“Perhatian, perhatian. Para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 328 tujuan Denpasar Bali dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12.”
Panggilan itu menyadarkan Sadam yang sejak tadi memejamkan mata di ruang tunggu bandara. Ya, akhirnya ia memutuskan untuk menyusul Sherina ke Bali. Lelaki itu meminta cuti mendadak selama tiga hari sampai hari rabu nanti. Bahkan dirinya tidak memberitahukan siapapun atas kepergiannya ke Bali, Mami hanya tahu ia dinas keluar kota.
Untungnya, ia sudah tahu di mana hotel tempat Sherina tinggal sementara selama dinas lewat Aryo sejak awal keduanya berangkat ke Bali.
Yang kini ia butuhkan hanyalah keberanian untuk meminta Sherina kembali padanya.
Hari minggu nanti, enam hari lagi, pertunangan itu dilaksanakan. Rasanya sesak, ia benar-benar tidak mau melakukan itu. Tidak jika bukan Sherina yang jarinya ia lingkarkan cincin dan berikan janji.
Begitu pesawat yang dinaikinya landing di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, kakinya melangkah cepat menuju parkiran taksi dan menyebutkan nama tempat tujuannya di mana Sherina berada. Matanya memandang jauh keluar jendela sembari terus berharap semoga gadis itu mau diajak bicara.
Sampai di depan gedung kantor Sherina, Sadam mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam. Sekarang pukul 12 siang, seharusnya gadis itu kini sedang istirahat. Berdasarkan laporan harian Aryo sebelum ia kembali ke Jakarta, Sherina selalu makan siang keluar bersama teman-teman kantornya.
Kata Aryo, gadis itu hampir tidak pernah sendirian saja selama di kantor. Seakan ia sengaja terus menyibukkan diri dengan cara mengobrol dengan orang lain jika sedang rehat sejenak dari pekerjaannya.
Mengingat itu, Sadam seketika murung. Sherina yang ia tahu tidak pernah memaksakan diri untuk terus bersama orang lain. Jika bisa sendiri, maka ia akan sendiri. Sudah pasti gadis itu berusaha terlalu keras untuk mengalihkan pikiran.
Ia memutuskan untuk duduk di kursi besi yang tersedia di sepanjang trotoar depan kantor Sherina. Siapa tahu, gadis itu akan keluar dan bisa ia temui. Nomor ponselnya masih diblokir, ia sudah mencoba menghubungi gadis itu dengan nomor baru tidak pernah diangkat. Jadi cara termudah yang ia bisa lakukan hanyalah menunggu.
Namun sudah satu jam ia menunggu, gadis itu tak nampak sama sekali. Sadam pikir, mungkin hari ini Sherina makan di dalam kantor. Namun Sadam memutuskan untuk menunggu sampai sore hari, mencoba peruntungan siapa tahu ia bisa bertemu saat gadis itu pulang dari kantor. Ia tidak mengabari kedatangannya lewat resepsionis kantor Sherina, karena ia tahu hal itu justru akan membuat gadis itu menghindar dan tidak bisa ditemui sama sekali.
Lebih baik seperti ini, diam-diam menunggu.
Sampai akhirnya ia melihat gadis yang begitu dirindukannya itu keluar dari lobi kantor, berdua dengan temannya sedang mengobrol santai. Wajah Sadam melembut seketika, akhirnya ia bisa melihat Sherinanya lagi setelah sekian lama. Rasa rindu yang menumpuk sudah begitu menyiksa diri. Gadis itu nampak ceria menanggapi obrolan temannya, Sadam tersenyum tipis. Syukurlah, gadis itu sudah bisa tersenyum lagi. Tidak menangis seperti terakhir mereka bertemu.
Ia perlahan berjalan mendekat, menipiskan jarak antara dirinya dan Sherina yang kini sedang berdiri di pinggir trotoar masih dengan temannya itu. Nampak gadis itu kemudian menghentikan taksi yang lewat. Tanpa menengok ke belakang tempat Sadam berdiri, Sherina beserta temannya masuk ke dalam taksi.
Gagal. Gadis itu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Ia seketika merasa ciut untuk mengajaknya bicara. Ia tidak tega membuat gadis itu kembali teringat akan rasa sedihnya. Mungkin, Sherina sudah berhasil perlahan melupakannya?
Merasa tidak mau membebani gadis tercintanya itu lagi jika mereka bertemu, Sadam akhirnya mengurungkan niatnya untuk bertemu langsung dengan Sherina. Ia memutuskan untuk mengikuti Sherina saja beberapa hari ini. Melihatnya pergi dan pulang bekerja dari jauh sudah cukup ia melepaskan rindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
.°。✧ 𝑨𝒃𝒐𝒖𝒕 𝑼𝒔 : 𝑹𝒆𝒘𝒓𝒊𝒕𝒆 𝑻𝒉𝒆 𝑺𝒕𝒂𝒓𝒔 ˎˊ-
Fanfic"Hai, Nama kamu siapa? Nama aku Sherina." Gadis ceria itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Sadam." Jawab anak laki-laki itu datar. Sebuah perkenalan singkat yang normal. Sebuah perkenalan normal yang akan membawa mereka pada takdir yang luar...