Bab Tiga Belas

5K 727 110
                                    

Haloo.. masih ada yang bangun?

Selamat membacaa..

Jangan lupa vote ⭐ ya.. komen apa aja juga boleh.. 🥰

Kalo ada typo tolong di koreksi..👍

🍭🍭🍭

Edwin yang hendak meninggalkan pos depan untuk berganti shift jaga malam menyipitkan matanya saat melihat sebuah mobil yang mendekat ke arah Mansion.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu dini hari, dan seingatnya seluruh anggota keluarga Hernandez sudah berada di Mansion kecuali Nona mudanya yang sedang menginap di rumah sahabatnya.

Baru setelah mobil itu semakin mendekat, Edwin dapat melihat di layar bahwa mobil Kenzo lah yang sedang menunggu di luar gerbang Mansion. Setelah mengenali pemilik mobil, tanpa ragu laki-laki itu segera membukakan gerbang untuk kekasih Nonanya.

Merasa ada yang tidak beres, Edwin segera keluar dari pos jaga dan mengikuti mobil Kenzo yang kini terparkir sembarangan di depan Mansion.

Belum sempat bertanya alasan kehadiran Kenzo malam ini, laki-laki itu kembali di kagetkan dengan turunnya Thalia dari mobil yang sama. Jujur saja, hal ini sama sekali tidak terpikirkan oleh Edwin. Ada apa gerangan mereka berdua datang ke Mansion pada malam hari secara bersamaan?

"Selamat malam tuan Kenzo, Nona Oliv sedang menginap di rumah sahabatnya malam ini." Ucap Edwin to the point.

"Dimana Eric?"

Bukannya menjawab sapaan Edwin, Kenzo langsung mananyakan keberadaan Eric sambil berjalan masuk Mansion diikuti Thalia di sampingnya.

"Tuan Eric sedang lantai dua bersama yang lainnya, Tuan."

Setelah mengangguk kan kepalanya sekilas, dengan langkah tegas Kenzo dan Thalia masuk ke dalam lift menuju lantai dua.

Jika benar apa yang di katakan Edwin padanya, seharusnya ke-empat kakak Oliv berada di ruang santai saat ini. Membayangkan hal itu membuat amarah Kenzo kembali memuncak. Bisa-bisanya mereka selalai ini dalam menjaga kekasihnya.

"Ken, gue tahu lo lagi emosi. Tapi please jangan sampe kehilangan kendali, biar gue dulu yang negur mereka."

Ucap Thalia yang melihat kepalan tangan laki-laki itu di samping tubuhnya.

Ting!

Tepat setelah pintu lift terbuka, mereka berdua dapat melihat abang-abang Oliv sedang berkumpul sesuai dengan dugaan.

Tapi hal yang membuat hal ini lebih menyebalkan di mata mereka adalah abang-abang Oliv tampak santai bermain billiard di ujung ruangan. Penuh dengan tawa dan rasa senang yang menyelimuti tanpa tahu apa yang dialami oleh adik mereka malam ini.

Mereka berdua melangkah mendekat tanpa menjawab sapaan dari ke-empatnya.

"Loh sayang, kamu kok-"

Belum sempat Ansel menyelesaikan kalimatnya, sebuah tamparan keras mendarat dengan sempurna di pipi kirinya.

Demi melihat kejadian ini, ketiga abang Oliv yang lain menghentikan kegiatan mereka dengan tampang yang kaget sekaligus tegang.

Thalia memang dikenal sebagai gadis yang lembut selama ini, meskipun terkadang mereka memergoki gadis itu mengomel pada Ansel, mereka tidak pernah melihat Thalia melakukan kekerasan seperti ini.

Meskipun tamparan kekasihnya terasa sakit di pipinya, Ansel segera mengendalikan emosinya. Thalia tidak pernah seperti ini, pasti ada kesalah pahaman diantara mereka.

"Sayang.."

"Bisa-bisanya kalian santai main billiard disini, sedangkan Oliv baru aja masuk UGD gara-gara nggak ada yang jaga dia di luar sana!"

Ucap Thalia dengan tegas, disertai mata yang tampak berkaca-kaca.

Rasanya kesal sekali melihat pacarnya bersenang-senang di rumahnya sedangkan adiknya sedang tidak sadarkan diri di UGD sekarang.

Ke-empat abang Oliv membeku mendengar kalimat yang keluar dari bibir Thalia. Oliv? Baru saja masuk UGD? Bagaimana bisa?

"Adek di UGD?"

P.S. We Still Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang