Xiaozhan duduk termenung di depan sebuah pintu bercat putih bertuliskan Ruang Rawat, ia tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi pada didinya itu.
Hingga tak lama kemudian pintu itu akhirnya di buka, menampakkan seorang pria berjas pulit dengan stetoskop yang menggantung apik di lehernya, dokter muda itu manatap pria di hadapannya dengan tatapan rumit.
"Tuan" panggilnya.
Beruntungnya saat ini kondisi klinik tempat yibo di rawat sedang sepi pengunjung, jadi yibo bisa secepatnya di tangani tanpa perlu mengantri.
Xiaozhan bangkit dari duduknya dan langsung menghadap ke arah sang dokter.
"Bagaimana keadaannya dok? Dia sakit apa? Apa parah?" Tanyanya beruntun dengan nada kwatir yang kentara.
Dokter itu menghela nafas berat dan itu membuat xiaozhan semakin takut akan hal yang mungkin menimpa adik nya itu.
"Pasien harus di rujuk ke rumah sakit, karna peralatan di klinik ini sangat tidak memadai untuk memeriksa secara keseluruhan, jadi saya akan membuat surat rujukan untuk ke rumah sakit yang lebih mumpuni" jawabnya.
Deg..
Xiaozhan merasa jantung jatuh sampai ke ginjal, apa sakitnya separah itu?, pikirnya.
"Dan anda bisa membawanya setelah cairan infusnya habis, kalau begitu saya permisi"
lanjutannya kemudian pria berjas putih itu pun pergi begitu saja. Tanpa memberi penjelasan lebih lanjut tentang adik nya, karna mungkin memang dokter itu tak mempunyai jawabannya, maka dari itu dia membuat surat rujukan ke rumah sakit.
Lama mematung dengan pikiran yang berkecambuk, xiaozhan pun memberanikan diri untuk masuk kedalam, di lihatnya bocah manja itu tengah terlelap dalam damai, wajahnya pucat, tubuhnya semakin kurus, satu tangannya kini di pasangi saluran infus, melihat pemuda yang biasanya merengek bermanja-manja dengannya kini terbaring tak berdaya, membuat hatinya terasa teriris-iris sembilu. Ia merasa gagal menjadi seorang yang menjadi tempat naungannya.
Netra hitam legamnya perlahan tenggelam oleh cairan yang berusaha ditahan di pelupuk matanya agar tidak jatuh namun ia gagal karena dalam satu kedipan embun itu meluncur dengan mulus di pipinya. Ia sakit melihat pemuda itu terbaring lemah seperti ini, meski baru beberapa hari kebersamaan mereka, tapi ikatan batin yang terjalin membuatnya takut akan kehilangan.
Dahi bocah itu mengkerut bulir keringat sebesar biji jagung menyeruak membasahi pelipisnya, jelas anak itu sedang gelisah di dalam tidurnya.
"Tidak.... Jangan..." Racaunya.
"Tidak papah... Yibo tidak mau..."
Wang yibo bergerak gelisah dalam tidurnya, bahkan buliran air mata keluar dari maniknya yang masih terpejam.
Xiaozhan melihat itu mencoba untuk menenangkannya dengan membelai surainya lembut, tapi bukannya tenang yibo malah semakin histeris dan menepis kasar tangan yang membelai kepalanya..
"Tidak jangan sentuh! Lepaskan!" Racaunya kian menjadi-jadi.
Xiaozhan mencoba untuk merangkulnya tapi hal yang sama terjadi dimana pemuda itu kembali menepis dengan kasar, bahkan kini dia mulai berteriak.
"Tolong! Jangan sentuh! Jangan! Pergi! Hiks.." Jeritnya penuh kesakitan sembari terisak
Xiaozhan tak tahan lagi ia pun menarik yibo dengan paksa dalam dekapannya, dan membangunkannya dengan lembut, tapi yang ia dapatkan adalah pukulan brutal dari pemuda itu yang memberontak.
"Tolong jangan!" Lirihnya dengan suara yang melemah.
"Yibo bangun!"
"Bobo sayang ini gege,,, buka matamu"