Bab 1. Cerita Laut

252 91 30
                                    

HALLOHAAA

APA KABAAR??💗💗

semoga baik yaa hehe

SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE HEHEHE

Jangan jadi silent Reader yaa

"Athalan berharap bisa bertemu dengan Peri."
-Athalan Fernando

" -Athalan Fernando

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦀HAPPY READING🦀

Seorang anak kecil laki-laki sedang menulis di sebuah buku kecil, ia gemar sekali menulis sesuatu tentang hal apapun itu. Anak kecil ini bernama Athalan Fernando.

Athalan masih berusia tujuh tahun. Athalan tak punya Ibu, ia iri dengan Anak di luar sana yang masih bisa bercanda tawa dengan Ibunya. Athalan ingin sekali bisa seperti itu, karena jika bermain bersama Ayahnya pun itu sangat tidak mungkin. Karena, Ayahnya akan terus menolak ajakannya.

Setiap di sekolah, tepatnya sepulang sekolah ketika Athalan sedang menunggu jemputan, Athalan dapat melihat jelas teman-teman sebayanya itu sedang dijemput oleh Ibu dan Ayah mereka. Mereka bercanda tawa, ditanyakan tentang pelajaran di sekolah. Boleh, kah, kalau Athalan iri?

"Ibu, Ayah, tadi aku dapet nilai tinggi di kelas, loh."

"Iyaa, Anak Ibu emang pintar, pantes dapet nilai tinggi," jawab sang Ibu.

Sang Ayah tersenyum. Kemudian membalas, "Anak Ayah juga pastinya."

Itu percakapan mereka. Athalan dapat mendengar jelas percakapan keluarga kecil itu karena Athalan tepat di samping mereka. Sungguh, keluarga impian Athalan.

"Ibu, Ibu lihat deh dia," ujar sang Anak sambil melirik ke arah Athalan.
Kedua orang tuanya langsung menolehkan kepalanya ke arah Athalan.

"Dia masa gak pernah dijemput sama orang tuanya," celetuk anak itu dengan wajah polosnya.

Athalan yang merasa sedang di bicarakan pun seketika menjadi bisu, kata-kata itu terdengar dengan jelas di telinganya. Kata-kata yang cukup menusuk bagai belati baginya.

"Shuut sayang, gak boleh gitu. Sekarang kita pulang aja, yuk," tegur Ayahnya serta mengajak pergi.

Syukurlah, Athalan bisa bernapas lega karena mereka sudah pergi. Setidaknya tidak ada yang mengganggu kenyamanan dirinya lagi selama masih menunggu jemputan. Meskipun, kata-kata itu masih berputar jelas di dalam kepalanya. Dan untung saja, tidak lama setelah itu supir pribadinya sudah menjemputnya.

ISI LAUTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang