15:Redamancy

792 66 6
                                    

.

***
____________________
__________________________

Sunghoon belum mati.Jay meyakini hal itu,ia menyadarinya ketika laki laki itu dilarikan ke rumah sakit.Nafasnya sangat lemah dan jantungnya juga masih berdetak.Masih ada harapan kecil di dalam hatinya,walau begitu rasa takut dalam dirinya tidak membiarkan sunghoon bernafas dengan lega.
Selama hampir 2 jam penuh,ia harus menunggu di depan ruang ICU dengan sangat cemas.Selain saja ada ketakutan akan kemungkinan terburuk mengenai kondisi sunghoon, walaupun ia sudah berkali kali mencoba untuk menenangkan dirinya.

Jay duduk di sisi tempat tidur sunghoon yang baru saja keluar dari ICU.Tubuhnya dililit dengan banyak perban.Dokter bilang tubuh sunghoon mungkin akan mengalami banyak gangguan,akibat dari benturan yang sangat keras di kepalanya yan mempengaruhi otaknya.Laki laki itu bahkan memerlukan selang oksigen,karena sunghoon tidak bisa bernafas dengan normal. Mereka sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk mempertahankan kehidupan tipis  park sunghoon.

Matanya menatap kosong ke arah laki-laki yang sedang tidak sadarkan diri itu.Ia menggenggam erat tangan kurus milik sunghoon.
Tubuh Jay bergetar dan ia tidak bisa menahan air matanya. Fakta bahwa sunghoon mencoba untuk membunuh dirinya sendiri di hadapan Jay terus-menerus menghantui pikirannya, menimbulkan luka yang mendalam di dalam dirinya. Padahal ia sudah berjuang untuk memperbaiki semuanya. Namun ternyata ia tetap tidak bisa menyelamatkannya.

Apakah dengan seperti ini ia masih layak untuk berada di sisi sunghoon?.

"Sunghoon, kumohon bangunlah"

Apakah usahanya selama ini akan berakhir sia-sia?"

Jay benar benar ketakutan.Ia selalu berpikir memberi waktu kepada sunghoon adalah pilihan yang tepat. Ia tahu laki laki itu sedang menderita. Namun ia tidak bisa berbuat banyak,jika sunghoon tidak mau membicarakannya.
Ia juga tidak pernah memaksanya,
karena cepat atau lambat ,ia pasti juga akan tahu apa yang terjadi.
Namun ia tidak ingin mengetahuinya dengan cara seperti ini.

Tangannya mengelus perlahan Surai lembut milik sunghoon.Wajahnya benar benar damai dan mulai membuat Jay bertanya tanya.

Apa yang kali laki itu pikirkan sebenarnya?.

Jay membaringkannya kepalanya di sisi sunghoon sembari sesekali terisak.Ia masih tidak mengerti kenapa sunghoon melakukannya,tapi ia tidak mau menghakimi sunghoon,karena dia adalah korban di kasus ini.Satu satunya orang yang paling pantas dihakimi itu adalah Lee heeseung,....dan mungkin juga dirinya.

Jay terus menangis hingga ia kelelahan dengan sendirinya. Kepalanya benar benar sakit, setelah menangis terlalu lama.Tapi ia tahu,apapun yang ia rasakan saat ini,Sunghoon jauh lebih merasakan rasa sakit dibanding dirinya.Jay seharusnya merasakan hal yang sama seperti sunghoon. Mengingat mereka memiliki janji terhadap satu sama lain.Hatinya benar benar merasa bersalah telah membiarkan sunghoon menanggung semuanya sendirian.

Tangan itu bergerak perlahan di dalam genggamannya.Jay menyadarinya dan ia segera beranjak dan mengusap air matany. Lalu menatap wajah sunghoon. Detik selanjutnya mata itu terbuka secara perlahan.

"Sunghoon..? Panggilan Jay perlahan.

Sunghoon tidak menyahutinya.tqpi matanya menatap Jay dengan sayu.
Jay tertegun sebentar, sebelum akhirnya ia merasakan air matanya mengalir lagi. Sunghoon benar-benar bangun dan membuat perasaannya bercampur aduk saat ini. Tangisnya pecah ,kala tangan lemah sunghoon membalas genggaman tangan Jay.

"Sunghoon mengapa kau melakukannya?"Suara Jay sangat lirih,nyaris tidak terdengar.
"Mengapa kau tidak mendengarkanku terlebih dahulu?"

Sunghoon mengangkat tangannya yang bergetar dengan hebat dan Jay meraihnya dengan cepat.Ia meletakan tangan sunghoon di pipinya,membiarkan laki laki itu membelai wajahnya.
"Sunghoon,aku ingin berkata sesuatu padamu"suara Jay sangat lirih,nyaris tak terdengar. "Mengapa kau tidak mendengarkanku terlebih dahulu?"

ORPHEUS || Jayhoon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang