.
"Laku laki itu menindasmu lagi?"
Sunghoon meringis pelan,ketika jay memberi obat di luka memar di pipinya.Ia tidak langsung menjawab pertanyaan itu,melainkan hanya bergumam tidak jelas,"Hmm,begitulah.."
"Kau seharusnya memberitahu ku,jika dia mulai memukulmu lagi,"omel jay kesal."Laki laki itu sudah melewati batas."
Tangan jay sudah terkepal dengan kesal dan sunghoon buru buru menyentuh tangannya.Jay sangat menyeramkan jika sudah marah.Sunghoon masih terisak pelan,tapi ia mencoba menahannya agar laki laki itu lagi termakan oleh emosinya."Jayi,biarkan saja.Aku tidak ingin kau terlibat masalah apa pun."
"Baiklah,baiklah.Aku berjanji tidak akan berbuat yang aneh aneh,jadi jangan menangis lagi hoonie."Jay menghapus jejak air mata sunghoon yang baru saja menetes dengan dengan rasa kepdulian.
Ia tidak pernah suka melihat teman masa kecilnya babak belur.Jay benar-benar ingin menghajar siapa pun yang berani membuat sunghoon terluka."Aku baik baik saja ,Jayi"Sunhoon memamerkan senyum tipis kepadanya.
Park sunghoon selalu saja tersenyum seperti itu di hadapannya,seolah olah ia baik-baik saja.Sebenarnya jay tdak pernah menyukai salah satu sikap sahabatnya itu.Sunghoon tidak pernah mau menceritakan apa pun kepadanya.Ia tidak pernah menganggapnya ada.Tidak pernah membiarkannya ikut campur hanya untuk membela laki laki itu.
Dia tidak pernah baik baik saja.
Jay menghele nafas panjang,memaksakan seulas senyum tipis di wajahnya."Baiklah kalau begitu,omong omong apa kau lapar?"
"Ya,aku sedikit lapar."Laki laki berwajah manis di hadapannya itu mengangguk dengan cepat.Air mata laki laki itu memang selalu cepat berhenti di hadapannya, seperti saat ini .Wajahnya tidak lagi murung,tapi jay melihat keterpaksaan yang terpancar di wajahnya.Sunghoon tak pandai berakting dan jay sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu sejak lama.
Apa gunanya mencoba sok kuat seperti itu?
Jika memang merasa sedih,kenapa tidak mengakuinya saja?
Jay tahu perasaan laki laki itu saat ini sangat buruk dan pertanyaan-pertanyaan menyudutkan itu hampir meluncur keluar dari bibirnya,tapi ia berhasil mengubahnya."A-aku akan memasak sekarang.Panggil aku jik kau membutuhkan sesuatu."
Sunghoon tertegun dengan sikap jay,tapi ia memilih untuk tidak perkata apa-apa.Ia hanya menganggukan kepalanya.Lagipula,sudah biasa jay bersikap seperti itu sejak dulu.Ia juga tidak ragu membiarkan jay menjamah dapurnya.Toh jay cukup bisa di andalkan dan sunghoon masih merasakan sakit di tubuhnya,membuatnya malas beranjak dari tempat tidurnya.
Jay sudah keluar dari kamarnya sejak beberapa saat yang lalu dengan membawa kotak p3k bersamanya.Sunghoon menoleh ke arah pintu kamarnya,memastikan pintu itu sudah tertutup.Sunghoon tau jay hanya ingin memberinya waktu sendiri,api juga tidak ingin meninggalkannya sendirian.
Di dapur,ia bisa melihat seorang jay yang tengah mengenakan celemek dan memasak.Sunghoon tidak ingin mengganggunya,mengingat jay sendiri memang tidak suka di ganggu ketika sedang fokus melakukan sesuatu .Ia duduk di kursi meja makan dan meminum segelas air.
Jay terlalu baik untuknya.Sebenarnya,sunghoon selalu mengekori jay hanya semata mata ingin mengikuti jejak idolanya,Awalnya laki laki itu selalu terganggu dengan kehadirannya.Namun,siapa yang menyangka bahwa semuanya akan berubah menjadi seperti ini?
Jay yang dulu selalu terganggu oleh dirinya sekarang berubah menjadi malaikat pelindungnya.Sunghoon mulai menangis lagi.Ia benci dirinya yang seperti ini.Tidak bisa melakukan apa-apa ,membutuhkan orang lain di hidupnya.Ia tidak pernah bisa sama seperti idolanya,Park jay.Bahkan ia terus menerus khawatir dengan kondisinya,selalu membuatnya merasa bersalah.Ia tidak seharusnya terus bergantung pada sahabatnya itu.
"Sunghoon?"Panggil jay dari balik pintu,diikuti ketukan pelan."Aku sudah selesai memasak."
