28

646 12 0
                                    

Malamnya.

Nathan datang ke rumah orang tuanya. Begitu masuk, ia pun kaget karena ternyata ada Devano dan istrinya juga. Nathan pun dengan sopan menyapa mereka berdua, "kalian dipanggil juga?"

Belum sempat dijawab, terdengar suara ibunya. "Hai, Nathan. Selamat datang, nak!", ucap ibunya. "Ayo makan dulu semuanya, mama sudah masak banyak, nih! Ayo Devano, Nathan, Tiffany!"

Om Fadly, tante Silla, Devano, Tiffany, dan Nathan makan bersama. Sesekali sambil berbincang ringan satu sama lain.

Setiap Nathan bertanya ada apa mengumpulkan orang? Ibunya berkata dengan gugup, "nanti saja setelah makan." Membuat Nathan dan Devano saling berpandangan bingung.

°°°

Sekarang om Fadly, tante Silla, Nathan dan Devano berada di bekas ruang kerja. Sedangkan Tiffany, sedang di dapur membereskan sisa-sisa makan malam.

"Uhmm... Nathan, Devano, jadi, mama dan papa mau memberitahu dua hal penting hari ini. Pertama, menyangkut soal kehidupan Nathan," ujar ibunya

"Jangan bilang aku mau dijodohin lagi?," tebak Nathan. Devano malah menahan ketawanya.

Ibunya menggelengkan kepalanya, "tidak, mama dan papa sudah menyerah soal itu, dan sebenarnya... mungkin ini memang kesalahan kami yang membuatmu jadi seperti ini."

Nathan dan Devano saling berpandangan lagi, terutama Nathan yang bertanya-tanya.

Ibunya kelihatan gugup dan menoleh ke suaminya, "uhmm... mau papa saja yang bicara?"

Ayahnya yang sejak tadi diam saja akhirnya bicara, "Nathan... papa minta maaf. Kamu boleh membenci papa setelah ini, tapi tolong jangan membenci mama, karena ini semua ide papa."

"Papa...", ucap tante Silla. Om Fadly memang merasa bersalah, memang istrinya ikut memberi ide. Tapi dirinya lebih bersalah karena sebagai kepala keluarga tidak bisa membimbing dan memberi contoh yang baik.

Nathan dan Devano masih diam menunggu. Terutama Nathan. Sepertinya kali ini benar-benar serius, pikirnya.

"Nathan, kamu masih ingat Adelia?," tanya ayahnya hati-hati, karena sejak 10 tahun lalu, Nathan tidak mau membahas apa-apa soal Adelia lagi.

Nathan menghela nafas kemudian menjawab singkat, "ya." Ia ingat bagaimana orang tuanya menyalahkan Adelia atas kehidupannya sekarang yang belum menikah juga dan menjalani seks bebas. 'Apa sekarang mereka akan membahas soal itu lagi?'

"Sebenarnya 10 tahun lalu, ketika Adelia pergi meninggalkanmu ia sedang mengandung anakmu," ucap ayahnya.

Nathan sempat terdiam sesaat memandangi ayahnya tidak percaya, kemudian ke ibunya yang menunduk dan Devano yang geleng-geleng tanda 'I have no idea'.

"What? Say it again, kayaknya aku salah dengar," ucap Nathan.

"Kamu tidak salah dengar, nak. Itu benar. Yang tahu berita itu hanya Adelia, papa dan mama saat itu, papa memutuskan untuk menyuruh Adelia pergi menjauh agar tidak menganggu kehidupanmu," jawab ayahnya menunggu reaksi Nathan yang diam tak bersuara. Ia pun melanjutkan.

"Papa mencegah Adelia untuk jujur padamu. Papa mengancamnya akan mengambil bayinya dan mengadopsi sebagai anak papa. Namun Adelia kabur dan menolak. Ia berkorban demi anaknya dan kamu, karena papa juga sempat mengancamnya akan memutuskan hubungan ayah dan anak jika dia masih berhubungan denganmu."

Raut wajah Nathan sudah terlihat sangat marah, tapi sepertinya ayahnya belum selesai bicara.

"Papa belum menyadari kesalahan papa sampai 4 tahun lalu, ketika papa jatuh bangkrut. Hari demi hari, papa lalui dengan merenung. Terutama...", ayahnya mulai terisak, ia pun mengeluarkan ponselnya dan melihat satu album di foto-foto galerinya yang berisi cucunya yang cantik mulai semakin besar. Cucu yang ia berusaha singkirkan dari dulu, cucu yang berusaha ia jauhkan dari keluarganya sendiri. Melihat foto-foto cucunya yang sekolah, yang sedang tertawa semakin ia merasa bersalah. Bagaimana bisa ia melakukan perbuatan jahat seperti dulu? Ia sungguh menyesal.

Nathan merebut ponsel ayahnya dan melihat foto-foto tersebut. Nathan menutup mulutnya sendiri agar tidak menangis. Anak ini benar-benar perpaduan antara Adelia dan dirinya. Tidak sekalipun Nathan ragu, ini adalah anaknya. Hasil buah cintanya dulu dengan Adelia.

Hatinya sungguh teriris, ia melewatkan 10 tahun pertumbuhan anaknya. Ayah macam apa dia ini? Nathan mulai menyesal kenapa ia tidak mencari Adelia dari dulu, kenapa baru sekarang ia diberitahu?

 Ayah macam apa dia ini? Nathan mulai menyesal kenapa ia tidak mencari Adelia dari dulu, kenapa baru sekarang ia diberitahu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang