"Kok cepet, Dam?" Tanya Flora begitu Sadam duduk di kursi kosong sampingnya, setelah ia masuk ke dalam ruang meeting yang kemudian langsung menundukkan kepala pada dua orang WO di meja seberang lalu mencium tangan mamanya Flora.
"Sher dijemput Aryo." Jawab Sadam sekenanya, ia memilih untuk mengeluarkan ponsel dari saku celana lalu sibuk mengutak-atik benda persegi panjang pipih itu, seakan meeting ini tak kasat mata untuknya.
Selama meeting dengan WO, hanya Flora dan mamanya saja yang sibuk berdiskusi perihal konsep dan lainnya untuk acara pertunangan tiga minggu lagi itu. Setiap Sadam ditanyakan pendapat, ia hanya tersenyum tipis dan berucap, "Saya ikut mau Flora aja."
Flora sudah tahu pasti kalau Sadam sangat marah padanya, apalagi dengan caranya hari ini yang diam-diam mengajak Sherina bertemu untuk memberitahukan perihal pertunangan ini. Ia merasa sudah melakukan hal yang benar, yang ia beritahu pada Sherina adalah fakta, untuk apa lama-lama dirahasiakan? Toh, ia berpura-pura tidak terjadi apa-apa di hadapan gadis itu. Meskipun ia juga tahu pasti tadi Sadam sudah memberitahu gadis itu apa yang membuat pertunangan ini tetap dilanjutkan.
Siapa suruh main belakang? Hardik Flora dalam hatinya. Devano mungkin bisa pasrah karena sudah mempersiapkan hatinya sejak lama, tapi tidak dengan Flora. Selama masih bisa diperjuangkan, ia takkan berhenti. Baginya saat ini yang penting adalah memiliki Sadam seutuhnya. Masalah cinta bisa diatur nanti. Ia percaya diri kalau cinta dia sama besarnya dengan Sherina.
Mama Flora yang menyadari perilaku Sadam yang begitu dingin kemudian menyuruh anaknya mendekat lalu berbisik, "Sadam kenapa?"
Flora menatap mamanya lalu menggelengkan kepala, "Lagi sibuk kerjaan mungkin, Ma."
"Kalau sibuk mendingan dia nggak ikut rapat, Flo. Nggak enak ke orang WO liat dia acuh gitu." Bisik Mama Flora melirik ke dua orang WO di hadapan mereka.
Flora menghela napas sembari menggaruk tengkuknya, merasa serba salah, "Ya udah aku ajak ngobrol Sadam dulu, Ma."
Setelah itu, ia menggeser kursinya mendekat pada Sadam lalu mengajak lelaki itu untuk keluar sebentar, ia menunduk sekilas pada orang WO untuk izin meninggalkan rapat sejenak. Sadam yang menatapnya tanpa ekspresi menurut saja ketika tangannya ditarik Flora keluar ruangan.
"Dam, kamu bisa lebih kooperatif sedikit nggak di rapat kita?" Tanya Flora to the point setelah mereka sedikit menjauh dari pintu masuk rapat.
"Aku kan udah bilang, aku ikut mau kamu aja." Jawab Sadam dingin tanpa emosi.
"Tapi kamu sibuk main handphone dari tadi, itu buat orang WO-nya risih" Flora terus mencecarnya.
Sadam menatap gadis itu dengan tatapan tajam, ia mendengus keras sebelum mengutarakan kekesalannya, "Kamu bisa seenaknya memperlakukan aku setelah aku bikin salah, kan? Aku juga bisa, Flo. Jangan kira aku nggak bisa marah karena kelakuan kamu hari ini."
"Aku salah apa? Aku cuma bantu kamu cepat menyelesaikan urusan kamu dan Sherina." Jawab Flora tidak mau kalah.
"Tapi nggak gitu caranya, Flora! Kamu lancang."
"Kamu." Gadis itu menunjuk Sadam, "Di sini kamu dan Sherina yang salah, Dam. Jangan kamu playing victim seakan aku yang mulai ini semua."
Sadam mengangguk-angguk, ia mengangkat kedua tangannya, "Iya, aku dan Sherina yang salah. Tapi kamu terlalu memaksakan kehendak. Apa yang akan kamu dapat dari ini semua?"
"Aku tetap bisa milikin kamu." Jawab Flora dengan nada rendah dan penuh penekanan di setiap katanya.
Sadam menggelengkan kepalanya tidak tahu harus berucap apalagi setelah melihat gadis yang begitu keras kepala di hadapannya ini. "Aku pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
.°。✧ 𝑨𝒃𝒐𝒖𝒕 𝑼𝒔 : 𝑹𝒆𝒘𝒓𝒊𝒕𝒆 𝑻𝒉𝒆 𝑺𝒕𝒂𝒓𝒔 ˎˊ-
Fanfic"Hai, Nama kamu siapa? Nama aku Sherina." Gadis ceria itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Sadam." Jawab anak laki-laki itu datar. Sebuah perkenalan singkat yang normal. Sebuah perkenalan normal yang akan membawa mereka pada takdir yang luar...