Tok.. tok..
Ceklek
Pintu di buka secara perlahan, tampaklah seorang wanita cantik berbalut dress merah, berjalan dengan begitu elegan.
Dilraba (ibu wang yibo)
Menghampiri pemuda yang tengah duduk di depan meja riasnya. Dengan setelah serba hitam.
Wang yibo (putra tunggal wang dilraba dan wang mai )"Yibo sayang... kau sudah siap?" Tanyanya sembari membelai surainya lembut, putra semata wayangnya ini memang sangat mempesona.
"Mn" wang yibo hanya berdehem kecil sebagai jawaban.
Dilraba tersenyum lembut, dan menatap sang putra dari pantulan cermin.
"Jangan gugup"
"Baik" jawabnya singkat dan tenang.
Setelahnya dilraba pun pergi dari ruangan itu meninggalkan yibo yang termenung sendirian dengan tatapan kosong.
Wang yibo bangkit dari duduknya dan berjalan menuju jendela dan melihat halaman rumahnya yang sudah di padati beberapa kendaraan yang datang.
Tamu undangan telah memenuhi aula pernikahan yang diadakan secara sederhana dan tertutup dengan hanya beberapa orang saja yang di undang.
Hari ini harusnya menjadi hari paling membahagiakan untuk wang yibo sebagai mempelai pria yang akan memutus masa lajangnya, tapi tampaknya tidak begitu.
Karna pria berusia 22 tahun itu kini malah terlihat murung dengan tatapan kosong.
Langit cerah, burung-burung berkicau ria, terbang dengan bebas menikmati indahnya pagi hari.
"Kapan aku bisa seperti burung itu, terbang bebas tanpa harus terkurung dalam sangkar emas yang di namakan kasih sayang"
Wang yibo memang sedari lahir selalu diawasi secara overprotektif oleh keluarganya, dia selalu di doktrin dengan pemikiran jika dunia luar itu sangat berbahaya, banyak manusia kejam yang saling memakan sesamanya dengan ketamakan. Dan hanya rumah lah tempat bernaung yang paling aman.