35// Salah paham

7K 714 530
                                    

Senja lebih tahu bagaimana menyampaikan perpisahan dengan cara yang indah

Kata papa, wisata ke Jepang di undur satu minggu lagi!

Sebuah pesan singkat dari Rakha. Beberapa hari ini Rakha terlihat sangat sibuk. Seperti tak punya waktu untuknya. Seperti sekarang ini. Mala harus pulang sendiri, Rakha sudah pulang sejak tadi. Dia membolos di jam pelajaran terakhir. Dan itu sudah beberapa hari ini terjadi. Bahkan Rakha pulang sampai larut malam, saat dia sudah terlelap.

"Kamu sibuk apa sih Kha?" gumam Mala. Tak sadar jika itu merupakan hal yang sangat berbahaya, melamun saat mengemudikan kendaraan.

Ciiiiit

Mala menarik remnya kuat-kuat. Dia tak menyadari, seorang sedang menyebrang di depannya. Mala menghindarinya. Membuatnya kehilangan keseimbangan. Motornya tergelincir hingga beberapa meter.

Orang-orang berbondong-bondong mengerubungi Mala.

"Saya nggak papa kok terimakasih!" Mala menselonjorkan kakinya di trotoar.

"Beneran ngga papa neng?"

"Iya pak, ngga papa!"

"Hati-hati ya neng?"

Mala mengambil ponselnya mencoba menghubungi Rakha. Tapi Rakha tak juga mengangkatnya.

"Sssh!" Mala merasakan perih di kedua lututnya. "Kok ngga angkat sih Kha?" Mala ingin menghubungi Adara tapi di urungkannya. Dia takut merepotkan Adara. Mala memutuskan untuk memesan taxi.

"Kakak ipar? lo ngga papa?" Zayyan yang baru saja lewat terkejut melihat gadis yang duduk di tepi trotoar.

"Iya tadi jatuh! dan luka dikit!" jawab Mala sambil cengengesan.

"Tunggu di sini, gue cari obat!"

"Ngga usah Zay!" Zayyan tak menghiraukan perkataan Mala. Dia berlari untuk membeli perlengkapan di minimarket terdekat. Tak berapa lama Zayyan datang membawa bungkusan.

"Maaf ya?" Zayaan meminta ijin untuk merawat luka Mala. Mulai dari membersihkan sampai mengolesinya alkohol.

"Ayo gue antar, lo bisa berdiri kan?" Zayyan membantu Mala berdiri dengan susah payah. Membantunya naik ke boncengan.

"Nanti motor lo biar di ambil Nio!" ucap Zayyan. Mala hanya mengangguk saja. Dia ingin segera sampai di rumah. Karena lukanya terasa perih.

"Lo udah menghubungi Rakha?" tanya Zayyan sedikit keras.

"Udah tapi ngga dia angkat" jawab Mala. Ada rasa kecewa sebenarnya, tapi Mala mencoba menepisnya. Di perempatan mereka berhenti sejenak karena lampu merah. Dari kejauhan Mala melihat Rakha, tapi tidak sendiri. Dia bersama wanita.

"Qia!" ucap Mala lirih. Lampu menyala hijau, motor mereka saling berpapasan. Rakha sedikit terkejut melihat Mala bersama Zayyan. Mata mereka sempat bertemu. Posisi jalan tak memungkinkan Rakha untuk berhenti.

Hati Mala terasa sakit. Dia bukan orang yang mudah cemburu, tapi sikap Rakha menyakitinya kali ini. Dia tak mengangkat telponnya, dan malah berboncengan dengan gadis lain, kakak kelasnya. Tak terasa satu tetes airmata Mala lolos. Dia cepat-cepat menghapusnya.

Zayyan mengantarnya sampai ke apartemen. Melihat Mala kesusahan berjalan. Dia terpaksa membopong Mala sampai pintu apartemennya. Awalnya Mala menolak tapi Zayyan memaksa. Tapi memang Mala akui, kakinya terasa sakit untuk berjalan. Setelah memastikan Mala aman Zayyan meminta ijin untuk pulang.

"Makasih ya Zay?"

"Sama-sama!"

Dengan tertatih Mala berjalan memasuki apartemennya. membersihkan dirinya lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Lukanya semakin nyeri Mala menarik selimut mencoba memejamkan mata. Tapi tiba-tiba dia dikejutkan dengan dibukanya kasar pintu apartmennya.

My Good Girl Mala (sudah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang