25. Orang lama

1.7K 73 10
                                    

"Itu mamah,"

Adira melihat Fayazana menunjuk mainan yang dia mau. Saat ini mereka berada di mall terbesar di Jakarta, Adira ingin mencari kebahagiaan dan ketenangan diri dengan berjalan-jalan bersama anaknya itu. Mungkin jika dulu Gema menjaga Syarga, kini Adira menjaga Fayazana, bukankah hidup saling melengkapi?

"Yang ini?"

Fayazana mengangguk duduk di stoler bayi, karena Adira tidak mungkin menggendong Fayazana terus menerus atau menggandeng anak kecil itu berjalan sendiri, karena Fayazana belum lama bisa berjalan.

"Yang ini kan Aya udah punya dirumah." Ujar Adira.

"Itu."

Adira menghela nafasnya, anak kecil memang banyak maunya, disaat pilih yang ini pasti ketika ada yang lain pasti dia pilih yang lain.

"Yaudah ini aja–"

Adira membulatkan matanya saat ada seseorang yang mengambil mainan yang sama. Adira menoleh seketika.

"Meyla?"

"Adira?"

Adira melihat Meyla dan juga Stevano yang menggendong anak kecil itu. Meyla mengulaskan senyumnya.

Tak ada waktu lama untuk saling pandang, kini mereka memilih tempat untuk saling berbincang rindu itu. Mereka sekarang berada didalam Cafe yang berada didalam mall itu, bahkan mereka menitipkan anaknya ke Playground dengan babysister Meyla.

Adira sedikit tertunduk dihadapan Stevano dan Meyla, entah mengapa dirinya sedikit malu.

"Kamu apa kabar dir?" Tanya Meyla mengusap tangan Adira.

"Baik." Ucap Adira dengan menganggukan kepalanya.

"Gema kemana? Kok kamu sama anak kamu saja disini?" Tanya Meyla penasaran.

"Ada, ada kok." Ucap Adira seraya tersenyum kaku. Meyla tersenyum melirik suaminya itu.

"Kalian apa kabar? Lama ya gak bertemu." Ucap Adira terdengar kaku.

"Baik kok dir, ini semua berkat kamu dan Gema." Jawab Meyla dianggukan oleh Adira.

"Syukur kalo gitu ya."

"Kamu lagi hamil ya?" Tanya Meyla penasaran.

"Iya nih."

"Gercep banget ya Gema udah mau punya anak lagi."

Adira hanya meringis tanpa beban. Stevano mengernyit seperti bisa membaca gerak tubuh perempuan itu.

"Ada masalah ya?" Tanya Stevano tiba-tiba membuat Meyla dan Adira menoleh.

Stevano menghela nafasnya pelan. "Karna saya sudah bertemu dengan kamu, saya ingin bertanya sama kamu dir, sebenarnya Gema membutuhkan uang yang sangat banyak dan mengambil uang kantor itu untuk apa?"

Adira merasa tertekan atas ucapan Stevano, bahkan Adira juga bingung ingin menjelaskannya seperti apa.

"Jangan gitu Stevano, yang ngambil uang kantor kan Gema, kamu tanya sama Gema jangan sama Adira." Sahut Meyla merasa tidak terima.

"Aku tanya sama istrinya emang salah? Bahkan Gema mengatasnamakan kepentingan pribadi keluarganya loh, kamu tahu kan Mexell Delux milik kakeknya Gema? Dia gak akan bisa mengambil uang seenaknya kalo bukan karena keluarganya."

Meyla menghela nafasnya kasar. "Stevano, kita baru bertemu dengan Adira, Plis deh jangan kamu bahas soal uang." Kesal Meyla.

"Ini banyak loh Meyla, Gema meminta uang dengan tidak kira-kira, pihak admistrasi aja sampai–"

ADIRA : MY PRECIOUS WIFE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang