Sejak saat itu, xiaozhan tak pernah lagi mengungkit ataupun menanyai yibo mengenai identitasnya. Ia berusaha sebaik mungkin untuk menerima yibo apa adanya dengan segala yang dia punya. Sekarang.
Membuka lembaran hidup yang baru dengan apa yang ada saat ini, kemudian menjaganya sepenuh hati tanpa harus melihat ke belakang. Itulah yang menjadi visinya saat ini.
Xiaozhan pov
Tak terasa 2 bulan telah berlalu dengan cepat sejak yibo menginjakkan kaki di rumah sederhanaku. Kini usia kandungannya sudah menginjak bulan ke-5, perubahannya sudah mulai terlihat, mulai dari nafsu makan yang meningkat. Tidak seperti awal saat pertama kali kami bertemu, dan aku sangat senang akan hal itu.
Perutnya yang rata juga mulai sedikit mengembung, badannya mulai berisi dengan pipi chubby yang semakin menggemaskan. Meski begitu aku masih belum siap untuk bicara padanya mengenai kehamilannya. Aku masih menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya, walaupun tak tau kapan pastinya.
Hari-hari monoton dan tenang ku sudah berakhir sejak kehadirannya, jika biasanya aku hanya akan pergi ke kebun, menjual hasil panen di kota, lalu tidur.
Kini setelah ada bocah manja itu, rutinitas ku sedikit bertambah, padat. Dimana saat pertama kali aku membuka mata, hal pertama yang kulakukan adalah mengamati sosok malaikat kecil dalam pelukanku yang masih mendengkur halus, memberikan kecupan ringan di dahinya sudah menjadi sebuah kebiasaan, sebelum beranjak dari kasur untuk memulai hari.
Jangan tanya kenapa aku suka sekali mengecup dahi dan pucuk kepalanya?, karna aku juga tidak tau. Bocah itu juga tidak pernah menolaknya, malah ada satu waktu dimana pakmil itu pernah merajuk hanya karena aku tidak mengecupi dirinya hampir seharian penuh.
Lanjut buat sarapan, kemudian memandikan sekaligus menyuapinya. Kadang aku merasa seperti seorang ayah yang merawat anaknya setelah di tinggal mati istrinya. Di tambah bocil yang masih seperti bayi ini sedang mengandung bayi! Sungguh karunia yang luar biasa.
Setelah sarapan kami pun pergi ke kebun bersama, terkadang kami juga hanya akan menghabiskan waktu dirumah saja, jika pakmil itu sedang ingin bermalas-malasan.
Tapi hari ini, kami berjalan beriringan menuju kebun untuk memantau hasil panen buah mangga dan strawberry yang siap panen. Tentu kami tidak hanya akan melihatnya saja. kami juga akan membantu memanennya, lebih tepatnya hanya aku yang membantu mengumpulkan hasil panen. Yibo? Tentu ikut membantu, dia membantu mengumpulkan buah strawberry dalam perutnya.
Semua orang disana menatapnya dengan gemas, gemas ingin menguburnya dalam tanah. Karna setiap keranjang buah strawberry yang siap kemas akan kosong jika ada bocah itu di sana. Tapi sekalipun, aku tidak pernah melihat, ada orang yang menatap kesal padanya, sebaliknya mereka akan mencubit pipi chubby nya yang semakin mengembang apabila dia mulai merajuk. Kemudian mereka akan menggelengkan kepala ataupun tertawa lepas ketika melihat yibo memberengut kesal dan mengadu padaku soal pipinya yang selalu jadi sasaran mainan mereka.
Jika kalian berpikir bocah itu akan berhenti makan setelah merajuk, jawaban salah besar. Dia tetap tak berhenti makan buah asam itu, hingga aku sedikit khawatir bocah itu sakit perut karena makan yang asam terlalu banyak, tapi aku juga tidak bisa melarang. Biarkan saja.
Xiaozhan pov end.
"Zhan apa kau akan pergi ke kota, dalam waktu dekat?" Tanya salah satu pekerja di kebunnya bernama bibi mei.
"Iya bi, apa bibi butuh sesuatu?"
"Mmm begini nak zhan, sebentar lagi putri bungsu bibi akan berulang tahun, kami ingin membelikannya hadiah, bisakah putri sulung bibi menumpang?" Tanyanya hati-hati.
"Tentu bi, tidak perlu sungkan seperti itu" jawabnya ramah.
Bibi mei tersenyum cerah, dia berterimakasih pada tuan tanah sekaligus bosnya itu. Pria itu memang berhati malaikat, selain membantu memperbaiki ekonomi warga sekitar, dengan memperkerjakan mereka di kebun. Dia juga tidak sungkan mengulurkan tangan jika ada yang membutuhkan. Itulah mengapa mereka tidak terlihat seperti pekerja dengan bos, sebaliknya suasana kekeluargaan terasa sangat kental disini.