Bab 6. Kepergian

132 70 5
                                    

Seperti biasa, vote sebelum membaca💗

jangan lupa juga untuk komen

"Alan kehilangan orang kedua yang paling Alan sayang."
-Athalan Fernando

" -Athalan Fernando

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐡HAPPY READING🐡

Sepulang sekolah, Athalan mengganti pakaiannya dengan baju santai.

Athalan keluar dari dalam kamarnya. Lalu, ia berjalan menuju kamar tamu yang terdapat sebuah balkon. Karena, di dalam kamarnya tidak ada balkon seperti di kamar tamu. Athalan membuka pintu balkon kamar tersebut untuk bisa masuk dan melihat pemandangan dari atas balkon.

Athalan pergi ke sana karena ia ingin melihat anak-anak lain yang sedang asik bermain di luar rumahnya masing-masing. Ia bisa melihat dengan jelas dari balkon kamar tamu. Athalan juga melihat seorang Anak kecil bersama dengan ayahnya di atas balkon sama seperti dirinya. Bedanya, anak kecil dan Ayahnya itu sedang asik bermain layangan. Wajah mereka terlihat gembira.

Athalan menoleh ke arah langit biru di atasnya, ada banyak layangan berterbangan di langit biru sana. Sepertinya, saat ini sedang musim layangan.

"Alan juga mau ikut main, tapi Alan gak punya layangan," Athalan bergumam dengan mata yang masih fokus pada tiap-tiap layangan yang sudah terbang di langit biru.

"Den Alan!" panggil seseorang dari arah belakang.

Athalan yang sedang fokus melihat layangan pun, akhirnya terkejut dan ia menoleh ke belakang. "Bi Wulan ngagetin Alan aja," ujar Athalan sambil mengelus dada.

"Hehe, maaf, Den."

"Itu... Bi Wulan bawa apa?" tatapan matanya teralihkan pada benda yang disembunyikan Bi Wulan di belakang punggungnya.

Bi Wulan langsung tersenyum dan menunjukan benda yang di maksud oleh Athalan. Saat Athalan melihatnya, ia terkejut dan langsung tersenyum gembira. Benda yang di maksud itu adalah layangan.

"Wihh! Bi Wulan dapet dari mana?" tanya Athalan penasaran dan langsung meraih layangan yang berada di genggaman Bi Wulan.

"Ya beli dong, Den. Den Alan pasti pengen, kan, main layangan?" tebak Bi Wulan dengan alis yang di naik turunkan.

"Iya."

"Nah, makanya Bi Wulan beli. Biar Den Alan juga bisa main. Tapi jangan sampai ketahuan Ayah Den Alan," Bi Wulan memelankan suaranya pada ucapan terakhirnya.

"Makasih banyak ya Bi, Alan jadi makin sayang sama Bi Wulan," tukas Athalan. Athalan memeluk Bi Wulan dengan kepala yang ia dongakkan ke atas untuk menatap wajah Bi Wulan. Athalan tersenyum, Bi Wulan juga tersenyum hangat.

"Sama-sama, Den."

Setelah itu, barulah Athalan dan Bi Wulan menerbangkan layangannya ke langit biru di atas sana. Bi Wulan juga mengajarkan Athalan bagaimana cara menerbangkan Layangan, bahkan sampai menceritakan mengenai bahan pembuatan layangan. Athalan sampai menganga ternyata Bi wulan tahu banyak mengenai layangan.

ISI LAUTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang