𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝑻𝒉𝒊𝒓𝒕𝒆𝒆𝒏

578 46 212
                                    

Dering ponsel Sherina membangunkan gadis itu dari tidur lelapnya, ia mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum mengambil ponsel itu dari meja. Matanya seketika membulat sempurna begitu melihat siapa yang meneleponnya pagi-pagi begini.

Astaga, ia baru ingat seharusnya ia kembali ke apartemennya jam enam pagi, matanya melihat ke jam dinding di atas pintu dan sekarang sudah pukul 7:30 pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Astaga, ia baru ingat seharusnya ia kembali ke apartemennya jam enam pagi, matanya melihat ke jam dinding di atas pintu dan sekarang sudah pukul 7:30 pagi. Oh, tidak. Semua salah Sadam.

Ia kemudian duduk di atas kasur setelah menyingkirkan tangan Sadam yang ada di atas perutnya, ia berdeham pelan untuk mengembalikan suaranya yang sudah pasti serak di pagi hari, setelahnya baru ia angkat panggilan itu.

“Halo, Dev.” Sapanya dengan nada suara senormal mungkin, tanpa terkesan panik.

“Kamu di mana? Aku bel apartemen kamu dari tadi kok nggak keluar?” Tanya Devano bingung.

“Aku lagi ke mini market sebentar, tadi lupa ngabarin. Ini udah mau beres kok.” Jawab gadis itu sudah seperti pembohong ulung.

“Oh gitu, aku pikir kamu masih tidur.” Ucap lelaki itu, kemudian ia menambahkan, “Kamu di mini market di bawah gedung? Aku susul aja biar kita sekalian langsung ke tukang bubur.”

“Eh jangan,” Jawab Sherina dengan nada agak panik, otaknya berpikir cepat mencari alasan, “Aku mau ganti baju dulu, mending kamu tunggu di apartemen aku aja.”

Diwaktu yang bersamaan, sembari mengobrol dengan kekasihnya, Sherina dengan panik mencari kaus dan celana panjang yang ia pakai semalam. Setelah memakai dalamannya, ia pun dengan cepat memakai pakaian lengkapnya dengan tangan yang masih memegang ponsel di telinga.

Matanya melirik Sadam yang masih tertidur pulas, dada bidang lelaki itu yang tidak tertutup selimut terlihat begitu memesona di matanya, membuat ia menggeleng cepat. Rasanya ia jahat sekali sekarang sedang menjawab telepon kekasihnya tapi matanya justru menatap lelaki lain.

Well, selama ini dia memang sudah begitu jahat pada Devano. There is no turning back already, tho. Sherina sadar hal itu.

“Ya udah aku tunggu di sini.” Jawab lelaki itu sebelum mereka menutup panggilan tersebut.

Sherina menghela napas panjang dan lega, setidaknya untuk saat ini aman. Kemudian ia berjalan ke sisi kasur samping Sadam lalu menunduk untuk mengecup pelan dahi lelaki itu. “Selamat tidur, sayang.”

Gadis itu kemudian berjalan cepat dari unit apartemen Sadam ke unitnya sendiri, agar meyakinkan, ia membawa beberapa belanjaannya kemarin yang dititip di kulkas Sadam. Setelah melihat keberadaan Devano yang setia berdiri di depan pintu unitnya, ia merapihkan sedikit rambutnya yang berantakan, semoga ia tidak terlihat seperti orang yang baru bangun tidur.

.°。✧ 𝑨𝒃𝒐𝒖𝒕 𝑼𝒔 : 𝑹𝒆𝒘𝒓𝒊𝒕𝒆 𝑻𝒉𝒆 𝑺𝒕𝒂𝒓𝒔 ˎˊ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang