21// Maafkan aku ...

9.7K 763 522
                                    

"Rakha!" Suara lembut Mala seketika membuat Rakha mematung. Dia berdiri tak bergerak.

" MAla" ucapnya lirih. Bukan hanya rasa bahagia yang dia rasakan, tapi rasa bersalah lebih mendominasi. Membuatnya tak berani berbaik untuk menatap wajah istri yang sangat di rindukannya.

"Kha" ulang Mala. Dia berharap sang suami datang dan memeluknya. Tapi sepertinya dia harus berusaha sedikit keras untuk itu. "Kenapa diam?" tanya Mala lagi "Kamu ngga kangen ya sama aku!"

Rakha masih mematung di tempatnya. Tangannya mengepal keras menggenggam vas di tangannya. Hatinya kembali sakit saat mengingat calon putrinya pergi karena kelalaiannya. Mungkin itu yang dia pikir saat ini. Dia masih belum bisa menerimanya. Meski teman atau orang tuanya mengatakan itu takdir.

"Aku belum mampu menatap wajahmu La! Amarah ini masih menguasai hatiku.."Rakha merasa kecewa pada dirinya sendiri , "Bodoh kamu Rakha! Bodoh!" umpatnya dalam hati. Genggaman tangannya pada vas itu semakin kencang hingga

Ctak

Vas itu pecah dan melukai tangannya. Rakha tak menghiraukannya meski darah mulai mengalir memenuhi permukaan tangannya. Dan Mala belum menyadarinya.

"Kata mama kamu udah inget! kamu ngga kangen aku?" Mata Mala mulai berkaca-kaca. "Kamu jahat!" Mala memaksa untuk duduk meski seluruh tubuhnya masih nyeri. Terutama di perutnya. 

Mala memegangi perutnya. Tiba-tiba airmatanya mengalir. Dia tahu calon putrinya sudah tak ada. Meski belum pasti, tapi dia dapat merasakannya.

"Dia sudah ke surga ya Kha?" Mala mulai terisak. " Kamu ketemu dia ngga?" Badan Rakha mulai bergetar. Dia berusaha kuat untuk tidak menangis di depan Mala. Tapi tidak bisa.

Rakha sudah tidak tahan lagi. Tanpa pikir panjang. Dia berbalik, berlari ke arah Mala. Dan memeluknya erat. Menjatuhkan kepalanya di bahu Mala. Menangis sejadi-jadinya. Mala membalas dengan memeluk tubuh suaminya. Memberi usapan lembut di punggungnya. Dia tahu, Rakha lah yang lebih hancur daripada siapapun saat ini.

"Maaf! Maafkan aku sayang! Aku bukan suami dan ayah yang baik! Maaf" Rakha menumpahkan segala rasanya dalam pelukan Mala. Mala membelai rambut Rakha.

"Itu bukan salahmu Kha! semua ini takdir" Mala mencoba menenangkan. "Mungkin kita belum di beri kepercayaan untuk menjadi orang tua saat ini Kha, kamu tahu Tuhan Maha baik. Dia tahu kemampuan kita" Kata-kata Mala seperti embun yang menyejukkan hati Rakha yang gersang. Selama ini dia ketakutan , takut Mala akan membencinya. Tapi mendengar perkataan Mala dia tahu Mala tak menyalahkannya. Dia  berfikir terkadang Mala lebih dewasa darinya. 

"Terimakasih!" Mereka saling berpelukan. Menumpahkan segala yang mereka rasakan. Saling menguatkan satu sama lain. Hingga sama-sama tenang.

Rakha melepaskan pelukannya. Dia mengangkat tangannya ingin menangkup kedua pipi istrinya tapi di urungkannya. Melihat tangannya yang penuh darah. Dia bahkan tak menghiraukan rasa sakitnya.

"Kenapa?" Mala menyadarinya. Dia melirik ke arah Vas bunga yang pecah dan banyak bercak darah di lantai. Mala menarik tangan Rakha dan membungkusnya dengan selimut. Untuk menghentikan pendarahan.

Mala memencet tombol di sampingnya. Seorang perawat masuk dengan tergopoh -gopoh.

"Ada apa nona? Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya perawat itu.

"Apakah saya bisa meminta sedikit perban, alkohol handuk dan air hangat?" ucap Mala sopan.

"Untuk apa?"

"Tangan suami saya terluka terkena pecahan vas" Mala menunjuk ke meja tempat vas bunga itu berada. Rakha hanya menunduk sambil terdiam.

Perawat itu segera keluar untuk mengambil pesanan Mala. Tak berapa lama perawat itu datang.

My Good Girl Mala (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang