Kini sudah ketiga harinya Adira dirawat dirumah sakit, dia selalu ditemani oleh Gabriel bahkan yang seharusnya patut di sebut suami Adira adalah Gabriel, karena dia selalu membantu Adira yang kesusahan daripada Gema.
Laki-laki itu memilih untuk pergi karena tidak diterima oleh Adira. Gema membawa Fayazana kerumah keluarga Gundono untuk dia urus daripada harus bersama Pak Derry, ada ketidak terimaan Adira, tapi mau bagaimana lagi? Cuma Gema yang bisa mengurus Fayazana.
Hari ini Adira meminta Gabriel untuk sekedar menghampiri rumah keluarga Gundono untuk mengambil Fayazana dari Gema. Dia cuma tidak ingin berlama-lama merepotkan laki-laki itu.
Saat tepat dirumah besar itu, Adira mengajak Gabriel masuk kedalam. Dia melihat Fayazana sedang bermain bersama Gema dan Hanggini diruang keluarga. Gabriel mengusap punggung Adira, dan Adira mengulaskan senyumnya.
"Assalamualaikum?" Ucap Adira mampu membuat mereka menoleh.
"Waalaikumsalam."
"Mamah!" Seru Fayazana langsung berlari memeluk Adira.
"Sayang, udah sembuh?" Ucap Gema ingin mencium kening Adira tapi Adira menolaknya dan mendorong tubuhnya itu.
"Udah." Jawab Adira.
Gema mengangguk seraya melirik Gabriel. "Kenapa gak kabarin aku?"
"Udah ada Gabriel." Jawab Adira membuat Gema mendesis kesal.
Hanggini bangkit dan menghampiri Adira. "Mba, aku mau bilang sesuatu sama mba."
Adira melirik Gema sejenak, lalu menganggukan kepalanya.
Kini mereka sudah duduk dikursi dekat kolam dengan Hanggini yang menundukkan wajahnya dihadapan Adira.
"Mau bilang apa?" Tanya Adira kepada Hanggini.
"Mba, aku ingin mengakhiri masalah ini. Aku gak mau melihat kalian bertengkar terus menerus karena aku."
Adira menghela nafasnya. "Tanpa kamu bilang ini akan segera berakhir, aku dan mas Gema akan berpisah, aku tinggal tunggu surat cerai dari dia."
Hanggini menggelengkan kepalanya. "Kalian tidak boleh cerai, kasihan anak kalian." Ucap Hanggini.
"Lalu bagaimana nasib anak kamu?" Tanya Balik Adira membuat Hanggini terdiam.
"Jadi seorang ibu itu gak gampang, Anggi. Apalagi kamu masih seorang mahasiswi, dan saya harus menghukum mas Gema untuk bertanggung jawab atas kesalahannya." Ucap Adira.
Hanggini menundukkan kepalanya merasa malu dihadapan Adira. Adira menghela nafas pelan lalu meraih tangan Hanggini.
"Kamu gak usah takut, saya akan membantu kamu. Kamu berhak mendapatkan tanggung jawab dari suami saya."
"Pak Gema udah bertanggung jawab mba, dia sudah membiayai kehidupan saya dan pengobatan ibu, menurut saya itu udah cukup. Dan soal pernikahan ini, seharusnya pak Gema tidak menikahi saya, seharusnya kita tidak sejauh ini melakukan hubungan suami istri pada umumnya dibelakang Mba Adira, kita salah besar mba."
Adira hanya terdiam menatap Hanggini.
"Mba, Pak Gema sama sekali tidak mencintai saya, apa yang mba lihat itu palsu, dia perhatian kepada saya bahkan dia menjaga saya karena saya sedang hamil anak dia. Meskipun terkadang pak Gema bilang dia tidak terima, tapi Dia sangat menyayangi anaknya."
Adira membulatkan matanya, ini benar-benar seperti mimpi. Kehidupannya yang dulu telah bangkit kembali.
"Jadi lebih baik saya menyerah mba, pak Gema cuma mencintai Mba Adira, dia–"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIRA : MY PRECIOUS WIFE [END]
AléatoireSequel dari Gema: My Dosen Husband Perjalanan Hidup dari seorang Adira Ayu memanglah sangat buruk. Dirinya mendapatkan siksaan bertubi-tubi dari sang Ayah belum lagi Adira Ayu adalah korban pemerkosaan dari seorang Dosen yang sangat menginginkan har...