Jisung keluar dari kamarnya pukul setengah tujuh pagi. Ia dengan tas yang menggantung di pundak sebelah kanannya pun menuruni anak tangga menuju meja makan di mana keluarganya berada.
Jisung menyambar roti panggang yang baru saja Jaemin olesi dengan selai kacang kesukaan Jisung.
"Logan mana bun?" Tanya Jisung yang tidak mendapati adiknya itu di meja makan.
"Udah berangkat bareng Rui" jawab Jaemin yang kemudian menarik kursi dan mendudukan dirinya disamping sang suami, Jeno.
Jisung mengangguk, ia kemudian ikut mendudukan dirinya di kursinya yang tepat di depan Jeno.
"Bang, motor kamu Daddy sita ya kalau kamu masih terus terusan pulang malem terus nilai kamu jelek!" Ucap Jeno yang kini menatap tajam anak sulungnya itu.
"Yahhhh Dad, kalau motornya Ji disita, terus Ji ke sekolah, ke tempat les, lapangan basket gimana? Oh atau Daddy mau ganti beliin Ji mobil? Kalau itu gapapa dad"
Ctakkk
Jeno menyentil jidat anak sulungnya sedikit keras membuat Jisung mengaduh sembari mengusap keningnya.
"Bunnnn" adu Jisung kepada Jaemin. Jaemin hanya menggeleng, lelah dia dengan perdebatan kecil yang setiap hari Jisung dan Jeno lakukan.
"Gak usah ngadu ngadu. Daddy lakuin ini buat kebaikan kamu juga. Kamu bentar lagi naik kelas dua belas, terus pilih kampus buat kuliah. Emang kamu gak mau apa dapat kampus terbaik?"
"Daddd... Sabar kali ah. Ji aja masih belum kepikiran"
Jeno hendak menyauti ucapan Jisung, namun Jaemin lebih dulu menjatuhkan sendoknya membuat Jisung dan Jeno sontak menoleh.
"Bisa gak, kalian jangan mulai berantem di pagi hari apalagi di depan makanan?" Ucap Jaemin penuh penekanan menatap tajam Jisung dan Jeno bergantian, membuat kedua orang itu sontak mengangguk pelan takut.
"Kalian tuh berantem mulu deh, heran Buna. Kamu belajar yang rajin bang, Chenle Ayden aja udah kepikiran mau ambil apa"
Jisung menghembuskan nafasnya pelan dan menyelesaikan suapan terakhirnya. Ia kemudian bangkit "ji mau berangkat dulu bun, dad" ucapnya yang kemudian mengulurkan tangannya bergantian pada Jaemin dan Jeno.
"Bekalnya di bawa bang" ucap Jaemin mengingatkan Jisung pada bekalnya di meja, "jangan mintain bekal Chenle atau Ayden mulu. Malu Buna berasa gak bisa ngasih makan kamu" lanjutnya.
Jisung terkekeh kemudian memasukan bekalnya ke dalam tas. "Kan niatnya biar romantis bun, makan bekal berdua"
"Bertiga kamu tuh, ya Chenle ya Ayden. Orang kok gak punya pendirian" kesal Jaemin.
"Kata Daddy siapapun boleh jadi pasangan Ji. Ya kan dad"
Jeno menoleh memutar bola matanya. "Tapi ya jangan dua duanya di embat. Kalau salah satu ada yang nangis, Daddy yang bakal abis sama bapaknya mereka"
Jisung terkekeh. "Tenang Dad. Udah ya Ji berangkat" lanjut Jisung yang kemudian berjalan keluar rumah.
Jisung mengambil motornya di garasi, memanaskannya sejenak kemudian membawanya keluar dan melajukannya menuju sekolah yang jaraknya 15 menit dari rumahnya jika tidak macet.
Jam istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu, Jisung mengambil bekalnya dan membawanya keluar menuju kelas Chenle. Jisung, Chenle dan Ayden tidak berada di kelas yang sama. Kelas Jisung berada di lantai tiga sedangkan kelas Chenle dan Ayden berada di lantai dua.
"Ay!" Panggil Jisung yang mendapati Ayden hendak turun tangga menuju lantai satu.
Ayden sontak menoleh dan membekap mulut Jisung yang memanggilnya dengan panggilan yang bisa membuat orang salah paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Segitiga - CHENJI X AYDEN
Fanfic[Potongan Cerita Kisah Papa Papi] Hanya berkisah mengenai kisah sederhana tiga anak manusia yang sedikit terlibat kisah klasik cinta segitiga remaja. 🚨 BXB, homopobic dni!