MAY ; Exorcism

67 33 0
                                    

🎶Ungu - Kau Anggap Apa🎶

Semua orang pergi keluar buat istirahat, di kelas cuma sisa gue sama si Icha. Gue kaya bisanya males keluar kelas, si Icha oke-oke aja nemenin gue karena dia juga masih anteng baca novel Ilana Tan di hp gue. Sementara gue buka Facebook sambil baca cerbung di hp satu lagi.

Setelahnya gue malah bosan, lalu gue teriak-teriak sendiri menghilangkan kebosanan. Mumpung di kelas kosong gak ada siapa-siapa —kecuali gue dan si Icha, gue berniat untuk menjahili si Fahmi, Agus dan Yogi.

Gue ambil semua sampah yang berserakan di lantai, lalu memasukan sampah itu ke tas mereka bertiga. Gue nyuruh si Clarissa untuk diam, jangan memberitahu mereka kalau gue memasukan sampah itu.

"Oke," kata si Icha.

Gue ngelakuin ini setelah terinspirasi dari kejadian di semester satu pas si Fahmi ngerjain gue dengan cara yang sama yaitu masukin sampah ke tas gue. Sekarang gue yang lakuin hal ini, itung-itung balas dendam.

Bel masuk pun berbunyi. Semua anak 8F kembali masuk ke kelas. Gue lihat si Fahmi, Agus, dan Yogi duduk di bangkunya. Si Yogi yang pertama kali membuka tasnya dan langsung tahu kalau tasnya itu ada yang menjahili. Si Agus dan Fahmi yang duduk bersama pun langsung curiga dan membuka tas mereka.

"Si Jin nih pasti." Mereka langsung tahu itu kerjaan gue, dan otomatis ngelemparin sampah-sampah itu ke gue.

Guru pelajaran PKN alias Pak Iwan pun datang. Beliau menyuruh si Rani untuk menulis di papan tulis. Si Rani mulai menulis dan semua anak juga mulai menulis.

Awalnya gue nulis di bangku gue, sambil lempar-lemparan kertas sampah bareng si Fahmi dan Agus. Dikarenakan tulisan yang berada di papan tulisnya susah untuk gue lihat, sebab spidolnya yang emang udah jelek, gue pun berencana untuk duduk di samping si Icha yang duduk di bangku anak cowok yang ada di belakang bangku si Fahmi. Karena kalau duduk di sana itu, semua tulisan di papan tulis akan terlihat jelas dan bangkunya juga enak didudukin.

Gue bilang sama si Icha kalau gue mau duduk di sana, dia dengan senang hati menggeser ke sebelah kiri.

Tapi si Fahmi ngedenger kalau gue mau duduk di bangku yang ada di belakangnya itu, dan dia gak mengijinkan gue buat duduk sana, karena katanya kalau gue diam di dekat si Fahmi, dia suka merinding.

Itulah dia, dia emang nganggap gue sebagai makhluk halus. Bukan cuma dia, anak cowok yang lain juga nganggap gue sebagai makhluk halus, makhluk astral, makhluk gaib, sejenis jin. Gue akhirnya gak jadi duduk di sana. Gue nulis lagi di bangku gue.

Lalu si Fahmi dan Agus ceritanya udah mengijinkan gue untuk duduk di bangku itu. Tapi mereka nyimpen kertas yang ada tulisan arabnya di sana, dan mereka menyebutnya ISIM (semacam jimat untuk menghalau makhluk gaib).

Emangnya gue apaan woy??!! Sampe bikin begituan??!!

Bagus kalau misalnya Isim itu tulisan arabnya banyak, lah ini cuma Alif, Ba, Ta, Tsa sampai Ya.

Jelaslah gue gak mau untuk duduk di sana. Tapi si Icha sudah maksa gue untuk cepetan kesana, yasudah gue pindah akhirnya. Gue buang dulu kertas yang disebut Isim tadi. Tapi si Fahmi malah bikin lagi. Kali ini dia membuatnya dua, yang satu untuk bangku yang ada di belakang dia, yang satunya lagi untuk bangku gue. Gue lempar semua kertas-kertas itu.

Si Agus dan Fahmi malah bilang gini, "tuh kan dia kepanasan."

Gue cuma, "-..-"

Si Fahmi pun baca doa. Doanya campuran antara doa Takbiratul Ikhram, doa Tasyahud sama Ayat Kursi.

Gue ngakak karena si Fahmi bacanya nyasar banget. Gue pun menyarankan dia untuk baca surat Yasin sekalian.

Si Fahmi langsung baca surat Yasin. "Bismillahirrohmannirrohim yaasiin"

Bacaan si Fahmi berhenti, dia baca cuma satu ayat. Selain itu gue juga memberhentikan bacaan si Fahmi karena si Fahmi bacanya salah.

Si Icha langsung berkata, "ih kalau baca surat yang ada dalam Al-Quran itu harus sampai akhir, harus sampai selesai, bacanya jangan setengah-setengah kaya gitu."

Si Fahmi mengabaikan si Icha. Lalu dia nyuruh gue untuk mencontohkan bagaimana baca Al-Quran yang benar itu.

Gue langsung baca. "Bismillahirrohmannirrohim.. Nafas dulu, baru Yaasiin..," kata gue mengoreksi bacaan si Fahmi.

Si Fahmi malah gak setuju dengan bacaan gue. Si Agus juga sama, dia bilang kalau gue harus menyelesaikan bacaan Al-Quran gue karena kata si Icha kalau baca Al-Quran itu harus sampai selesai jangan setengah-setengah.

Gue gak dengerin dia, gue lanjut aja nulis.

Saat gue lagi nulis, Si Icha, Fahmi, dan Agus malah ngobrol, entah ngobrolin apaan gue gak ngerti. Mereka bikin gue gak konsentrasi, gue ngamuk ke mereka, bukannya dapet ketenangan gue malah diamuk balik.

[]

Me With The 8F || NeverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang