17.

984 153 29
                                    

Ayden merebahkan tubuhnya dan menatap kesekeliling kamarnya setelah ia membereskan segala keperluannya untuk pergi ke Australia besok. Ini adalah malam terakhir ia tidur dikamarnya, kamar yang sudah menemani dia hampir 18 tahun lamanya.

Ayden mengusap pelan air mata yang keluar, ia sebenarnya sangat berat meninggalkan tempat tinggalnya ini. Ia sangat berat meninggalkan Papa yang selalu berdebat dengannya, Papi yang selalu memanjakannya dan adik yang selalu melindunginya.

Ayden kembali mendudukkan dirinya, ia menatap dua surat yang sudah ia tulis yang akan ditinggalkan untuk Chenle dan Jisung. "Gue harap ini jalan terbaik, gue harap kalian bahagia dan gue juga bisa nemuin yang lebih baik disana" ucapnya kemudian memasukan dua surat itu ke laci.

Pintu kamar Ayden di ketuk, tidak lama kemudian menampilkan Mingrui masuk ke kamarnya. Mingrui tanpa basa basi langsung mendudukkan dirinya di ranjang Ayden.

"Dek! Dari luar lo ya? Habis basket? Ganti baju dulu gih! Jorok banget langsung naik ranjang!" Tegur Ayden melihat Mingrui dengan Jersey basketnya yang penuh keringat langsung tiduran di ranjangnya.

"Gak mau! Adem banget disini" lanjut Mingrui sembari berguling guling di ranjang Ayden membuat Ayden kesal dan langsung memukul Mingrui dengan bantalnya.

Mingrui tertawa, kemudian mendudukkan dirinya. "Mulai minggu depan gue gak bisa gangguin lo gini lagi kak, jadi nikmati aja waktu lo yang masih bisa gue gangguin ini" ucap Mingrui membuat Ayden terdiam.

"Apa sih? Gak usah sok sedih deh"

"Yee padahal yang sedih mah kakak, dedek mana ada sedih"

Ayden berdecak, ia tidak akan bisa marah atau mengomeli Mingrui jika adiknya itu mulai menggunakan panggilan dedek.

"Kak, kakak beneran gak mau pamitan nih? Beneran mau pergi diem diem?" Tanya Mingrui yang kemudian diangguki Ayden.

"Gue nitip dua surat itu buat Chenle sama Jisung ya? Di laci. Tolong kasih pas dedek balik dari Aussie"

Mingrui menghela kemudian mengangguk. "Kak, nanti cari aja bule disana. Lumayan kan memperbaiki keturunan" goda Mingrui membuat Ayden ikut terkekeh.

"Gue cakep kali"

"Iya lah, mirip Papi. Pasti cakep!"

"Papa juga cakep tau, tapi agak gesrek" saut Ayden membuat mereka berdua tertawa keras.

Renjun dan Guanlin masuk ketika mendengar kedua anaknya tertawa keras hingga terdengar dari bawah.

"Ada apa ini? Ketawanya kenceng banget sampe kedengeran di bawah" ucap Renjun.

Ayden menahan tawanya. "Gapapa Pi"

"Hayo? Nyembunyiin apa? Atau lagi ngerencanain hal jahil apa nih?" Saut Guanlin.

"Gak ada Pa. Dedek gak ngerencanain apa apa sama kakak. Cuma bilang aja Papa ganteng tapi agak gesrek" jawab Mingrui masih terkekeh membuat Guanlin langsung memiting anak bungsunya itu.

"Udah siap semua kak?" Tanya Renjun kemudian diangguki Ayden. Renjun hanya tersenyum dan mengusak kepala anak sulungnya sembari melihat anak bungsu dan suaminya yang sedang berguling guling dilantai sembari bercanda itu.

Hari yang terasa sangat beratpun tiba. Semua koper sudah dibantu masuk ke dalam mobil oleh supir Guanlin yang akan mengantar mereka ke bandara. Ayden keluar dengan membawa boneka rakun kesayangannya dan beberapa tas miliknya.

"Kalian mau liburan apa pindahan? Banyak bener bawaannya?" Tanya Haechan yang melihat mereka memasukkan banyak koper ke mobil.

"Lo kayak gak tau anak anak aja Chan, segala macem pasti di bawa" saut Renjun.

Kisah Segitiga - CHENJI X AYDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang