Jalur Langit

11 2 0
                                    

"Jika dalam istikharahku tidak menemukan namamu, maka biarkan tahajudku yang memintamu dan izinkan dhuhaku menyapamu."

•••

Waktu kini telah menunjukkan pukul 3 dini hari. Seperti biasa, perempuan pemilik lesung pipit itu sudah terbangun. Bahkan baru saja dia tampak memutar keran, mengambil air wudu guna melaksanakan sholat sunnah di sepertiga malam.

Dini hari itu rasanya hawa begitu sejuk. Ditambah keadaan yang sangat hening, membuat sholat Zia menjadi lebih khusuk. Setelah selesai melaksanakan sholat dua rakaat tersebut, dia pun berdzikir kepada Allah swt. Sebelum berniat disusul doa yang ingin dilangitkan dan berharap segera diijabah dengan jawaban terbaik.

Jika dipikir-pikir, sebagian besar manusia ingat dan kembali kepada Tuhan di saat mereka mengalami sebuah kesusahan. Seolah mereka datang hanya ketika benar-benar butuh. Begitulah manusia, mengingat sang pencipta tatkala hati dibuat lara oleh segala musibah yang ada.

Benar-benar definisi datang di saat butuh saja.

"Ya, Allah maha membolak balikkan hati manusia. Engkau yang maha tahu dan maha pemurah. Segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa seizin engkau. Hamba percaya, rasa yang saat ini tengah hati hamba tanggung teruntuk salah satu hamba lain bukanlah tanpa alasan." Zia mulai menengadahkan kedua telapak tangan ke atas, seolah tengah meminta sesuatu.

"Jika dia memang jodoh hamba, maka satukanlah kami di waktu terbaik. Namun, jika dia bukan jodoh dan bukan yang terbaik untuk hamba, hilangkanlah perasaan yang selama ini telah membelenggu hati. Hamba tidak mau apabila perasaan ini menjadi beban bagi hamba sendiri dan baginya, ya, Allah. Aamiin."

Zia tahu dan percaya bahwa setiap manusia telah memiliki jodoh masing-masing. Begitu pula dengan dirinya. Entah lelaki mana yang namanya tertulis di lauh mahfudz sana. Namun, meskipun demikian, Allah swt. maha baik. Diri bisa memohon agar menjadikan lelaki yang kini mengisi kekosongan hati Zia yaitu Zidan Al-Fatih sebagai imam dalam rumah tangganya kelak.

Namun, dia enggan gegabah. Jika memang dia yang terbaik, maka Allah swt. pasti akan menyatukan mereka suatu saat nanti.

"Va, bangun! Itu ada yang nelepon." Zia yang baru saja masuk ke kamar mendapati layar gawai Eva menampilkan nama laki-laki dilengkapi emoticon love merah.

Hingga Zia hanya bisa menghela napas pelan setelah susah payah membangunkan perempuan berbaju tidur tersebut. Berniat sekalian menunggu adzan subuh berkumandang, dia lantas memutuskan membaca satu buku.

Kebetulan sekali Zia memiliki beberapa koleksi buku fiksi dan non fiksi. Tidak banyak memang, tetapi setidaknya dia bisa membeli menggunakan uang sendiri sebagai bentuk menyalurkan hobi.

"Zi, temenin ke dapur, dong. Gue haus, nih ...."

Terpaksa Zia kembali bangkit guna menemani Eva yang hendak mengambil air putih di dapur. Padahal tadinya dia sudah duduk nyaman di sofa ruang tamu sembari menikmati alur cerita fiksi bergenre romansa.

"Ngomong-ngomong, gue laper juga. Ada makanan atau camilan nggak? Hehe."

"Adanya mie instan, tuh. Masak aja."

Ting!

Baru sahaja ingin melangkah untuk kembali ke tempat semula, notifikasi dari grup mushola sang paman membuat netra Zia salah fokus.

Bismillah, Kamu Jodohku! {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang