10. Kehadiran

1.6K 68 2
                                    

Satu bulan berlalu...

Kehidupan berlalu dengan semestinya, di setiap ada kesulitan disitu ada kemudahan, Adira tidak terlalu memikirkan masalah yang datang dihidupnya karena pasti semuanya akan berlalu jika dilewati dengan baik.

Masalalu adalah pembelajaran untuk Adira dan Gema. Bukan mereka yang berubah, tapi banyak hal yang merubah mereka. Itu sebabnya ketika ada masalah yang datang, mereka bisa saling mengerti dan introspeksi diri.

Tring!

Adira mengangkat telfonnya yang berdering cukup keras di pagi hari.

"Halo?"

"Halo Bu Adira, hari ini ibu tidak berangkat kerja?"

"Berangkat Reni, saya baru bangun tidur."

"Ibu tapi ini sudah jam sepuluh pagi, meeting baru saja selesai."

Adira tercengang dan langsung beranjak bangkit melihat jam dinding di kamarnya.

"Aww..." Adira merasakan kepalanya yang berdenyut sakit itu.

"Kenapa aku kesiangan." Desis Adira merasa kesal.

"Halo Bu?"

"Reni, tolong sampaikan kepada Jeffry jika saya hari ini mengambil cuti ya, maaf saya tidak bisa mengikuti meeting." Ucap Adira.

Setelah itu, Adira memutuskan sambungan telfonnya dan menggertak kesal seorang diri. Dia seketika tersadar jika suaminya juga tidak ada didalam kamar.

"Kenapa Mas Gema gak bangunin aku." Gumam Adira lalu beranjak bangkit dan keluar kamar seraya memijit kepalanya yang terasa pusing.

Adira berjalan menuju dapur, dimana diatas meja makan dia melihat sepiring nasi goreng dan susu serta ada surat disana.

"Pagi sayang, maaf mas gak bangunin kamu, soalnya kamu demam. Jadi, gak usah berangkat kerja dulu ya, sarapannya dimakan. Love you sayang."

Adira menghela nafasnya kasar. "Dasar mas Gema."

"Sudah bangun dir?"

Adira menoleh kearah Bu Ismi yang datang dengan menggendong Fayazana.

"Loh, Aya?" Heran Adira.

"Gema pagi-pagi udah dateng kerumah nitipin Aya sama ibu, katanya kamu lagi gak enak badan." Ujar Bu Ismi.

Adira mengangguk. "Iya Bu sedikit pusing sama badannya pegel semua."

"Mau ibu antar ke klinik?"

"Gak usah Bu, nanti minum obat juga sembuh kok."

Bu Ismi menganggukan kepalanya. Adira duduk di kursi makan dan memakan nasi goreng buatan suaminya itu.

"Ibu udah sarapan?" Tawar Adira.

"Udah dir. Sarapan mah tadi pagi, ini mah makan siang namanya."

Adira terkekeh. "Gak tau nih tumben Adira bangun siang, sampe lupa berangkat kerja."

"Tanda-tanda ya?"

Adira mengerutkan keningnya. "Tanda-tanda apa?"

"Kamu telat datang bulan gak?"

Adira terdiam sejenak. "Lewat tujuh hari."

"Emm, Pantesan gak enak badan. Di periksa ya, siapa tahu aja Aya mau punya adik."

Adira menjadi terdiam saat mendengar perkataan Bu Ismi.

"Oh iya dir, emang Gema setiap hari ngajar ya? Kok ibu selalu melihat dia berangkat kerja terus." Tanya Bu Ismi penasaran.

ADIRA : MY PRECIOUS WIFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang