.
***
Beberapa jam kemudian.....
Jay mengetuk pintu rumah sunghoon dengan gusar.Sudah hampir 30 menit ia berdiri di depan rumah sahabatnya dan selama itu pula sunghoon tak kunjung membukakan pintu untuknya.
Tidak bisanya seperti ini.
Ia mulai merasa cemas dengan keadaan sahabatnya.Mau tidak mau ia harus menggunakan kunci cadangan yang diberikan oleh ibunya sunghoon untuk memasuki rumah.
Ia pikir sunghoon belum tiba di rumahnya atau mungkin sedang bermain ke rumahnya wonyoung.
Tapi ternyata ia salah,Kedua sepatu sunghoon tergeletak di depan pintu dengan asal, menandakan kehadiran sang pemilik rumah."Sunghoon,kau di dalam?"
Jay baru saja mengantar seorang teman perempuan pulang dan membuat sahabatnya harus pulang sendirian .Jelas ia mengkhawatirkan nya.Jay mungkin tidak akan bisa tidur dengan nyenyak malam ini jika ia tidak memastikan bahwa sunghoon baik baik saja.
Jay mengetuk pintu kamar sunghoon setelah yakin bahwa semua ruangan lainnya kosong.Tidak ada jawaban,Jay mengetuk lagi dan memanggil manggil sunghoon.
"Sunghoon? kau ada di dalam kamar?"
Tepat setelah itu,pintu dihadapan nya terbuka.Matanya langsung menangkap sosok laki laki manis yang berwajah pucat dan terlihat sangat kelelahan.Sunghoon tidak menatap ke arahnya dan hanya diam mematung.Namun Jay cukup jeli untuk menemukan beberapa bekas luka baru di wajah sunghoon.
"Apa kau baik baik saja?"tanya Jay perlahan dan hati hati.
Sunghoon tetap menutup mulutnya,tapi ia terlihat seperti sedang menahan tangisannya.Jay tidak perlu jawaban apapun.Ia paham hanya dengan melihat kondisi sahabatnya itu.Semuanya terlihat jelas dari beberapa luka baru yang ada di tubuh kurusnya.
Maka Jay langsung menarik sunghoon ke dalam pelukannya."Maaf..."Bisik Jay di telinga sunghoon.ia merasa bersalah telah membuat sunghoon pulang sendirian.
"Maafkan aku"ucap Jay lagi lalu melepaskan pelukannya "aku akan mengobati lukamu"
Sunghoon tidak banyak bereaksi.Ia melepaskan dirinya dari Jay,lalu masuk ke dalam kamarnya.Duduk di atas tempat tidur di dalam kamarnya yang gelap.Jay mengambil kotak p3k lalu ikut duduk di dekat sunghoon.
"Apa heeseung yang melakukan nya?"
Pertanyaan yang bodoh,Jay tentu sudah tahu jawabnya, kenapa ia bertanya lagi?."Aku tidak mau membicarakannya"
Jawab sunghoon dengan lirih."Maaf,aku tidak bermaksud untuk mengingatkan mu atau semacamnya"
"Sekali lagi aku minta maaf,aku seharusnya menemamimu"Sunghoon menggeleng.
Jay selesai mengobati luka lukanya dan berniat untuk memasak makanan untuk sunghoon.Tapi Jay mengurungkan niatnya begitu melihat sunghoon yang kembali berbaring di atas tempat tidur."Kau mau tidur?"tanya Jay pelan.
"Tidak mau makan dulu?"lanjutnya."Aku tidak lapar"sahut sunghoon, sepertinya laki laki itu benar benar kelelahan.
Jay menghela nafas panjang.
Walau sahabatnya itu tidak mau makan tapi ia ingin memasak,setidaknya sunghoon bisa memakannya nanti.
Sunghoon harus makan banyak,Jay tidak menyukai sunghoon yang kini semakin terlihat kurus.Jay beranjak"Aku akan memasak untuk makan malam,bagaima pun juga kau harus makan".
Jay berbalik dan berjalan,tapi tangan sunghoon menahan lengannya.
Kepalanya menoleh pada sunghoon dengan alis terangkat."Jangan pergi"bisik sunghoon.
Jay berlutut di dekat tempat tidur sunghoon."Apa maksudmu?aku hanya ingin memasak untuk nanti malam,itu saja"
Sunghoon menggeleng dan mencengkram lengannya erat.Matanya menatap Jay dengan bibir bergetar,ketika ia mengucapkan kata katanya secara perlahan."Jangan pergi...A-aku tidak mau mimpi buruk lagi"
Sunghoon terus menatap Jay penuh harap dan Jay tentu tidak bisa menolaknya lagi.Ia mengikuti permintaan sahabatnya itu, berbaring tepat di sebelahnya.
Mereka berbaring dengan saling berhadapan.