Sunghoon buru-buru menghapus aiar matanya."Tu-tunggu sebentar,jayi"
Sebelum membuka pintu ia sempat berkaca terlebih dahulu,i amerapikan sedikit rambutnya,tapi tidak berbuat apa apa terhadap matanya yang sedikit bengkak.
Ia tidak bisa menutupinya,menarik nafas pelan untuk menenangkan hatinya ,lalu membuka ointu dnegan senyum ceria yang di paksakan."Maaf merepotkanmu jayi""Hoonie?"Jay kembali menampakkan waja khawatirnya begitu menyadri mata sunghoon yang terlihat sedikit lebih bengkak dari sebelumnya.
Tangannya terulur untuk mengelus pelan pipi laki laki itu."Apa benar kau baik baik saja?"Pipinya menghangat dan ia buru buru mengangguk."aku baik baik saja jayi"
Ia melepaskan dirinya dari Jay dengan canggung ,lalu berjalan duluan ke dapur."Aku sudah lapar haha"Jay hanya bisa mematung sebentar di depan pintu kamar sang sahabat.Sudah biasa,ia sudah biasa di perlakukan seperti ini.Sahabatnya itu memang tidak begitu menyukai skinship seperti itu,tapi itu sedikit menyakitinya.
Mungkin memang aku saja yang terlalu berharap.
"Jayi,kau tidak mau makan?"
Seru sunghoon yang berdiri di seberangnya."Ah ya,aku mau makan"sahut Jay.
Jay menyusul sunghoon di belakangnya.Di meja makan,Jay mengambil tempat di sebrang sunghoon sehingga mereka saling duduk berhadapan.
"Kau membuat kentang goreng?"tanya sunghoon dengan suara pelan.
Satu piring kentang goreng diletakkan tepat di tengah meja makan.
Jay tidak pandai menghibur orang lain,termasuk sahabatnya.Ia tidak pintar merangkai kata-kata yang manis sama sekali.Namun,ini menyangkut sunghoon.
Akhirnya,ia memutuskan untuk memasak makanan favorit sahabatnya itu,berharap jika itu bisa menghibur hati sang sahabat."Ya,aku memasaknya untuk mu.Apa kau tidak mau mencobanya?"
Bukan reaksi yang di harapkan.Mata itu kembali berkaca kaca,tapi ia tersenyum ,Jay menjadi sedikit Anik dengan reaksi di luar dugaan itu"Hoonie kenapa kau menangis?"
Sunghoon menggeleng pelan"Tidak ada apa apa,jayi.Terima kasih"
Ia memamerkan senyum tipis kepada sang sahabat."Aku hanya merasa sangat bahagia sekarang "Jay mendekatinya,lalu mengelus kepalanya pelan.Setidaknya ia tidak menolaknya kali ini.Senyum lebar masih terpampang di wajahnya seiring dengan tangannya yang mulai mencomot kentang itu satu persatu.Sunghoon hanya merasakan kembali perasaan yang sudah lama hilang.Selama ini,ia selalu makan sendirian di meja makan ini,tanpa kedua orang tuanya.Bamun ia memiliki Jay di sisinya. Laki-laki itu tidak selalu menjadi sosok sahabat dan idola baginya,tapi juga menjadi keluarga.
Entah sudah berapa kali mereka makan di meja yang samadan itu selalu membuat sunghoon terharu.Ia tidak pernah merasa sendirian lagi.
"Aku ingin memakan kentang ini lagi di hari-hari berikutnya"ujar sunghoon,lalu tertawa pelan."kentang buatanmu menjadi makanan yang paling aku suka sekarang."
Jay mengangguk."Tentu saja,Hoonie.Aku bisa membuatnya lagi untukmu.Kau hanya perlu memintanya"
Sunghoon terkekeh."Kau memang yang terbaik jayi"
"Aku tahu"balas Jay sembari tersenyum.Ia memainkan perlahan rambut laki laki itu."Sunghoon,aku tidak pernah tahu alasanmu selama ini,tapi aku selalu ada di sisimu,jadi aku berharap kau mau sedikit lebih terbuka kepadaku."
Sunghoon berhenti melakukan aktivitasnya,lalu mengangguk perlahan.
"Ya,tentu saja"Tapi,Sunghoon masih terlalu takut untuk melakukannya.Ia takut akan kehilangan sesuatu.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHEUS || Jayhoon [END]
Fanfiction[Cerita ini hasil remake novel dengan judul serupa karya @Amphititre23] Saya telah memiliki izin dari original writer untuk membuat remake ini. . . Park Sunghoon mungkin memang dilahirkan sebagai seorang anak laki laki pengecut.Takdir mempertemukann...