.
"Sunghoon,ayo bangun."
Sunghoon membuka matanya yang masih mengantuk secara perlahan.Matanya samar samar menangkap sosok Jay berbaring di sebelahnya sembari menatap dirinya.Sunghoon mengerang dan menarik selimut hingga menutupi kepalanya,menolak untuk bangun.
"Sunghoon bangun"Jay menggoyang pelan tubuh sunghoon,tapi sunghoon tak kunjung bangun juga.
"Kita bisa terlambat ke sekolah."Ugh,Sekolah.Salah satu tempat yang dibenci sunghoon.Ia tidak suka tempat yang di penuhi orang orang.Terlebih lagi,beberapa orang yang menindasnya berada di sana.Memikirkan hal itu membuat sunghoon semakin bersembunyi di dalam selimut tebalnya.
"Jayi,aku tidak mau sekolah"ucap sunghoon dengan suara parau,khas bangun tidur.
"Jangan bercanda sunghoon".
Jay turun dari tempat tidur dan menarik selimut yang menutupi tubuh sahabatnya itu dengan mulutnya yang mungil mengomel,"Kau tidak punya alasan untuk bolos sama sekali.Sekarang ayo bangun"Sunghoon bergeming,Jay sudah paham dengan kejadian seperti ini,jadi ia duduk di dekat laki laki berwajah manis itu.Tangannya bermain-main dengan rambut halus sunghoon yang berbaring di sisi berlawanan dengannya."Hoonie,apa kau masih merasa takut dengan kejadian kemarin?"
Sunghoon tak menjawabnya,tapi Jay tahu itu adalah jawabannya.
Ia memaklumi perasaan yang dialami oleh sunghoon.Ia sendiri juga kesal oleh teman sekelasnya itu yang terus mengganggu Sunghoon.Andai saja ia bisa memberi beberapa pelajaran kepada laki laki yang menindas sahabatnya itu.Terlebih yang ia tahu Sunghoon selalu menghabiskan waktunya sendirian,tanpa sosok ayah dan ibunya,sunghoon hampir tidak punya tempat untuk bercerita sama sekali.Sahabatnya itu kesepian,kurang lebih sama seperti dirinya,ia sendiri tidak mudah bergaul dan terkesan kasar dengan orang-orang disekitarnya sehingga hanya sedikit orang yang mau berurusan dengannya. Ditambah hubungannya dengan kakak laki-lakinya juga tidak baik baik saja.
Mungkin,karena itulah mereka dipertemukan untuk bersama.
"Hey,kau kan punya aku,aku bisa menjagamu di sekolah,jadi kenapa harus takut pada bocah ingusan itu?"
Sunghoon menatap Jay dengan ragu,Pada akhirnya ia mengangguk pelan dan beranjak dari kasurnya untuk bersiap-siap.Jay menghela nafas lega.Cukup sulit untuk membujuk sahabatnya itu di situasi seperti ini.
Walau begitu jika Jay sudah berbicara seperti tadi,ia tahu Sunghoon akan memilih untuk mempercayai nya."Sunghoon kemari sebentar"
panggil Jay pada sunghoon yang baru saja akan masuk ke kamar mandi."Ada apa jayi?"
Jay kemudian menangkap wajah sunghoon dan matanya menatap laki-laki itu dengan lekat.Lebih tepatnya ia ingin memeriksa luka luka di tubuh sunghoon.
Sunghoon gugup,tidak pernah terbiasa dengan perlakuan seperti ini, walau Jay sering melakukannya sebelumnya.Menyadari luka mulai membaik,Jay tersenyum.
"Lukamu sudah membaik,sunghoon"ujar Jay
"Aku akan mengobatinya lagi nanti".Ia melepaskan sunghoon,lalu pergi ke dapur untuk membuat sarapan.Di sisi lain sunghoon merasa pipinya menghangat dan ia pun buru buru masuk ke kamar mandi.
"Sunghoon,ayo sarapan dulu"
Jay meletakan dua roti panggang di atas piring lalu membuka kopi.
Lihatlah,Jay terlalu sibuk memperhatikannya hingga ia sendiri belum siap dengan seragamnya."Jayi, bersiap-siaplah dulu sama"Sunghoon mengambil alih pekerjaan Jay di dapur dan mendorong Jay untuk pergi"Biar aku yang membuat kopi"
"Ah baiklah"
Jay akhirnya pergi ke kamar untuk bersiap-siap dan sunghoon melanjutkan membuat kopi.Aromanya yang harum seketika menyebar di seluruh ruangan.Kehidupan seperti ini memang biasa dijalani oleh sunghoon setiap harinya.Dahulu semenjak kedua orang tuanya bercerai ia harus menyiapkan semuanya sendirian.