Tangan merek saling bertautan, karena Jay tau hal kecil seperti ini mampu membuat sunghoon tenang."Apa kau bisa bercerita apa yang terjadi padamu hari ini?"Jay memutuskan untuk bertanya setelah merasa ragu beberapa saat.
Sunghoon menunduk."Seperti bias, mereka memukuliku.Hanya itu...."
Jay menyadari sikap sunghoon yang terus terusan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Dia berbohong.
"Aku mengerti,aku tidak akan menanyakannya lagi"Jay kembali bermain main dengan rambut sunghoon dengan tangan lainnya yang bebas.
Ya,ia tahu Sunghoon berbohong,tapi ia akan mencoba untuk mengerti keadaannya.Memaksa sunghoon untuk menjawab bukanlah ide bagus,karena itu hanya akan membuat sunghoon tidak nyaman.Bahkan mereka bisa saja bertengkar,jika Jay terus memaksa.
"Jayi,apa yang akan kau lakukan jika aku pergi?"
"Eh?mengapa kau-""Jawab saja pertanyaanku jayi"
"Tentu aku akan mencari mu dan menemui mu kembali"
Jay menatap langit langit kamar "Kita akan pulang bersama"Sunghoon tertawa pelan."Begitu ya?. Terima kasih jayi, untuk semuanya"
Jay tersenyum tipis,ia sudah mengenal sunghoon sejak lama,sudah tahu betul seperti apa sahabatnya itu.
Bibirnya mungkin tertawa saat ini,tapi Jay tidak melihat yang sama pada matanya.Sunghoon seperti akan menangis.
Kemarilah"Jay menarik sunghoon semakin dekat padanya dan memeluknya.Ia tidak tahu apa yang terjadi dan tidak punya keberanian untuk menanyakannya.Jay hanya tidak sedang ingin melihat sunghoon menangis.
"Kau kelelahan sunghoon,bagaimana jika kau tidur sebentar?"Sunghoon membenamkan wajahnya di dada Jay dan berbisik lagi."Aku akan tidur,asakan kau tidak meninggalkanku"
"Kata-kata yang bodoh"decak Jay ."Aku tidak akan pergi kemana pun.Kita sudah berjanji akan selalu bersama kan?".
Kata Kat itu mudah di ucapkan,tapi sangat sulit untuk dilakukan.Mereka itu sudah memilih jalan yang berbeda.Hal yang paling bodoh adalah Jay benar benar berharap pada kalimatnya, bahwa sunghoon tidak hanya sekedar memandangnya sebagai sahabat.Jay ingin lebih,tapi tidak bisa bergerak maju lagi.
Jangan lupakan satu fakta,ia berkencan dengan seorang gadis dari kelas sebelah.Itu adalah tindakan paling bodoh yang pernah ia lakukan.Semuanya hanya sandiwara belaka,sebuah skenario yang telah disusun hanya untuk melupakan satu orang.
Jay benar benar kesal.Terlambat untuk melangkah hingga akhirnya seseorang yang asing datang dan menghiasi hari sang pujaan hati.Apakah Jay sudah pernah bercerita,betapa iri nya dia dengan hubungan sunghoon dengan wonyoung.Mereka seperti memiliki dunia mereka sendiri,saling berbagi pemikiran,rahasia.canda dan tawa yang tidak pernah ia mengerti.Kehadiran wonyoung seperti mengasikan dirinya.
Matanya melirik ke arah sunghoon yang sudah tertidur di dalam pelukannya.Suatu hari nanti ia tidak akan lagi menjadi orang yang akan memeluk sunghoon ketika pemuda itu tidur.
Tangannya mengelus wajah manis sahabatnya dan menemukan bibir merahnya yang sedikit bengkak akibat pukulan penindasnya.
Ia benci melihat luka itu,ia ingin menghapusnya.Jay mendekatkan wajahnya perlahan dan mencium bibir itu dengan lembut.
Ia tidak melumat bibir itu,tidak membawa hawa nafsu ke dalam ciumannya.Jay hanya ingin sekedar mencicipi pemuda itu.Firasatnya mengatakan bahwa ia tidak akan bisa melakukan hal itu di masa depan,jadi ia ingin melakukannya sekarang tanpa diketahui si empunya.
Jay melepas ciumannya setelah tak beberapa lama,lalu menatap sunghoon dengan sedih."Kalau aku jujur padamu bahwa aku mencintaimu,apakah kau akan melihat ke arahku?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHEUS || Jayhoon [END]
Fanfiction[Cerita ini hasil remake novel dengan judul serupa karya @Amphititre23] Saya telah memiliki izin dari original writer untuk membuat remake ini. . . Park Sunghoon mungkin memang dilahirkan sebagai seorang anak laki laki pengecut.Takdir mempertemukann...