13.

945 119 53
                                    

Ayden menutup bukunya. Ia sudah sangat muak dengan pelajaran fisika yang cukup menguras otaknya. Ia menghela pelan, kemudian berdiri ingin segera pergi ke kantin untuk sekedar mencari es coklat favoritenya atau makanan yang lain sebagai makan siangnya.

"Ayden, lo dicari kak Amin" ucap salah satu teman sekelas Ayden.

Ayden mendengus, ia berjalan menghampiri Amin yang menunggunya di depan kelas. Tapi belum juga ia keluar kelas, Ayden lebih dulu melihat Jisung menghampiri Amin. Mereka terlihat sedikit berdebat hingga akhirnya Amin memutuskan untuk pergi.

"Lo ngobrol apa sama Kak Amin?" Tanya Ayden kepada Jisung.

Jisung tersenyum lebar. "Gue cuma peringatin dia, kalau dia ganggu lo lagi, gue bakal aduin ke Uncle Alin tentang kelakuan dia ke lo. Gue yakin Uncle Alin pasti langsung bertindak, apalagi orang tua dia bawahan Uncle Alin"

Ayden menghela, "kenapa lo ikut campur sih Ji?"

"Kan gue mau ngelindungin lo"

Ayden hanya berdecak, hingga Chenle keluar dari kelasnya dan mendekat pada mereka.

"Udah lama nungguin?" Tanya Chenle yang dijawab gelengan oleh Jisung.

"Baru kok sayang"

"Kantin yuk? Laper nih" ajak Chenle kepada mereka berdua.

"Yuk. Gue mau beli soto, gak bawa bekal soalnya"

"Tumben amat Ay gak bawa bekal?" Tanya Jisung.

"Iya. Papi lagi ngambek sama Papa soalnya" jawabnya singkat kemudian menggandeng Chenle meninggalkan Jisung. Jisung hanya terkekeh melihat keduanya dan kemudian menyusul.

Setelah memesan makanan, mereka duduk ditaman depan kantin dengan makanan yang sudah tersaji di depan mereka. "Kak Amin lihatin lo mulu tuh den. Lo beneran putus sama dia?" Tanya Chenle sembari menunjuk Amin dengan dagunya.

Ayden mengangguk sembari mengaduk makanannya. "Iya" jawabnya singkat.

"Lagian kalau lanjut kalian bakal LDR sih ya? Gue denger dia keterima di Aussie?"

"Iya kayaknya. Gue juga gak tau"

"Makan makan. Jangan ngomongin orang" potong Jisung membuat keduanya berdecak.

Waktu berlalu cukup cepat hingga tidak terasa mereka kini sudah menduduki kelas 12. Sebenarnya tidak ada yang berubah dari persahabatan mereka bertiga, yang berubah hanyalah Ayden yang kini membatasi dirinya dengan Jisung untuk menghargai Chenle.

"Minggu depan gue setahun sama Jisung. Enaknya ngasih apa ya Ay?" Tanya Chenle. Ia kini tengah berada di kamar Ayden berbaring di atas karpet milik Ayden dengan cookies di pangkuannya.

"Ngasih anak"

Plakkkk

Chenle spontan melempar Ayden dengan bantal ketika ia mendengar jawaban asal Ayden itu. "Bisa di gantung hidup hidup gue sama Ami"

Ayden terkekeh, menggeser tubuhnya pelan. "Lo yakin orang tua kita dulunya gak nakal? Gue aja gak yakin bokap gue masa remajanya jadi remaja yang baik"

Chenle terdiam sejenak. "Gak! Gue yakin Daddy orang lurus"

"Yaelahhhh"

"Kalau ngasih anak mah nanti aja kalo udah nikah"

Ayden tertawa namun ia merasa hatinya sedikit berdenyut. "Ji suka apa? Ya beliin itu aja. Apapun dari lo pasti dia suka"

"Suka basket, suka koleksi sepatu, suka ayam goreng, Suka susu kedelai, suka coca cola, suka gue"

Ayden berdecak, "ya udah tuh kasih itu aja. Atau lo di kasih pita dimasukin kotak juga pasti dia seneng"

Kisah Segitiga - CHENJI X AYDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang