28. Dia Tahu

2K 73 9
                                    

Adira meletakkan sebuket bunga diatas makam yang masih terasa tanah basah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adira meletakkan sebuket bunga diatas makam yang masih terasa tanah basah itu. Bunga-bunga disana masih terlihat segar bahkan batu nisan itu masih terlihat sangat baru.

Apakah Adira telat? Mengapa disaat seperti ini dirinya sangat tidak tahu jika mertua kesayangannya yang sudah dia anggap sebagai ibu kandungnya akan pergi secepat ini.

"Bunda?" Panggil Adira dengan raut wajah sedih.

"Maafin Adira ya, Adira telat datang dan tidak bisa mengantar bunda kesini. Adira benar-benar tidak tahu dan Adira menyesal bun."

Adira mengusap batu nisan itu dengan bersedih. "Adira sama sekali tidak menyangka bunda akan pergi secepat ini meninggalkan Adira, bahkan belum lama kita bertemu dan bunda memberikan Adira kalung bulan yang sangat cantik."

"Waktu kita bertemu di resto, bunda bilang katanya ingin mengajak Adira jalan-jalan, tapi belum sempat Adira menyetujui permintaan bunda, kok bunda udah pergi duluan?"

Adira tersenyum getir mengingat kejadian belum lama itu.

"Bunda, bukannya Adira tidak ingin berbicara mengenai masalah Adira dan mas Gema sama bunda. Tapi Adira tidak mau membebankan bunda seperti dulu lagi, Adira tidak ingin melihat bunda menyesali perbuatan mas Gema." Tutur Adira seraya mengusap nisan itu.

"Bunda sampai kapanpun sudah berhasil mendidik mas Gema dengan baik, bunda juga sudah membesarkan mas Gema dengan perhatian dan ketulusan yang sangat istimewa, sehingga mas Gema dapat sangat memperhatikan orang lain. Mas Gema selain berbaik hati menolong Adira, mas Gema juga penolong orang lain yang baik bunda."

"Adira sangat bersyukur dapat dipertemukan dengan putra terbaik bunda."

Adira mengusap nisan itu dengan sayang. "Terimakasih bundaku sudah melahirkan mas Gema sebagai penolong Adira."

"Adira sampai kapanpun tidak akan melupakan kebaikan bunda kepada Adira, bunda mas Gema sama saja bunda Adira juga. Dan jikapun Adira nantinya tidak akan disatukan lagi dengan mas Gema, Adira ingin bunda akan selalu menjadi bunda Adira sampai kapanpun itu."

Cupp...

Adira mencium nisan itu dengan sayang. "Selamat jalan bundaku."

*****

Adira memasuki rumah besar kediaman Gundono itu seraya membawa makanan untuk seseorang disana.

"Assalamualaikum."

Adira membuka pintu rumah itu yang terlihat sepi tidak ada seseorang yang menyahutnya. Adira berjalan masuk dan mendapatkan pak Gundono duduk di ruang keluarga dengan TV yang menyala, namun tatapannya kosong kearah depan.

Adira menaruh makanan yang dia bawa diatas meja, lalu menghampiri mertuanya dan memeluknya erat. Benar saja, pak Gundono masih menangisi kepergian istrinya itu, bahkan dipelukan Adira Pak Gundono menangis dengan sesenggukan.

ADIRA : MY PRECIOUS WIFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang