"Bisa saja nama yang saat ini tidak kamu pikirkan merupakan jawaban dari lauhul mahfudz-mu."
•••
Pagi hari sekitar pukul 07.30 WIB, Zia dan Eva pergi ke pasar minggu dengan mengendarai sepeda motor. Mereka berdua ditugaskan memberi bahan masakan sekaligus bumbu dapur oleh ibu Zia. Hingga sesampainya di parkiran, dua insan itu langsung beranjak menuju penjual yang menjadi target.
Mula-mula, Zia dan Eva mendekati penjual sayuran. Hingga netra Zia jatuh pada sayur hijau kesukaannya yaitu kangkung.
"Kangkung mulu, pantesan lo ngantukan," ujar Eva kepada Zia.
Namun, Zia malah merespon, "Nggak kebalik? Perasaan kamu yang ngantukan, deh," katanya bercanda disusul kekehan lirih.
Selama berada di pasar, dua insan berjilbab dan tidak berjilbab itu sesekali berbincang random. Hingg tidak sengaja saat mereka berada di penjual daging ayam, seorang wanita tidak asing menepuk bahu kanan Zia dari samping.
"Eh, Bibi?"
Wanita itu tak lain adalah bibi Zia. Ternyata beliau juga tengah berbelanja dengan ditemani sang suami. Hanya saja, Paman Adam menunggu di gazebo yang ada di parkiran.
"Bibi mau beli daging ayam juga?" tanya Zia berbasa-basi.
"Nggak, tadi abis beli ikan di sebelah sana. Kebetulan aja liat kamu," jawab beliau sembari menunjuk ke arah belakang punggung sang keponakan.
Awalnya Zia kira sang bibi akan langsung pergi, kembali berbelanja bahan-bahan lain yang belum sempat terbeli. Namun, Zia malah menerima informasi tak disangka dari kakak ayah kandungnya itu.
"Si Zahra ada pamitan ke kamu pas mau balik ke Semarang?" tanya beliau.
Sontak Zia refleks berujar, "Hah?" Hingga dalam beberapa detik seketika dia paham jika Zahra sudah kembali ke Semarang hari ini.
Sampai-sampai selama perjalanan pulang setelah dari pasar bersama Eva, Zia kerap melamun. Dia tengah sibuk berpikir tentang alasan mengapa Zahra tidak berpamitan kepadanya.
Apa dia marah waktu tahu kalo aku beneran suka sama Mas Zidan?
Pertanyaan tersebut terus berputar di otak Zia , sehingga membuat rasa bersalah dalam benaknya semakin bertambah.
"Zi, lo tidur?"
Bahkan saking larutnya pada pemikiran tersebut, telinga Zia tidak mendengar tatkala pertanyaan Eva mengudara beberapa kali. Hingga akibat kurang memperhatikan jalanan depan saat menyetir motor, sebab terus memperhatikan Zia melalui kaca spion, dia tidak sempat menghindar saat dari arah depan sebuah kendaraan beroda dua yang melaju cepat menyenggol motornya sampai terjatuh.
Sontak hasil belanjaan milik mereka berserakan di jalanan, bersamaan dengan beberapa orang yang mendekat guna menolong. Sedangkan sang pelaku justru langsung pergi begitu sahaja tanpa ada niat bertanggung jawab.
"Ada yang luka parah?" tanya salah satu sang penolong.
"Nggak, cuma lecet aja, kok. Terima kasih, ya," balas Zia.
Memang benar, dirinya dan Eva hanya menderita luka ringan---Zia sekadar mengalami lecet di bagian mata kaki kanan, sementara Eva di siku kiri.
"Mau saya bantu antar pulang sekalian?" tanya orang itu lagi, masih setia berada di titik semula.
Hingga Zia dan Eva baru dibuat tersadar siapa lelaki itu ketika wajah mereka kompak mendongak guna menatapnya.
"Eh, Mas Adnan?" Eva yang meringis kesakitan spontan menganggukkan kepala kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah, Kamu Jodohku! {SELESAI}
DragosteDia sosok yang Zia kagumi semenjak melihatnya menjadi imam sholat di mushola milik sang paman. Sepele memang, tetapi bagi Zia ... itu adalah sebuah keajaiban. Karena sejak saat itu, rasa kagum dan suka tumbuh dalam benak. "Maaf kalo hamba lancang, T...