“Udah siap?” Tanya Sadam pada gadis di sampingnya yang tampak begitu semangat dan penuh energi. Sejak satu jam lalu ia dan Sherina sedang duduk di ruang tunggu terminal 3 keberangkatan internasional bandara Soekarno Hatta, menunggu waktu mereka masuk ke dalam pesawat.
“Siap banget dong, Dam!” Jawab Sherina mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Padahal penerbangan mereka dijadwalkan berangkat pukul 12 lewat 15 menit malam hari, dan sekarang waktu sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam, tapi Sadam heran melihat Sherina masih saja bisa seceria itu.
“Nggak ngantuk? Ini udah malem loh, abis ini juga kita bakal terbang lama. Transit dua kali pula.” Ucap Sadam sambil tersenyum melihat kegemasan gadis di sampingnya itu.
“Justru itu yang seru kan, Dam! Perjalanan ke manapun menyenangkan.” Jawab Sherina dengan mata berbinar dan senyum sumringah.
“Ke manapun menyenangkan, ya? Karena bareng aku?” Goda Sadam.
Sherina mendengus geli seraya memukul pelan pundak sahabatnya itu lalu menjawab, “Idih! Kepedean banget ya yayang ini.”
Saat panggilan untuk penumpang pesawat mereka berkumandang dari pengeras suara, keduanya langsung bergegas. Sadam bangkit duluan dari duduknya, memakai backpack dan merapihkan jaketnya. Ia kemudian ia mengulurkan tangannya ke arah sang sahabat yang sedang memakai jaket di kursinya itu, “Ayo, kita mulai petualangan baru.”
Sherina mendongakkan kepalanya, menatap wajah Sadam sebelum akhirnya pandangan berpindah ke arah tangan yang terulur di hadapannya. Ia tersenyum lebar lalu menyambut uluran tangan itu, “Mohon bantuannya, yayang!”
Perjalanan mereka menuju Arusha, Tanzania membutuhkan waktu kurang lebih 28 jam dengan dua kali transit. Penerbangan mereka malam ini menggunakan Emirates airlines akan berlangsung selama delapan jam lebih sampai tiba di destinasi transit pertama yaitu di Dubai International Airport. Berdasarkan jadwal, mereka akan menunggu selama lima jam sampai penerbangan kedua dimulai menuju destinasi transit kedua di Jomo Kenyatta International Airport di Nairobi. Di sana nanti mereka masih harus menunggu kurang lebih lima jam lagi sampai terakhir penerbangan ketiga dimulai menggunakan Precision Airlines selama empat jam menuju bandara Arusha, tujuan akhir mereka.
Perjalanan yang menurut Sadam akan sangat panjang namun justru sangat ditunggu oleh Sherina, “Aku kan belum pernah ngerasain transit-transit kayak gini, Dam! Jangan natap aku kayak aku nih norak gitu, deh!”
Mereka kini sudah duduk di kursi pesawat masing-masing dan tentu saja, bagian jendela dikuasai oleh Sherina. Setiap perjalanan, pasti ia yang harus ada di pinggir jendela karena ia sangat suka melihat keluar. Meskipun sekarang tengah malam dan tentu tidak terlihat apa-apa dari jendela. Tapi itu sudah jadi posisi mandatori antara dirinya dengan Sadam sejak kecil. Lagipula, itu memang posisi yang pas menurut Sadam, karena mana mungkin ia membiarkan Sherina duduk di dekat lorong yang berpotensi disenggol-senggol oleh orang yang lewat dan lalu lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
.°。✧ 𝑨𝒃𝒐𝒖𝒕 𝑼𝒔 : 𝑹𝒆𝒘𝒓𝒊𝒕𝒆 𝑻𝒉𝒆 𝑺𝒕𝒂𝒓𝒔 ˎˊ-
Fanfic"Hai, Nama kamu siapa? Nama aku Sherina." Gadis ceria itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Sadam." Jawab anak laki-laki itu datar. Sebuah perkenalan singkat yang normal. Sebuah perkenalan normal yang akan membawa mereka pada takdir yang luar...