Ibunya tidak mungkin memiliki waktu untuk membangunkannya atau sekedar membuat sarapan baginya,dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya."Sunghoon,kau sudah selesai?"
Panggil Jay yang kini sudah rapi,di tangannya sudah terdapat kotak p3k yang tentunya untuk mengobati luka di wajahnya.
Sunghoon hanya mengangguk,Jay duduk di salah satu kursi lalu memberi isyarat untuk sunghoon ikut duduk."Lain kali kalau mereka memukulmu lagi, lindungi wajahmu"
Sunghoon yang tengah di obati wajahnya mengernyit bingung"Kenapa?"Jay mengangkat bahunya dan menjawab."Entahlah,aku hanya tidak suka wajahmu di sentuh sentuh seperi itu"
"Mereka kan memukul ku"
"Sama saja.Intunya,aku tidak mau tangan mereka menyentuh wajahmu"
Sunghoon terdiam mendengar perkataan Jay,diam diam ia merasa tersentuh dengan perhatian sahabatnya itu.Namun ia juga semakin merasa bersalah telah membuatnya khawatir.
Ia selalu mencoba menyembunyikan lukanya selama ini tapi Jay juga selalu berhasil menemukannya."Sudah selesai"ucap Jay sembari menutup kotak p3k.
"Kalau mereka menindas mu hari ini, panggil aku"Sunghoon mengangguk pelan.Lagipula apa gunanya menolaknya?Toh Jay sendiri orangnya cukup keras kepala dalam hal ini dan sunghoon tidak berani membantahnya.Jay yang marah itu menyeramkan.
Mereka bersama-sama menyantap sarapan mereka,tidak banyak yang mereka bicarakan,hanya sekedar basa basi belaka.Beberapa kali ponsel Jay yang berada di atas meja bergetar,tapi tak di hiraukan oleh pemiliknya.
"Jayi, angkat ponselmu"kata sunghoon,setelah itu ponsel itu berdering untuk kesekian kali.
"Mungkin ada sesuatu yang penting"Jay berdecak kesal,tapi tetap mengikuti kata kata sunghoon,ia membuka ponselnya lalu membalas beberapa pesan dengan cepat.Sunghoon memeperlihatkan Jay yang sibuk dengan ponselnya.
"Jayi,apa ada sesuatu yang telah terjadi?"tanya sunghoon penasaran.
Jay menggelengkan kepalanya dan cepat cepat menyimpan ponselnya."Tidak,tidak ada apa apa"
Gerak gerik Jay terlihat sedikit aneh di mata sunghoon,tapi ia tidak bertanya lebih lanjut.Sunghoon hanya tidak ingin melakukan sesuatu yang aneh yang dapat membantu laki laki itu menjauh darinya.
Seumur hidupnya ia hanya memiliki Jay dan tidak kehilangan laki laki itu.
"Aku sudah selesai."Sunghoon beranjak dari kursinya, lalu mulai mencuci piring.
Jay mengangguk dan membersihkan meja sebentar.Seperti biasa,mereka berjalan bersama menuju sekolah.Tidak banyak pembicaraan, mengingat keduanya yang sama sama tidak begitu banyak bicara.
Namun kali ini terasa berbeda.Jay banyak menghabiskan perhatiannya pada ponselnya.Di sisinya,sunghoon berjalan dengan tertunduk,tidak terlalu fokus pada jalan di depannya.Matanya sesekali melirik ke arah Jay.Rasanya sangat aneh,jika mereka berjalan bersama seperti ini,terlalu canggung bagi sunghoon.
"Sunghoon"panggil Jay.
Tangannya sudah menggenggam pergelangan tangan sunghoon dan menariknya mendekat ke arahnya.
"Jangan berjalan seperti itu,nanti aku jatuh"Sunghoon terkejut dan buru buru meminta maaf"maaf jayi!"
"Apa kau baik baik saja?"tanya Jay khawatir.Ia memasukan ponselnya ke saku dan menatap sunghoon dengan lekat.
Sunghoon mengangguk."Ya aku baik baik saja, Jayi"
Jay menghela nafas laga,lalu mengelus puncak kepala sunghoon.
Sunghoon semakin menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.Jay hanya tertawa pelan melihat hal itu.Ia meraih tangan sunghoon dan menggenggamnya sepanjang perjalanan."Kau bisa mengandalkan ku Lo,sunghoonie"
***
Double update????
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHEUS || Jayhoon [END]
Fanfiction[Cerita ini hasil remake novel dengan judul serupa karya @Amphititre23] Saya telah memiliki izin dari original writer untuk membuat remake ini. . . Park Sunghoon mungkin memang dilahirkan sebagai seorang anak laki laki pengecut.Takdir mempertemukann...