23

653 10 0
                                    

Apartemen Adelia.

Adelia sudah mengemas seluruh barang-barang. Sebelum pergi, ia mengamati sekali lagi ruang apartemennya dan mengingat masa-masa bahagia bersama Nathan. Ketika mereka nonton, makan, masak, main game, juga sesi percintaan mereka berdua dimana-mana, di kasur, di sofa, di meja. Adelia tersenyum mengingatnya. Demi Nathan, ia rela berkorban untuk menjauh.

Adelia mengingat-ingat pagi ini saat ia pamit dengan orang tua Nathan.

"Om, tante, aku pamit. Terima kasih sudah membantu menangani masalahku dan bersedia menampungku sementara."

Om Fadly hanya mengangguk, sedangkan tante Silla berbicara, "ya, terima kasih juga sudah menepati janjimu, Adelia."

Tante Silla agak melunak karena ia tidak menyangka Adelia benar-benar menyimpan rahasia kehamilannya dari Nathan. Tapi ia masih tidak menerima jika Nathan dan Adelia menjalin hubungan lagi.

Tante Silla kemudian lanjut berkata, "baiklah, Adelia. Om dan tante juga akan menepati janji untuk bertanggung jawab padamu sampai anak ini lahir. Kami sudah mengatur tempat tinggal baru untukmu."

Adelia pun segera pergi ke apartemen untuk membereskan barang-barangnya.

'Okay, it's time,' pikir Adelia yang segera turun menuju ke lobi. Mobil angkut barang sudah siap berangkat, tinggal menunggunya.

Adelia menemui salah satu supir dan memberi alamat barunya, "jalan duluan saja, pak. Nanti saya menyusul ya, terima kasih."

Begitu mobil angkutan jalan, Adelia pun segera mengendarai mobilnya sendiri. Ketika mulai keluar jalan raya, tiba-tiba...

"ADELIA!," teriak Nathan. Sontak Adelia menghentikan mobilnya. Terlihat Nathan melepas helm dan terengah-engah turun dari motor menuju padanya.

Adelia kaget bukan main, sejujurnya ia senang Nathan menemuinya. Tapi ia jadi galau, Adelia tidak yakin sanggup meninggalkan Nathan kalau saling berhadapan seperti ini. Ia harus tega.

Adelia menjalankan mobilnya melewati Nathan, terdengar teriakan Nathan dari balik kaca mobil.

"Tunggu, kenapa pergi? Jelasin apa salahku? I promise I fix it!," teriak Nathan.

Mata Adelia sudah berkaca-kaca. 'Maaf, Nathan, ini demi kebaikanmu,' pikir Adelia. Ia tetap melajukan mobilnya.

Nathan menatap tidak percaya dan reflek  mengejarnya, "Adelia, please don't go!"

"Adelia, stop the car!," teriak Nathan sambil berlari, namun mobil Adelia semakin lama semakin menjauh.

"Adeliaaaa!!!," teriak Nathan frustasi. Ia buru-buru menaiki motornya untuk mengejar mobil Adelia. Namun...

Brakk! Ketika di persimpangan, motor Nathan tertabrak kendaraan lain yang sedang melaju. Tubuh Nathan pun terlempar.

Nathan bisa merasakan dirinya melayang seperti gerakan lambat, pandangannya menghadap langit, kemudian ia merasakan dirinya terhempas ke tanah. Ia tidak merasakan sakit apa-apa, namun tubuhnya tidak sanggup bergerak.

Nathan bisa melihat orang-orang mulai mendekati dan mengerumuninya. Termasuk Devano. "Omg, Nate, Nate, are you okay?!"

Nathan tidak menjawab, yang ia lihat adalah Adelia. Terlihat Adelia memandanginya dari kejauhan, namun bukannya mendekat, ia malah masuk ke mobil dan pergi begitu saja. 'What?'

Hanya satu kata di pikiran Nathan sebelum semuanya jadi gelap.

'Adelia...'

'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang