lea hanya memainkan ujung hijab yang ia gunakan, ia menggulung gulung ujung hijabnya, sesekali juga ia membuka ponsel nya dah melihat sosial media.

Sampai dimana sekarang sudah menunjukkan pukul 22.45 dan Lea sudah sangat bosan menunggu, lagipula dia sudah sedikit mengantuk, alhasil dia menepuk pundak suaminya, ketika Azzam menoleh ia mengucapkan kata-kata "ngantuk, ayo pulang" tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Menyadari bahwa istrinya sekarang sudah mengantuk, membuat Azzam bersuara untuk berpamitan kepada yang lainnya.

"Hati hati ya zam," ujar Abah.

Begitupun Aisyah, ia mengucapkan hati hati kepada Azzam, tapi Azzam tidak menjawab alhasil membuat  Aisyah sedikit kecewa.

Lea berpamitan kepada Vanisha, ketika melewati Aisyah, Lea melihat mata Aisyah yang terlihat sangat sinis kepada dirinya saat ini, karena sudah terlalu kesal, jadinya Lea membalas dengan tatapan yang sinis juga.

"Pamit ya Bah, gam," ucap Azzam ketika selesai menyalimi pak kyai.

"Assalamualaikum," ucap Azzam dan Lea bersamaan. Lalu keluar dari area ndalem dan menuju ke arah parkiran.

MAS SANTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang