Matahari bahkan belum menampakkan pesonanya tapi, manik almond itu tiba-tiba terbelalak, dan bangun sepenuhnya. Buliran keringat membasahi wajah rupawan nya, nafasnya memburu dan mata berkaca-kaca.
'mimpi?'
Kemudian netra gelap itu menelisik ke segala arah, mengamati sekitarnya dengan seksama. Sampai pandangannya jatuh pada sosok angel di sampingnya, yang masih terlelap dalam damai. Menghela nafas berulangkali untuk menetralkan debaran jantungnya yang tak karuan, dia lantas kembali berbaring, menyamping.
Satu tangannya terulur untuk menelisik paras bayinya yang semakin berisi, seulas senyum tipis terukir di bibir tipisnya. Tapi senyum itu memudar kala manik Aswad Nya perlahan turun, dan berhenti di bagian perut pemuda itu yang semakin mengembung. Tangan yang semula memainkan pipi chubbynya, kini turut membelai pelan perut buncit disana. Mengelusnya teramat hati-hati, seakan itu benda paling rapuh yang bisa hancur, jika ia terlalu menekannya.
"bayi ini tidak bersalah" gumamnya lirih, dengan tatapan sendu.
'Lalu siapa yang salah? Dia? Atau aku? Apa yang harus ku lakukan jika aku pernah bersumpah untuk membunuh bajingan yang membuat kesayangan ku menderita seperti ini. Haruskah aku membunuhnya? Dia merupakan iblis untuk bayi-ku, tapi Dia juga merupakan malaikat untuk ku.
Dia adalah cahaya yang menerangi ku dalam kegelapan, Dia adalah orang kedua selain ibu, yang memberikan ku kehangatan, keluarga baru, kehidupan baru, hingga saat ini aku bisa berdiri sendiri berkat kebajikan nya. Tapi apa ini? Benarkah sungguh dia yang melakukan hal tak senonoh itu? Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin orang sebaik dia melakukan hal di luar norma seperti itu. Lantas apa yang harus kulakukan? Haruskah aku menjilat ludah ku sendiri? Atau tepati sumpah itu, dan hidup dalam rasa bersalah yang tak berkesudahan.'
Disaat xiaozhan tengah mengalami perang batin. Yibo yang merasakan cengkraman di pinggangnya, perlahan membuka netranya. Xiaozhan bahkan tidak menyadari jika tangannya yang bertengger di pinggang sang pujaan, terus menguatkan remasan nya. Yang mana hal itu membuat empunya berdesis lirih.
"Gege..." Lirihnya, dengan suara khas bangun tidur.
Xiaozhan tersadar dari lamunannya dan langsung mengalihkan pandangannya pada manik indah di hadapannya dengan tajam. Yibo yang mendapati tatapan itu sedikit tersentak takut, terlihat dari matanya yang sedikit gemetar, dengan genangan air asin yang siap jatuh dalam satu kedipan.
Xiaozhan tertegun melihatnya, ia lantas mengapit pipi chubby itu dengan kedua tangan seraya berkata lembut.
"Bobo sayang.... Ada apa hmm? Apa ada yang sakit?" Tanyanya khawatir.
"Gege marah?"
Bukannya menjawab yibo malah balik bertanya, dan itu membuat xiaozhan sedikit mengerutkan keningnya bingung.
"Siapa yang marah? Gege tidak marah sayang"
"Ta-tapi-"
Sebelum yibo menyelesaikan kalimatnya, xiaozhan telah menenggelamkan wajahnya di dada bidangnya. Kemudian menepuk-nepuk punggung sempitnya lembut untuk menenangkannya.
Pikirannya sedang kacau kali ini, mungkin itu sebabnya baby-nya berpikir dirinya sedang marah.
"Maaf... jika gege tak sengaja membangunkan mu, tidurlah kembali, ini masih dini hari" ujarnya tanpa melihat jika jam di meja nakas samping tempat tidurnya sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi.
Yibo yang merasa nyaman pun kembali memejamkan matanya dan memeluk tubuh sang kakak erat. Walaupun sebenarnya pikirannya kini sedang melayang buana.
Yibo merasa kepalanya amat pusing, ia merasa satu persatu ada yang hilang dari memory nya. Tapi saat ia mencoba memikirkannya, itu malah membuat kepalanya semakin sakit. Entah apa yang terjadi, tapi semakin ia memikirkannya semakin kuat rasa sakit yang mendera kepalanya.
Dia ingin membuka matanya, dan menanyakannya pada orang yang mendekapnya. Tapi rasa sakit di kepalanya membuat matanya sulit terbuka, pada akhirnya dia kembali tenggelam dalam kegelapan tanpa dasar.
Xiaozhan menghela nafas, ia yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk bangun dan pergi mandi. Mungkin air dingin bisa menjernihkan otaknya yang semerawut kayak benang kusut. Pikirnya.
Selesai mandi, seperti biasa dia akan membuat sarapan pagi. Kali ini ia membuat sarapan lebih banyak dari biasanya, karna kali ini ada mingyu yang akan ikut sarapan bersama mereka.
Tidak seperti biasanya, kali ini baby-nya tidak terbangun dan memeluknya dari belakang. Bahkan setelah selesai menata makanan di meja pun, anak itu masih belum juga menunjukkan batang hidungnya, hal itu membuat xiaozhan sedikit heran. Tak ingin memikirkannya lebih jauh, ia pun memutuskan pergi ke kamarnya untuk memeriksanya secara langsung.
Dilihatnya bocah itu lekat, tidak ada yang aneh. Ia kemudian menyentuh dahinya, memastikan jika bocah itu baik-baik saja dan tidak demam. Tapi lagi-lagi semuanya nampak baik-baik saja. Xiaozhan berpikir mungkin karena bocah itu begadang semalam, karena menunggu dirinya pulang. Jadi dia masih tidur pulas sampai saat ini. Jadi tanpa pikir panjang ia lantas membawa pangeran tidur itu ke kamar mandi, sebelum membangunkannya untuk sarapan.
Saat sedang menyabuni tubuh polosnya, netra coklat itu akhirnya terbuka secara perlahan, dengan lenguhan kecil.
"Eungh"
"Bobo sayang sudah bangun?"
"Mn" lagi xiaozhan merasa ada yang berbeda dengan anak itu.
Tapi apa?
"Bodi?"
.....
Tidak ada jawaban. Bocah itu hanya menatap pria di hadapannya linglung, dan xiaozhan menyadari hal itu dengan jelas.
"Bo-"
"Kau siapa?"
Deg...
Jantung xiaozhan berpacu dengan cepat. Otak cerdasnya dipaksa untuk berpikir 2x lebih keras. Apa yang dia lewatkan?.
"Bobo sayang?"
"Siapa bobo? Apa itu namaku"
Xiaozhan menatap lekat orang didepannya, ia berusaha mencari kebohongan disana. Tapi yang ia dapati hanya kekosongan tak berdasar. Lalu ingatannya kembali pada saat kemarin malam, saat bocah itu histeris dan-.
'astaga apa yang ku lakukan! Apa dosisnya terlalu banyak?! Tapi tadi malam ia masih terlihat seperti biasa?! Apa mungkin....'
'Tadi malam efek belum bekerja sepenuhnya.... Itu artinya...'
"Pfffttt hahahaha" Xiaozhan tiba-tiba tertawa keras seperti orang gila.
Atau mungkin dia memang sudah gila dari awal.
Semakin lama tawanya semakin keras, tapi matanya berkata lain. Dia tertawa tapi netra aswad itu malah memancarkan kesedihan dengan lelehan air mata yang kini berlomba-lomba menuruni pipi tirus nya.
Yibo menatap pria di hadapannya kebingungan, tapi jauh di lubuk hatinya, dia merasa sakit saat melihat air bening itu mengalir tanpa henti disana. Entah kenapa rasanya dia merasa bersedih melihat pria itu seperti ini.
'siapa dia? Kenapa dia tertawa tapi menangis putus asa? Ughh kenapa aku sakit melihatnya seperti itu? Apa dia orang yang sangat penting? Kenapa aku tidak ingat ya?' batinnya berkecamuk penuh tanya.
Tapi bibirnya tetap terkunci rapat, ia hanya memandang pria dihadapannya dengan raut bingung tapi juga sendu.
'Ada apa ini?'
Next? Or end?
Hai i'm back ada yang kangen gak?
Cerita ini makin aneh gak sih menurut kalian?🤔 Tapi ya mau bagaimana mana lagi beginilah yang ada di otak penulisnya. Jadi harap di maklumi ya guys
![](https://img.wattpad.com/cover/357370682-288-k474359.jpg)