48

449 3 0
                                    

Di apartemen.

Nathan menekan nomor pintu dan mempersilakan Adelia masuk terlebih dulu. Lampu menyala dan Adelia mengamati sekelilingnya. Apartemen Nathan cukup nyaman, rapi dan bersih. Adelia tidak menyangkanya. Ia pikir akan kotor karena sudah setahun kosong.

"Well... clean enough," ucap Adelia bercanda. Nathan tertawa mendengar maksud Adelia.

"Ada pekerja yang rutin membersihkan apartemen walaupun kosong, Adelia. You worry nothing and just ask."

Adelia jadi merasa malu. Namun Nathan malah membawa koper Adelia ke kamar.

"Here's your room. The sheet and blanket is on the cupboard. Mau kubantu?"

"No need, I can do it myself, thank you. Anyway, Nathan. Please sit down. Aku ingin minta bantuanmu untuk suatu hal."

Nathan pun segera duduk dan siap mendengarkan apa mau wanita di depannya ini.

Baru sekarang Nathan mengamati penampilan Adelia, yang terlihat cantik sekaligus seksi. Ia jadi membayangkan sesi percintaannya dengan Adelia setahun lalu.

Glek! Shit! Pikir Nathan. Sudah sejak saat itu Nathan belum pernah berhubungan sama sekali dengan wanita manapun. Ia fokus dan sibuk bekerja sambil mengurus Natalia dan Carolla. Tidak ada waktu memikirkan seks.

"Nathan, are you listening?," tanya Adelia. Ia heran Nathan terlihat melamun.

"Hah, apa?"

"Dari tadi enggak dengar?," protes Adelia menghela nafas. Ia terpaksa menjelaskan sekali lagi.

"Aku berencana membeli perusahaan Arka yang dulu diambil alih orang lain. Bisakah kamu membantuku untuk itu, Nathan?"

"Apa, kau serius? Kenapa?"

"Aku tidak ingin perusahaan yang dibangun susah payah oleh Arka jatuh ke tangan orang. Di surat wasiat, seharusnya perusahaan itu dialihkan kepadaku. Tapi..."

Nathan mengerti, saat itu kondisi psikis Adelia tidak memungkinkan untuk memimpin perusahaan, sehingga perusahaannya jatuh bangkrut, terpaksa dialihkan ke orang lain.

"Aku merasa bersalah pada Arka, pada Natalia dan Carolla. Aku tidak bisa menjaganya...," ucap Adelia dengan suara bergetar menahan tangis.

Nathan hanya terdiam memandang Adelia. Ia ingin memeluk wanita di depannya, tapi nama Arka yang disebut oleh Adelia menahan keinginan Nathan. Jelas sekali Adelia masih mencintai dan belum bisa melupakan Arka.

Hati Nathan terasa sakit. Ia pun memejamkan mata dan menghela nafas. "Baiklah... aku akan membantumu, Adelia."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang