16:Saudade

703 62 1
                                    

.

***

____________________
__________________________

"Kita akan selalu bersama!"

Apakah benar seperti itu?Jika itu memang benar,mengapa sunghoon terbaring di sana?Mengapa ia mengenakan tuxedo hitam dan terbaring di dalam sebuah peti mata dengan dihiasi berbagai rangkaian bunga?.

Tidak,Jay masih tidak percaya bahwa mereka telah kehabisan waktu.Jay masih menolak untuk mempercayai fakta bahwa ia harus merelakan kepergian park sunghoon,tepat setelah mereka berhasil memperbaiki hubungan mereka.

Sunghoon tidak mungkin akan meninggalkannya begitu saja.Mereka sudah berjanji akan terus bersama dan ia masih percaya sunghoon tidak akan mengingkarinya begitu saja.Sunghoon hanya akan tertidur cukup lama dan laki laki itu pasti akan kembali kepadanya.

Jay tetap akan menunggunya,tidak peduli berapa lama waktu yang di butuhkan.

Ia sudah leleh menangis.Sudah terlalu banyak air mata yang dihabiskannya hingga kedua matanya menjadi kering.
Semua orang terus mendatanginya dan memberitahunya untuk tetap tegar menghadapi kenyataan.

"Kau bilang,kita akan tetap bersama apapun yang terjadi"bisiknya pelan dengan mata tertuju ke arah peti mati itu.
"Kalau begitu kau pasti akan kembali padaku,bukan?"

Jay mengepalkan tangannya hingga buku tangannya memutih dan matanya kemabali basah.Asal kalian tahu, dirinya hujan tidak tahu jika sunghoon sudah pergi.
Dirinya sangat tahu akan hal itu, Walau ia tidak serta merta bersedia menerimanya begitu saja.Masih ada janji yang harus ia tepati.

Jay mendekati peti mati itu dan menatap wajah damai sunghoon yang tertidur di bawah sana.Iq tahu sunghoon akan bermimpi indah malam ini dan selamanya,tapi dirinya tidak.Kehilangan sunghoon adalah mimpi terburuk yang tidak pernah terbayangkan oleh Jay sebelumnya.

"Aku seharusnya menjadi ibu yang lebih baik untuk anakku..."Samar samar Jay mendengar suara isakkan tangis dari ibu sunghoon,wanita yang mungkin akan menjadi bagian dari keluarganya,jika semua ini tidak terjadi. "Aku seharusnya meluangkan waktuku untuk dirinya..."

Percuma.Semua itu percuma.
Tidak ada gunanya penyesalan seperti itu, setelah semua yang telah terjadi.Penyesalan selesai datang terlambat.Jay juga merasakan banyak penyesalan dalam hatinya,tapi kalimat kalimat penuh pengandaian seperti itu tidak akan pernah bisa memutar ulang kejadian di masa lalu,karena pada akhirnya mereka tidak punya pilihan lain selain merelakan semua yang telah terjadi.

"Jay.."panggil ibu sunghoon sembari menepuk pelan pundaknya.
Jay menoleh ke arahnya dan wanita itu menyodorkan sesuatu padanya.
"Sepertinya anakku ingin memberikan ini kepadamu"

Jay menerima kotak kecil itu dan mendapati sepasang kalung di dalamnya.
Sepasang kalung yang mengingatkan dirinya dengan sunghoon.
Pikirannya kembali teringat dengan perkataan gadis bernama Jang wonyoung.

Benda yang tepat untuk mengungkapkan perasaan...

Sepertinya,ia mulai paham maksudnya.Konsepnya sama seperti sepasang cincin pernikahan yang selesai melingkari jari manis pasangan.Sepasang cincin yang bisa mengikat satu pasangan dalam ikatan pernikahan.
Tapi sunghoon memberinya kalung dengan liontin bulan dan bintang.
Sunghoon juga ingin mengikat hatinya dengan Jay agar mereka bisa terus bersama, seperti bintang dan bulan di langit malam.

Jay bisa merasakan gejolak emosi di dalam hatinya yang membuatnya menangis lagi,Jay memang bodoh.
Sunghoon benar benar tulus dalam mencintainya,tapi mengapa ia malah menyia nyiakannya?Sepasang kalung ini mungkin adalah bukti kesetiaan sunghoon kepadanya.Laki laki itu bisa saj membuangnya pada hari itu,tapi sunghoon memilih untuk menyimpannya walau dengan hati yang hancur.

Dengan perlahan Jay memasangkan salah satu kalung itu di leher sunghoon dengan tangan yang bergetar.Dalam hatinya ia benar benar berharap ketika ia memasangkan kalung itu di leher sunghoon,ia bisa melihat laki laki itu tersenyum manis padanya.
Ia kemudian menunduk dan mencium bibir sunghoon yang dingin,tanpa memperdulikan tatapan orang-orang pada dirinya.Setelah bibirnya Jay beralih mencium kening sunghoon, seperti yang ia selalu lakukan sebelum sahabatnya tertidur.

"Sunghoon,kita pasti bertemu lagi"bisiknya dengan berlinang air mata."Aku akan selalu mencintaimu dan menunggumu"

Jay menatap wajah pucat itu cukup lama,karena kemungkinan ini benar benar terakhir kalinya ia bisa melihat laki laki itu,sebelum petinya di tutup.Jay hanya tidak ingin menyia nyiakan kesempatan terakhirnya.Ia ingin menyimpan sosok laki laki itu di dalam kenangannya dan terus mengingatnya hingga nafasnya berakhir.

"Permisi,maaf aku terlambat..."

Jay terdiam,lalu menoleh ke arah seseorang dengan lambat lambat.Mayanya langsung memicing ketika ia sadar heeseung berdiri di sana dengan sebuah buket bunga di tangannya.Tanoa banyak basa basi Jay langsung berjalan ke arah heeseung dan menghajarnya hingga terjatuh.

"Beraninya bajingan seperti mu datang ke tempat ini!!!"seru Jay dengan marah dan langsung di tahan oleh kakak laki lakinya,Jun.
"Apa kau datang untuk menertawakannya karena kau berhasil membuatnya menjadi seperti ini?!!"

Heeseung terdiam,sebelum membalas ucapan Jay."Aku datang kemari untuk minta maaf.Aku ingin meminta maaf kepada semua orang.Aku tidak pernah menyangka semua akan menjadi seperti ini..."

Jay mendorong Jun dan langsung menarik kerah baju heeseung.
Tatapan matanya benar benar menusuk.
"Minta maaf?kau baru meminta maaf setelah aku kehilangan dia?!"

"Aku tidak bermaksud untuk membuatnya menjadi seperti ini!"balas heeseung dengan suara keras.Laki laki itu gugup dan mulai berkeringat dingin."Aku..tidak menyukai ayahnya.Laki laki tua itu merebut ibuku dari ayahku dan dia anak dari laki laki itu...Ditambah lagi setelah kepergian ibuku,ayahku menjadi pecandu alkohol dan rumah terasa seperti neraka setiap harinya..."

Jay berdecih,alasan macam apa itu?Jay tidak bisa menahan amarahnya lagi Ia tidak menerima alasan itu.
Ia mengangkat tinjunya dan mulai memukuli laki laki itu dengan kasar,membuat beberapa orang harus melerai keduanya.

"Kau benci ayahnya?!!Kalau begitu kenapa kau tidak membunuh ayahnya saja?!!"ruang Jay dengan kerasa.
"Mengapa harus sunghoon!?Mengapa harus membunuhnya!?"

Heeseung tertunduk dengan hidung yang bersarang. "Aku benar benar minta maaf ,Jay.Aku akan melaporkan semuanya dan menyerahkan diri pada polisi"

Jay berhenti memberontak.Laki laki itu jatuh berlutut sembari menggenggam kalung di tangannya dengan erat,di sertai isakan tangisnya yang memilukan.Semua orang menyaksikannya,hanya bisa terdiam.

"Jay..."Jun meremas pundak adiknya mencoba untuk menguatkannya.

"Apa gunanya...."ucap Jay di dela sela tangisannya.
"Permintaan maafmu tidak akan pernah bisa membawanya kembali padaku..."

"Aku benar benar minta maaf Jay.Hal yang kulakukan adalah melampiaskan kekesalanku,tapi aku tidak pernah berpikir jika semua akan menjadi sekacau ini..."

Tidak,jangan berkata apa apa lagi, karena tidak akan ada yang berubah.

Jay masih menggenggam erat kalung itu di tangannya. Janji mereka sekarang hanyalah janji kosong belaka,yang tidak akan pernah terpenuhi
Sunghoon seharusnya masih berada di sini dan mereka seharusnya masih bisa tertawa bersamanya,jika saja sunghoon tidak memilih untuk menjemput kematiannya sendiri.

Jay berdiri dan berjalan dengan tertatih tatih mendekati peti mati.
Jay menarik tangan sunghoon dan membuat janji dengan kelingking mereka.

"Aku marah kepada takdir,karena ia memisahkan kita dengan cara yang kejam seperti ini.Namun aku tidak akan memberikan dia memisahkan kita untuk kedua kalinya...."

***

____________________
__________________________

ORPHEUS || Jayhoon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang