𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝑺𝒆𝒗𝒆𝒏

698 63 226
                                    

Butuh waktu beberapa detik untuk Sadam mencerna pertanyaan itu. Tentu saja ia tidak bisa langsung menjawab, karena jelas ini pertanyaan sensitif untuk dirinya.

“Aku belum tau, Sher.” Jawab Sadam akhirnya. Ia terdengar bimbang.

“Belum tau gimana?” Tanya Sherina heran, maksudnya belum tahu apa?

Sadam tersenyum tipis lalu berdiri dan menarik tangan Sherina, “Yuk ke hotel dulu. Aku makin gerah.”

Sampai di hotel, keduanya sibuk dengan barang masing-masing setelah Sherina membongkar semua isi tas ransel yang Sadam bawa. Ia sibuk mengeluarkan beberapa botol skincare dan body lotion. Sepertinya ia akan mandi dulu dan memakai body lotion serta sunscreen ulang. Soalnya sekarang badan dan wajahnya keringatan dan sudah pasti proteksi kulitnya sudah memudar.

Mereka sudah terbiasa tidur sekamar di hotel dengan twin bed jika sedang pergi ke luar negeri. Namun kalau jalan-jalan ke luar kota di dalam negeri sendiri, mereka lebih sering memesan kamar sendiri-sendiri atau berkemah. Sherina yang meminta karena ia merasa lebih secure jika sekamar dengan Sadam, karena ini di negeri orang.

“Kayaknya aku mau mandi dulu deh, Dam. Kulit aku lengket banget ini.” Ucap Sherina sembari menaruh keperluan skincare-nya di nakas samping kasur.

Sadam yang sedang memasukan kembali isi tasnya yang dikeluarkan oleh Sherina pun mengangguk, “Sama, gih mandi duluan. Aku masih mau beresin kelakuan kamu dulu.”
Sherina menengok cepat, “Kok aku sih?”

Sadam menatap malas gadis yang sedang duduk di kasur sampingnya, “Siapa tadi yang dengan brutal bongkar isi tas aku cuma karena kamu lupa nutup pouch dan botol-botol kecil itu nyelip ke bagian bawah tas?”

Wah, jarang-jarang ia mendengar Sadam mengomel sepanjang ini. “Ah harusnya aku rekam!” seru Sherina tiba-tiba yang menurut lelaki itu sangat tidak nyambung dengan omelan dia tadi.

“Udah lama aku nggak denger omelan sepanjang tadi, Dam.”

Sadam hanya bisa menghela napas panjang, tidak paham dengan sirkuit otak Sherina untuk berpikir. Diomelin sepertinya sudah menjadi hal biasa untuk gadis itu sampai sudah bebal.

“Udah sana mandi!” Perintah Sadam yang kini merebahkan tubuhnya di kasur setelah menaruh ranselnya di lemari samping TV.

“Iya iyaaa. Galak deh yayang.”

Sadam tidak menjawab namun matanya menatap Sherina dengan tanpa ekspresi yang tentu saja membuat gadis itu langsung memberikan cengiran kuda andalannya lalu bergegas ke kamar mandi.

Setelah memastikan gadis itu sudah masuk ke dalam kamar mandi, baru ekspresi wajah Sadam berubah, ekspresinya kini nampak begitu serius, ia menengadahkan kepalanya menatap langit-langit kamar hotel. Pikirannya melayang ke sana kemari. Otaknya sibuk mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Sherina di pantai tadi.

**********

Selesai dengan segala macam persiapan menuju pantai dan keributan kecil kedua sahabat itu karena Sherina memaksa memakaikan body lotion di tangan dan kakinya namun Sadam menolak. Lelaki itu merasa sudah cukup wajahnya dipakaikan sunscreen, kalau kaki dan tangan menghitam juga tidak apa-apa, namun bukan Sherina kalau tidak berhasil memaksakan kehendaknya pada sang sahabat. Sampai akhirnya Sadam menurut dan kini kaki serta tangannya terasa lebih tebal.

“Kamu pakein aku body lotion kayaknya kebanyakan deh. Jadi lengket banget ini.” Omel Sadam menyodorkan tangan kanannya pada Sherina yang sedang berjalan di sampingnya. Keduanya kini sedang jalan kaki menuju pantai terdekat.

“Itu lengket karena kamu kebanyakan gerak pas aku pakein, keburu keringetan duluan belum sempet nyerap ke pori-pori.” Jawab Sherina asal.

“Emang bisa begitu?” Tanya Sadam bingung.

.°。✧ 𝑨𝒃𝒐𝒖𝒕 𝑼𝒔 : 𝑹𝒆𝒘𝒓𝒊𝒕𝒆 𝑻𝒉𝒆 𝑺𝒕𝒂𝒓𝒔 ˎˊ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang