38

636 6 0
                                    

Dua tahun kemudian.

Adelia dan Arka semakin mesra, terlihat harmonis dengan kedua putri cantik mereka, Natalia dan Carolla. Kemana-mana mereka menjadi perhatian orang-orang karena berwajah rupawan.

Natalia masih rutin mengunjungi om Fadly dan tante Silla yang merupakan kakek dan nenek kandungnya.

Devano dan Tiffany juga sangat memanjakan Natalia, karena mereka sendiri pun belum mempunyai anak. Mereka menganggap Natalia bagai anak sendiri sebagai pengganti Nathan yang pergi.

°°°

Flashback 2 tahun lalu.

Nathan sedang menemani anaknya bersama dengan Adelia di acara sekolah. Natalia akan tampil menari balet. Sedangkan, Arka sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda.

"Lihat, itu dia!," seru Nathan pada Adelia. Mereka melihat Natalia sedang bersiap-siap menaiki panggung.

Natalia tampak tegang sekaligus bahagia menari di panggung dan menggerakkan tubuhnya dengan luwes. Setelah selesai, semua orang pun bertepuk tangan.

Adelia dan Nathan terlihat bangga. "She's amazing," ucap Nathan.

"Iya, dia selalu rajin berlatih untuk hari ini," balas Adelia.

"Ayo kita jemput dia di belakang panggung," ucap Adelia antusias. Nathan pun mempersilakan Adelia berdiri dan jalan terlebih dahulu.

°°°

Di mobil.

"She looks so tired," ucap Adelia melihat putri sulungnya tertidur pulas. Nathan memperhatikan anaknya yang tertidur pulas dan tersenyum, ia pun melanjutkan mengendarai mobil.

"Bakatnya menjadi balerina memang sudah terlihat," ucap Nathan. Ia tersenyum mengingat cita-cita Natalia untuk menjadi penari balet.

"Iya, memang. Gurunya juga bilang begitu," balas Adelia.

Sementara Nathan fokus menyetir, Adelia juga memandang ke arah jalan. Mereka berkendara dalam keheningan yang nyaman.

"Adelia," panggil Nathan.

"Ya?"

"Kamu punya cita-cita?"

Adelia terdiam sejenak sebelum berujar, "hmm, sebenarnya aku ingin menjadi penulis sejak dulu."

"Really?"

"Ya, aku ingin menjadi penulis buku terkenal yang karya-karyanya bisa menginspirasi orang-orang yang membaca," jawab Adelia dengan semangat.

Nathan mengangguk-angguk, mendengar Adelia bercerita dengan semangat membuatnya ikut senang. Kemudian Nathan dengan wajah seriusnya berkata, "aku juga punya cita-cita, Adelia. Karena itulah... aku berencana pergi ke Amerika."

"What? Nathan, serious?," tanya Adelia kaget.

"Serius, aku ingin belajar dunia luar dan memperdalam ilmu baru untuk menunjang karirku," jawab Nathan.

"Bukannya di Indonesia juga bisa?," tanya Adelia agak sedih, ia tidak rela Nathan pergi jauh.

"Kalau disini sudah mencapai batasku. Aku ingin mencoba mandiri dan sukses di luar sana."

"Natalia akan sedih," ucap Adelia.

Nathan merasa bersalah, "I'm so sorry."

Melihat Nathan bersedih, Adelia pun berusaha menceriakan suasana sambil bertanya, "hey, It's okay, kapan rencananya?"

"Minggu depan."

"What? Cepat sekali! Kenapa dadakan gitu sih?," ujar Adelia kaget, tanpa sadar matanya memerah. Nathan langsung peka.

"Adelia...," panggil Nathan. Adelia berusaha tegar dan menahan air matanya.

"Kapan kembalinya?"

"Belum tahu, but I promise I'll be back. Disini masih tanah airku."

Adelia tersenyum tulus, "okay, Nathan. I'm happy for you, really."

"What about Natalia?", tanya Nathan.

"Don't worry. Dia akan mengerti. Lagipula ada aku dan Arka yang menjaganya."

Nathan pun ikut tersenyum lega.

Nathan pun ikut tersenyum lega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang