"Hei nak!" Sapa seorang pria bermantel tebal dengan syal yang melilit lehernya.
Pria itu menepuk-nepuk pundak anak laki-laki yang tengah meringkuk memeluk lutut di sebuah bangku taman dengan pakaian compang-camping, sedikit kuat guna membangunkannya. Tapi anak itu sama sekali tidak bergeming, hanya terdengar suara gemeletuk gigi dan uap yang sesekali keluar dari bibir birunya yang menggigil kedinginan
Karna merasa kasian, pria itu lantas melepaskan mantel tebalnya kemudian memasangkannya pada tubuh bocah 10 tahun itu. Kemudian ia pun membawanya di punggungnya. Anak laki-laki itu membuka manik Aswad nya perlahan, dengan suara gemeletuk gigi, dia pun bersuara lirih.
"Siapa?"
"Ah.. kau sudah sadar rupanya... Dimana keluarga mu? Aku akan mengantarmu pulang"
"Aku tak punya tempat tuk pulang, aku baru saja di rampok"
"Siapa namamu?"
"Zhan sean"
"Nama yang bagus, panggil aku ayah! xiaozhan"
"Ayah?... Xiao zhan?"
"Mn, aku ayah mu mulai sekarang, namaku xiao changse. Dan nama mu xiao zhan mulai saat ini"
"Baik ayah"
"Selamat datang di keluarga zhanzhan"
"Terimakasih ayah, sudah mau memungut ku dari kubangan lumpur" sendunya, dengan mengeratkan pelukannya di leher pria yang menggendongnya.
"Sean.... Sean!" Suara panggilan itu berhasil menyadarkan xiaozhan yang sedari awal perjalanan termenung memandang ke luar jendela mobil.
"Mn, kau sangat berisik little snake"
"Kita sudah sampai bodoh"
Sebuah gedung terbengkalai, yang kumuh dan gelap di tengah hutan belantara yang menjadi tempat tujuan mereka saat ini, telah terpampang nyata di hadapannya.
"Ayo selesaikan ini dengan cepat!" Xiaozhan langsung keluar dari mobil dan melangkah mendahului rekannya.
"Ohooo,,,, sepertinya ada yang menunggumu di rumah heum" godanya.
Xiaozhan tak menanggapi lelucon tak lucu itu dan mempercepat langkah kakinya.
"Apa dia yang tadi datang ke rumah mu?" Tanyanya setelah berhasil menyamakan jalannya.
"Aku sedang liburan! kecebong buntung, aku tak mau menyia-nyiakan waktu ku" elaknya tegas.
"Sampai kapan kau akan seperti ini terus sean, sudah 5 tahun kau berlibur, dan tinggal di desa terpencil itu sebagai orang miskin" cibirnya.
Xiaozhan berhenti sejenak, dan menatap pria di sampingnya dengan tajam.
"Meskipun aku miskin harta, tapi aku tidak miskin kasih sayang." Tandasnya. Kemudian berlalu meninggalkan rekannya yang terheran-heran dengan sikapnya.
"Dia kenapa?" Tanyanya pada udara malam.
Sean yang terkenal tak punya hati, dingin dan tak tersentuh, kini bisa mengatakan hal semenggelikan itu. Pria yang di panggil little snake itu bergidik ngeri.
'Apa tinggal di desa terpencil, membuatnya menjadi sosok yang melakonis seperti itu. Sepertinya orang-orang di desa membawa perubahan yang cukup positif, untuk pria bengis itu.' Pikirnya dengan senyum tipis.
'Menarik'
.
.
.
.
.Dilain tempat.
Mingyu yang di pinta untuk menjaga bayi temannya, kini tengah diliputi suasana canggung yang tak berkesudahan. Bagaimana tidak, mingyu sudah berulangkali mencoba untuk membangun percakapan hangat diantara mereka. Dengan harapan bisa menjadi lebih dekat dan akrab.
Tapi nyatanya bocah itu sama sekali tidak menanggapi semua topik yang dia bicarakan. Setiap kali dia mengajaknya bicara, anak itu hanya akan menjawab. "Mn, ya, tidak" atau hanya diam, dan tak menanggapinya sama sekali dan itu membuat mingyu hampir putus asa.
Ia berpikir bagaimana cara xiaozhan membangun komunikasi dengan pemuda itu, hingga anak itu bisa sangat lengket padanya. Tapi yang paling menghawatirkan adalah bocah itu tidak mau makan apapun, meskipun ia sudah menghidangkannya. Meskipun dia mengatakan jika xiaozhan yang memasaknya, bocah itu tetap tidak mau memakannya dan hanya menanyakan kapan gegenya itu pulang.
Mingyu yang tak mempunyai jawaban hanya bisa diam dan berdoa dalam hati, agar temannya itu lekas pulang agar dia bisa terlepas dari suasana hening, penuh kecanggungan ini.
Waktu menunjukkan pukul 00.30 malam, dan bocah itu masih setia dengan televisi di depannya, mingyu bahkan sudah meminum kopinya yang ke-5 kalinya, untuk menghalau kantuk yang mendera matanya. Tapi temannya itu belum juga menunjukkan batang hidungnya, dia lelah, walaupun tidak melakukan apapun. Tapi tetap saja dia mengantuk dan ingin tidur. Jadi iapun berinisiatif untuk menyuruh bocah itu tidur, daripada menunggu tanpa kepastian.
"Yibo tidurlah ini sudah lewat tengah malam, kakakmu itu pasti pulang. Tenang saja"
Tapi sama seperti yang sudah-sudah, bocah itu hanya menggelengkan kepala pelan. Walau mingyu bisa melihat dengan jelas, kalau bocah itu beberapa kali menguap dan mengucek matanya menahan kantuk.
"Keras kepala" gumamnya.
Tapi yibo sama sekali tidak peduli, ia tetap pada pendiriannya. Yang mana itu membuat mingyu mendesah frustasi.
"Kalau begitu makanlah sedikit, sambil menunggu" tapi sekali lagi bocah itu menggelengkan kepalanya. Mingyu mengusak rambutnya jengkel dan frustasi, ia hanya berharap jika temannya itu bisa segera pulang. Atau dia akan bergadang semalaman.
Ceklek
Pintu di buka, akhirnya sosok yang di tunggu datang juga. Yibo yang sudah lama menantikannya, tentu langsung menerjangnya saat itu juga. Beruntung, xiaozhan memiliki stamina yang kuat, jadi ia masih bisa menahan serangan mendadak itu, tanpa harus terhuyung dan jatuh.
"Gege darimana?" Suaranya sedikit teredam, karena anak itu menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang kakak.
Dengan wajah letih nya, xiaozhan masih bisa tersenyum, membelai surai di pelukannya dengan lembut.
"Maaf,,, gege pergi sebentar"
Xiaozhan, beralih menatap sosok lainnya di depannya yang berkacak pinggang, dengan wajah kesal. Dia tersenyum canggung.
"Huhhfffttt... Kenapa pulang zhan?" sarkasnya.
"Maaf dan terimakasih"
"Baiklah! ini sudah larut, sebaiknya aku pulang" tapi sebelum kakinya melangkah lebih jauh, xiaozhan kembali bersuara.
"Menginaplah disini gyu, aku tau kau pasti lelah, tidurlah di kamar" pintanya.
Mingyu yang kepalang mengantuk berat, hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan gontai menuju kamar yang ditunjuk oleh xiaozhan.
Setelah kepergian mingyu, xiaozhan menundukkan kepalanya, hanya untuk mendapati bayinya yang telah terlelap dalam dekapannya. Xiaozhan mengambil dagu bayinya dan mengecup bibir ranum itu dengan sedikit lumatan lembut.
"Mimpi indah baby"
Kemudian dengan hati-hati, ia mengangkat tubuh pakmil itu ala bridal dan membawanya ke kamar. Tanpa xiaozhan sadari yibo tersenyum lembut dalam tidurnya.
'mimpi indah Daddy'
Next?
![](https://img.wattpad.com/cover/357370682-288-k474359.jpg)