Pagi hari sekali Renjun dan Guanlin sudah bersiap untuk pergi ke Sidney menemui Ayden. Sejak semalam telfon dari Guanlin juga tidak mendapat sautan dan Guanlin sudah kepalang khawatir dan marah kepada anak sulungnya itu. Renjun sudah berusaha mencoba menenangkan suaminya, namun hasilnya nihil dan Guanlin tetap ingin pergi kesana.
"Na, gue nitip Rui ya. Nanti sore Neneknya kesini kok nemenin dia"
Jaemin mengangguk, sedangkan Haechan mendekat kepada Renjun dan berbisik. "Anak lo kenapa sampai Guanlin marah gitu?" Bisiknya sangat pelan takut terdengar Guanlin.
"Mabok" jawab Renjun tanpa bersuara. Haechan mengangguk paham kemudian menahan tawanya karena ia jadi teringat belasan tahun lalu bagaimana awal hubungan sahabatnya itu.
Guanlin memberikan kartu kreditnya pada Rui yang mengantar keduanya ke depan pagar. "Di pakai seperlunya, jangan boros" ucapnya diangguki Rui.
"Dedek, nanti Nenek kesini. Kamu berangkat sama pulang sekolah bareng Logan Hao ya" saut Renjun kemudian berpamitan pada anak bungsunya itu.
Guanlin dan Renjun pergi menuju bandara diantarkan supir, sedangkan Rui berangkat sekolah dengan Logan dan Hao diantarkan supir dari keluarga pasangan Jeno dan Jaemin.
"Emang kak Ayi kenapa?" Tanya Logan penasaran.
"Gak tau, bingung juga gue. Pokoknya tadi malem Papa gue ngamuk habis lihat cctv apartnya kakak. Tau deh dia ngelakuin kesalahan apa" Logan terdiam, sedangkan Hao dan Rui saling pandang kemudian menatap Logan bersamaan.
Jaemin kini menemani anak sulungnya yang baru saja turun dengan pakaian rapi itu sarapan. Sekarang pukul 8 pagi dan Jisung akan berangkat sekitar setengah jam lagi.
"Papinjun sama Uncle Alin ke Sidney bang" ucap Jaemin membuat Jisung yang hendak menyuapkan nasinya itu menoleh.
"Ngapain Bun?"
"Ayden ketauan mabok"
"Hah?!"
Jaemin mengangguk, sedangkan Jisung menatap Jaemin tak percaya. "Kamu ngira Buna bohong?" Tanya Jaemin saat Jisung masih menatapnya tak percaya. "Tanya aja sama Papinjun kalau gak percaya" Lanjutnya.
Jisung diam, ia kemudian melanjutkan makannya dengan perasaan yang masih diselimuti penasaran. Ia menarik nafas dalam, mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya karena sekarang ia harus lebih memprioritaskan Chenle.
"Bun, Abang mau ajak Chenle dinner pas ulang tahunnya. Menurut Buna gimana?"
Jaemin diam sejenak kemudian terkekeh. "Ya boleh boleh aja. Mau kamu ajak balikan?" Tanyanya kemudian diangguki Jisung. "Buna ada rekomendasi, nanti Buna bantu siapin ya?"
Jisung mengangguk senang, "terimakasih Bun" ucapnya kemudian melanjutkan makannya dengan cepat takut Chenle lama menunggunya.
Perjalanan yang Guanlin dan Renjun tempuh memakan waktu hingga lebih dari 10 jam lamanya. Penerbangan ini merupakan penerbangan tercepat yang ada untuk rute Jakarta-Sidney. Sebenarnya ada salah satu kenalan Guanlin yang ia tugaskan untuk membantunya menjaga Ayden selama di Sidney, namun kebetulan sekali kenalannya tersebut sedang tidak berada di Sidney.
Sedari malam banyak pikiran yang memenuhi kepala Guanlin, pikiran pikiran buruk yang membuatnya nekat mencari penerbangan secepatnya untuk menemui buah hatinya itu. Renjun tatap heran suaminya, ia masih kesal akan ucapan Guanlin tadi malam. Namun ia juga dapat memaklumi bagaimana Guanlin ingin menjaga keluarganya.
"Bentar" ucap Renjun menghentikan Guanlin saat mereka berdua hampir sampai di pintu Apartemen Ayden.
"Apa? Ayo cepet deh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Segitiga - CHENJI X AYDEN
Fanfiction[Potongan Cerita Kisah Papa Papi] Hanya berkisah mengenai kisah sederhana tiga anak manusia yang sedikit terlibat kisah klasik cinta segitiga remaja. 🚨 BXB, homopobic dni!